Namun siapa yang menyangka, saat semua karyawan sudah meninggalkan
ruangan terkecuali Safira.
Daffa justru kembali masuk ke ruangan rapat dan menutup pintu dengan rapat. Safira yang melihat Daffa mendekat ke arahnya, dia langsung buru-buru membereskan dokumen miliknya yang ada di atas meja.
Rasanya sangat tidak nyaman jika berada dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki yang bukan muhrim baginya.
"Saya permisi dulu pak" Ucap Safira yang hendak keluar.
Daffa pun tersenyum simpul.
"Lo! Cewek kampungan yang kemarin nabrak gue di jalan kan?!!" Tanya Daffa dengan wajah yang marah.
"Dia tidak mengenaliku?" Tanya Safira dalam hati.
"Lo budeg ya?" Ejek Daffa yang kini mulai kesal.
Dugaan Safira ternyata benar, sepertinya Daffa memang tidak mengenali dirinya.
"Terus apa yang harus saya lakukan pak? Dan biarkan saya keluar dulu, agar tidak menjadi fitnah" Ucap Safira.
Satira yang merasa tidak nyaman.
"Apa? Lo mau Keluar? Nggak boleh !" Tegas Daffa sambil menggebrak pintu.
"Astaghfirullah" Ucap Safira yang terdengar oleh telinga Daffa.
Entah apa yang ada di pikiran Daffa, Padahal ia sudah meminta maaf, tetapi dia tetap mencecar Safira dengan kasar.
"Bisa-bisanya papah gue mempekerjakan perempuan kaya lo di perusahaan ini" Ucap Daffa dengan menunjuk ke arah Safira.
Safira yang hilang kesabarannya kali ini pun memberanikan diri untuk melawan pedasnya lisan dari Daffa.
"Sebenarnya mau bapak itu apa?" Kata Safira dengan nyolot.
"Loo!" Ucap Daffa yang merasa kesal karena sedang di ejek oleh Safira.
"Lo nantangin gue hah?!" Ucap Daffa dengan bertanya.
"Tidak sama sekali, lagi pula apa bapak tidak capek marah terus?"
"Nggak usah sok akrab sama gue lo ya!"
Drt drt drt
Ponsel milik Daffa bergetar, ia pun segera menjawab panggilan masuk di ponsel miliknya.
"Kali ini gue biarin lo lolos ya cewek kampungan!" Ucap Daffa sebelum meninggalkan ruangan rapat.
*****
Oma Rahma lupa untuk meminta nomor ponsel Safira kemarin, sehingga saat ini oma Rahma kesulitan menghubungi safira.
"Roy, pergi ke kantor pada saat jam pulang kerja nanti. terus kamu jemput Safira ya dan bawa safira kemari." perintah oma Rahma kepada sang ajudan.
"Baik nyonya " Jawab Roy .
***
"Alhamdulillah sudah waktunya pulang, mampir belanja dulu kali ya biar sekalian" Ucap Safira berguman.
"Fir, gue duluan ya" Ucap Cika.
"oke, hati-hati di jalan ya cik" Kata Safira.
"Oke" Cika melambaikan tangannya ke arah Safira.
Safira pun kini mulai berjalan keluar perusahaan, tiba-tiba laki-laki berjas hitam bertubuh kekar yang kemarin ia temui itu pun menghampirinya.
"Nona Safira, saya dapat perintah dari nyonya besar untuk menjemput safira" Ucap Roy.
"Tunggu--- kamu ajudan oma Rahma yang kemarin itu kan?" Tanya Safira untuk memastikan.
"iya " Jawab Roy singkat.
"Jadi kamu kesini disuruh oma buat jemput aku?" Tanya Safira kembali.
Roy hanya menjawab dengan anggukkan kepala . Safira berpikir sejenak. Lalu ia pun menyetujui.
"Baiklah"
Mobil hitam yang membawa Safira kini telah memasuki halaman rumah yang sangat mewah milik Seorang wanita tua.
Ternyata oma sudah menunggu kedatangannya di halaman depan rumah mewah itu.
"Assalamu'alaikum oma" Safira memberi salam.
Safira sangat senang bisa bertemu kembali dengan oma Rahma, itu terlihat dari senyuman yang begitu merekah dari balik cadarnya. Itu bisa di lihat dari bentuk matanya yang menyipit bak bulan sabit.
"Wa'alaikumussalam Fira, alhamdulillah akhirnya kita bertemu kembali. Maaf sudah membawamu kemari pasti kau sangat Capek kan ?" Ucap oma Rahma.
"Ayok masuk dulu" Lanjut oma Rahma kembali dengan menggandeng tangan milik Safira.
Oma Rahma membawa Safira ke ruang keluarga, dan mempersilahkannya duduk di sofa yang begitu empuk.
"Fira mau minum apa nak?" Tanya oma Rahma.
"Tidak perlu oma, Safira tidak haus" Tolak Safira lembut.
"Fira.. Tolong jangan merasa tidak enak ya, oma mau kamu menganggap oma seperti nenekmu sendiri"
Bola Mata Safira berkaca-kaca mendengar ucapan dari oma Rahma, apa aku tidak berlebihan jika menganggap oma seperti nenekku sendiri? Kata itu seperti muncul di
kepala Safira.
"Apa boleh oma, kalau Safira menganggap seperti itu?" Tanya Safira dengan suara yang sedikit pelan.
"Tentu saja boleh, dengan senang hati" Jawab oma Rahma dengan senyuman hangat.
"Jadi sekarang kamu mau minum apa nak?"
"Air putih saja oma"
"Tunggu sebentar ya, oma panggilkan bi Sumi dulu" Safira pun hanya mengangguk.
"Bi Sumi." Panggil oma Rahma dari ruangan keluarga.
Seorang wanita paruh baya yang namanya di panggil pun berjalan ke arah Safira dan oma Rahma berada.
"Iya nyonya besar, apa ada yang anda butuhkan nyonya?" Tanya bi Sumi.
"Tolong bawakan dua gelas air putih beserta camilan ke sini ya" Titah oma kepada sang asisten rumah tangga.
"Baik nyonya besar" Tidak butuh waktu lama dua gelas air putih beserta camilan yang begitu memenuhi meja pun sudah
tersedia.
Safira mengambil salah satu gelas
tidak lupa ia mengatakan bismillah
sebelum meminum membuat rasa dahaga yang sedari tadi gadis bercadar itu rasakan pun hilang seketika.
"Alhamdulillah" Ucap Safira setelah meminum air yang kini tersisa hanya setengah gelas saja.
"Fira.. Apa kau sudah menikah nak?" Tanya oma tiba-tiba.
"Belum oma" Jawab Safira.
"Bagaimana jika kamu menikah dengan cucu oma nak?" Tanya oma Rahma kembali.
Safira yang baru selesai minum pun tersedak mendengar pertanyaan yang tidak masuk akal baginya.
"Uhuk uhuk uhuk"
"Kamu nggak papa nak?" Cemas oma Rahma mengelus punggung Safira.
"Nggak papa oma, Safira hanya tersedak saja"
"Syukurlah, bagaimana nak dengan pertanyaan oma tadi?"
Rupanya oma serius dengan
ucapannya. Safira diam sejenak. Safira ingin menolak, tetapi takut menyinggung perasaan oma Rahma yang sudah begitu baik terhadapnya. Tetapi jika Safira menerima? Dia saja belum tahu seperti apa cucunya. Apakah dia pria yang baik? Atau
bahkan sebaliknya.
Namun di sisi lain Safira sudah ingin menikah. Agar terbebas dari ancaman baron jika sewaktu-waktu Safira pulang ke desa.
"Nak Safira?" Panggil oma Rahma.
"Ah. Iya oma?" Jawab Safira yang baru saja tersadar dari lamunannya.
"Oma tidak ingin cucu oma salah memilih istri, oma ingin dia berubah menjadi lebih baik. Maka dari itu oma ingin cucu oma menikah denganmu nak Fira'" Ucap oma Rahma memohon.
"Tapi oma---"
Belum Safira menyelesaikan kalimatnya. Oma Rahma kembali memohon membuat
Safira semakin tidak enak hati untuk
menolak.
"Oma Rahma begitu baik, bukankah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya?" ucap Safira dalam hati.
"Insyaallah sepertinya cucu oma adalah orang yang baik. Bismillah" Lanjut Safira dalam hati menyakinkan diri sendiri.
"Insyaallah oma, bismillah" Jawab Safira yang membuat senyuman merekah terukir jelas di wajah oma Rahma.
***""
Sementara itu, Di ruangan kerja milik Daffa, Daffa sedang mengirimkan pesan kepada seseorang melalui ponsel miliknya.
'Friska, bisakah kita bertemu sekarang? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu' ucap Daffa pada pesan teks yang ia kirimkan kepada pujaan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments