Tidak membutuhkan waktu lama untuk Friska membalas pesan dari Daffa.
'Bagaimana kalo kita ketemu di green cafe pukul lima sore ini sayang?'Balas Friska.
'Perlu aku jemput sayang?' Tanya Daffa pada pesan.
'Gak perlu babe, kita ketemu di sana aja. Kebetulan lokasi pemotretan ku gak jauh dari green cafe' Ok, sampai ketemu di cafe ya sayang' Tutup Daffa mengakhiri
pesan.
"Oma, Safira pamit pulang dulu ya soalnya udah sore" Ucap Safira.
"Terimakasih banyak ya nak Fira sudah mau repot-repot mampir ke sini, kalo oma kangen Fira boleh kan oma minta Fira main ke sini lagi?" Pinta oma Rahma.
"Iya oma Insyaallah" Jawab Safira.
"Dan--untuk permintaan oma yang tadi, oma sangat berharap besar sama kamu nak" Ucap oma Rahma serius menatap Safira.
Safira hanya tersenyum dibalik cadar dan menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara.
Sementara itu mobil berwarna hitam yang baru saja terparkir di halaman rumah dari balik kaca Bagaskara melihat gadis yang tengah berbincang di depan pintu bersama ibunya.
"Oma Safira pulang dulu ya, gak enak sama mas Roy udah nunggu Fira dari tadi di mobil"
"Hati-hati di jalan nak"
"Baik oma, assalamu'alaikum" Pungkas Safira.
"Wa'alaikumussalam"
Setelah berpamitan dengan oma Rahma, Safira berjalan menuju mobil yang di kemudikan oleh Roy. Oma Rahma memerintahkan ajudan pribadinya untuk mengantar Safira pulang agar aman.
Melihat Safira mulai memasuki mobil, bagaskara yang di baluti rasa penasaran pun bertanya langsung pada wanita yang tidak lagi muda.
"Bu, bukankah itu Safira salah satu karyawan yang bekerja di perusahaan ku?" Tanya Bagaskara penasaran.
Oma Rahma hanya mengangguk.
Bagaskara yang masih penasaran
kembali bertanya.
"Bagaimana ibu bisa mengenalnya?"
"Dia pernah menolong ibu tempo hari pada saat ibu kesulitan menyebrang" Jawab oma Rahma dengan pandangan lurus.
"Bukankah ada Roy yang seharusnya menjaga ibu?" Geram Bagaskara kepada ajudan yang ditugaskan untuk menjaga ibunya.
Bagaimana bisa dia lalai sampai sang
ibu kesulitan.
Tidak ingin membuat Bagaskara salah paham kepada sang ajudan, oma Rahma pun menjelaskan alasan dia bisa di bantu oleh Safira.
"Saat itu ibu sedang di minimarket, ibu memerintahkan Roy kembali ke rumah untuk mengambil ponsel milik ibu yang tertinggal. Namun setelah selesai dari
minimarket ibu memutuskan menunggu di seberang jalan agar lebih cepat" Papar oma Rahma.
Bagaskara mengangguk-angguk mengerti mendengar penuturan dari sang ibu.
"Ibu ingin bicara serius denganmu Bagaskara, temui ibu di ruangan keluarga sekarang" Titah oma Rahma.
Oma Rahma berjalan menuju ruang keluarga dikuti oleh Bagaskara.
"Ibu ingin Daffa menikah dengan Safira" Ucap oma Rahma tanpa basa-basi.
Bagaskara menatap ibunya.
"Ibu, tapi Daffa sudah memiliki kekasih dan hubungan mereka sudah cukup lama"
Bagaskara tidak membayangkan bagaimana marahnya Daffa ketika di jodohkan dengan gadis yang bahkan
anaknya pun tidak mengenal.
"Maksudmu Friska?" Tanya oma Rahma dingin.
"Iya bu, lagi pula Daffa sudah dewasa dia bisa menentukan pilihannya sendiri"
"Apa yang kamu harapkan dari menantu seorang model yang gemar menghabiskan waktu di club malam bagaskara Kecantikkannya? Ibu hanya ingin Daffa bersanding dengan istri yang bisa merubah Daffa menjadi lebih baik bukan sebaliknya" Ucap oma Rahma menasehati.
Sejenak Bagaskara mencerna ucapan sang ibu, ucapannya memang benar. Dulu Daffa tidak seperti ini namun sepertinya setelah mengenal dan menjalin hubungan dengan
Friska, Daffa menjadi berubah.
Sepertinya kali ini Bagaskara mengerti apa yang sebenarnya sang ibu inginkan untuk Daffa.
"Baiklah aku akan berbicara dengannya besok bu" Bagaskara menyetujui.
"Sayang pelan-pelan dong minumnya" Ucap Daffa dengan mengelus punggung Friska.
"Tunggu--apa itu nggak terlalu terburu-buru sayang? You know perjuangan aku untuk sampai di titik sekarang ini kan babe? Dan itu nggak mudah." Friska menjelaskan.
"I know babe, tapi apa nggak bisa? Aku gak bakal larang kamu melakukan kegiatan kamu saat ini pada saat setelah menikah nanti .Kamu bebas melakukan apapun yang kamu suka sayang, jadi mau ya ku
mohon Friska" Ucap Daffa dengan menggenggam tangan milik sang kekasih.
"Babe aku-aku belum siap untuk sekarang. Aku mau menikah sama kamu tapi sekarang bukan waktu yang tepat" Tolak Friska yang membuat raut wajah Dafa menjadi kusut.
"Kalo kamu menolak, itu berarti aku akan di jodohkan dengan wanita piliban oma" Kata Daffa lirih.
"Apa? Mana ada zaman sekarang perjodohan, kita bukan hidup di zaman siti nurbaya sayang hahaha" Friska justru menganggap lelucon.
"Aku serius Friska, oma menyuruhku segera menikah. Dan pilihannya menikah denganmu atau wanita pilihan oma"
"Sayang kamu kan bisa tolak, lagi pula kamu cucu oma satu-satunya gak mungkin kan oma setega itu untuk menjodohkan kamu?"
.
"Daffa, papah ingin berbicara denganmu. Temui papa di ruang kerja" Titah Bagaskara pada sang putra.
"Iya pah" Daffa berjalan di belakang mengikuti Bagaskara.
"Daffa, bagaimana mengenai permintaan oma waktu itu?" Tanya Bagaskara.
"Daffa udah tanya ke Friska pah, dan dia belum siap." Ujar Daffa.
"Berarti kamu harus setuju dengan pilihan oma mu"
"Tapi pah--apa gak bisa nanti setelah Friska siap untuk menikah? Lagi pula Daffa tidak masalah nenunggu sampai dia siap"
"Kalau pun kekasihmu siap, papah dan oma tidak setuju dengan pernikahanmu itu" Ucap Bagaskara datar.
"Pah!" Daffa menaikkan nada bicaranya tanpa dia sadari telah membentak sang ayah.
"Baiklah jika kamu menolak, kamu tidak akan mendapatkan sepeser pun dari harta papah dan juga semua fasilitas mu akan papah tarik.Semua pilihan ada di tanganmu Daffa" Tegas Bagaskara.
"Pah, papah tega sama Daffa?" Kata Daffa memelas.
"Justru karena papah sayang sama kamu Daffa, makanya papah harus kaya gini" Ucap nya.
"Daffa akan bicara sama oma,sepertinya hanya oma yang mengerti keinginan Daffa" Ucap Daffa meninggalkan Bagaskara di
ruangannya.
Oma Rahma sedang menikmati buku yang sedang ia baca di halaman belakang rumah, tiba-tiba dia mendengar suara yang memanggilnya.
"Oma. Oma. " Panggil Daffa mengitari setiap sudut ruangan.
Melihat sang nenek berada di halaman belakang Daffa mempercepat langkahnya.
"Oma, Daffa gak mau menikah sekarang" Ucap Daffa to the point.
Mendengar ucapan dari Daffa oma Rahma tidak memberikan jawaban atau reaksi apapun, oma Rahma justru fokus menikmati buku yang sedang ia baca.
"Oma" Panggil Daffa Namun tidak ada jawaban.
"Oma" Daffa kembali memanggil namun tetap sama.
"Kamu boleh bicara dengan oma ketika kamu siap menikah dengan wanita pilihan omna" Ucap oma Rahma meninggalkan Daffa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments