Tidak jauh dari rumah yang dibeli oleh Wendy, tinggallah dua pria yang berparas tampan. Pria tersebut bernama Frans dan Glen. Dua orang polisi yang bersahabat dengan baik.
Frans memiliki kepribadian yamg dingin dan penuh misteri. Sedangkan Glen memiliki kepribadian yang ceria dan penuh tawa.
"Berhentilah bekerja, ini hari libur kita keluar saja" ajak Glen.
"Aku sedang sibuk" balas Frans singkat.
"Kamu benar-benar tidak tahu waktu, setidaknya kita makan dulu" jawab Glen.
"Stok makanan kita sedang habis" jawab Frans.
"Ya sudah kita tinggal ke rumah Ibuku dan makan" ajak Glen.
Dengan seribu kali paksaan akhirnya Frans mengalah dan mengikuti Glen ke rumah Ibunya. Ya benar saja, Glen adalah putera pemilik kontrakan nomor satu di desa tersebut.
"Kenapa kalian baru datang" ujar Ibu Glen.
"Frans kan gila kerja Ma" jawab Glen.
"Frans bekerja itu baik, tapi menjaga kesehatan lebih baik" nasehat Ibu Lia.
"Oh iy selesai makan kalian antarkan makanan ini ke kontrakan nomor satu kita" ujar Ibu Lia.
"Kontrakan nomor udah ada penghuninya Ma?" tanya Glen.
"Mereka baru saja menetap, kalian tau mereka sangat kaya raya" ujar Ibu Glen lagi.
"Memang nya ada yang lebih kaya dari Tante di lingkungan ini?" tanya Frans.
"Kalian pasti tidak percaya, penghuni baru tidak mengontrak tapi langsung membeli bangunan itu cash" ujar Ibu Glen lagi.
"Wah gila, siapa mereka Ma?" tanya Glen.
"Mereka masih muda, dua orang wanita, tapi salah satunya tengah hamil berarti sudah punya suami" ujar Ibu Glen.
"Wah sayang sekali, andai saja mereka berdua para gadis" ujar Glen.
"Kamu ini pikirannya cuma wanita saja" ledek Ibu Glen.
"Bayangkan saja Ma, disini sangat jarang ada wanita, tidak ada yang mau tinggal di pedesaan seperti ini" ujar Glen.
"Kalian harus memajukan desa ini dong" jawab Ibu Glen.
"Mama tenang aja, kami akan menemukan pembunuh berantai yang membuat desa ini menjadi sepi penghuni" ujar Glen lagi.
"Ya sudah kalian hati-hati ya, oh iya kalian jangan langsung memberitahu mereka tentang pembunuhan berantai itu, nanti mereka takut" ujar Ibu Glen khawatir.
"Iya kami akan memastikan mereka aman" jawab Frans.
Kedua pria itu segera pergi dari rumah Ibu Glen. Tak lupa mereka membawa rantangan yang diberikan oleh Ibu Glen. Mereka hendak menuju bangunan nomor satu tempat para wanita itu tinggal.
"Permisi" ujar Glen.
"Iya siapa ya?" tanya Zena yang keluar.
Melihat seorang gadis cantik keluar membukakan pintu membuat Glen jatuh cinta pandangan pertama. Sudah lama dia tidak melihat hal-hal indah seperti ini.
"Kami ingin mengantarkan makanan, Ibu pemilik gedung kalian terdahulu ingin memberikan kalian makanan" ujar Glen.
"Ibu Lia?" tanya Zena.
"Iya Ibu Lia memberikan kalian makanan karena kalian baru pindahan" jawab Glen.
"Wah terimakasih ya" jawab Zena seraya mengambil makanan itu.
"Ada yang bisa kami bantu? kalian kan sedang pindahan apa perlu sesuatu untuk diangkat atau di susun?" tanya Glen basa-basi.
"Siapa yang datang?" tanya Wendy yang baru saja keluar.
Melihat seorang wanita yang tak kalah cantik menyegarkan mata Glen. Walaupun tengah hamil besar kecantikan wanita itu sangat terpancar sempurna. Frans yang sejak tadi diam mendadak mengubah ekspresinya saat melihat wanita kedua muncul. Rasanya wanita itu sangat familiar dan sangat menarik perhatiannya.
"Maaf izin bertanya apakah kalian datang bersama suami kalian?" tanya Glen sopan.
"Oh tidak, saya belum menikah dan wanita ini sudah bercerai" ujar Zena yang langsung mempromosikan temannya.
"Kok kamu langsung bilang begitu" bisik Wendy pada Zena.
"Mereka harus tahu kalau kami single, bisa saja mereka punya jodoh yang tepat untuk mu pengganti si breng*ek itu" ujar Zena sangat mendukung sahabatnya membuka lembaran baru.
Seorang gadis muda dan janda muda membuat Glen kembali merasa hidup. Desa mereka yang tidak seramai dulu membuat keberadaan wanita cantik jarang terlihat disini. Dulunya desa mereka terkenal dengan keindahan dan keramaian. Akan tetapi sebuah tragedi membuat desa mereka menjadi semakin sepi. Banyak penduduk desa yang pindah mendadak dari desa tersebut.
Hal ini disebabkan adanya kasus pembunuhan berantai setahun yang lalu yang sudah menewaskan 3 orang korban. Sampai sekarang pembunuh itu belum di tangkap. Glen dan Frans ditugaskan ke desa tersebut karena mereka terkenal sebagai polisi terbaik di divisinya. Mereka baru tiga bulan berada di desa tersebut.
Desa tersebut merupakan tempat lahirnya Glen. Ibunya pemilik kontrakan terbanyak di desa tersebut. Oleh sebab itu Ibunya tidak mau pergi walaupun sudah ada kasus pembunuhan berantai. Karena takut Ibunya dalam bahaya, Glen mengajak sahabatnya Frans untuk menerima perpindahan tugas tersebut. Itulah yang menyebabkan Glen dan Frans sekarang ada di desa tersebut.
"Kalian bisa membantu kami memindahkan lemari? teman saya lagi hamil, kami kesulitan memindahkannya" ujar Zena akhirnya meminta bantuan.
"Tentu saja boleh" ujar Glen seraya mengajak Frans.
Kedua pria itu masuk dan mengangkat lemari yang dimaksud oleh Zena. Mereka juga membantu menata letak tempat tidur karena cukup berat.
"Makasih ya, kalian duduk saja dulu aku siapin cemilan" ujar Zena mulai berbicara santai.
"Tidak perlu repot-repot kami pulang saja" ujar Frans.
"Kita tidak boleh menolak kebaikan orang" ujar Glen pada Frans dan langsung duduk di kursi sebelahnya.
"Haha teman kamu benar, kalian sudah membantu kami duduk saja dulu" ujar Zena pada Frans.
"Wen kamu temani mereka dulu ya, aku buat teh dulu" ujar Zena seraya pergi ke dapur.
"Hai, aku Glen, ini sahabat ku mamanya Frans" ujar Glen memperkenalkan dirinya dan Frans.
"Wendy" jawab Wendy singkat.
"Mbak Wendy mau menetap lama disini?" tanya Glen.
"Rencananya sih begitu, sepertinya saya akan buka praktek disini" ujar Wendy.
"Praktek? Mbak seorang dokter?" tanya Glen.
"Iya benar" jawab Wendy.
"Bagaimana kalau mbak bekerja di rumah sakit di desa ini? kebetulan kabarnya rumah sakit itu sedang kekurangan dokter mbak" ujar Glen.
"Oh iya, kamu panggil Wendy saja" ujar Wendy.
"Iya Wen, daripada kamu buka praktek mending kamu kerja disitu dulu, soalnya desa ini tidak terlalu ramai untuk membuka praktek sendiri" ujar Glen.
"Saran kamu bagus juga, nanti saya pikirkan dan coba melihat kesana" jawab Wendy.
"Ini dia teh kalian sudah siap" ujar Zena seraya memberikan teh dan cemilan.
"Makasih ya Zena" ujar Glen.
"Temanmu namanya Frans ya?" tanya Zena.
"Iya Zena ini Frans" ujar Glen.
"Dia pendiam sekali ya" jawab Zena.
"Dia memang begitu kalau berhadapan dengan wanita" ujar Glen.
"Maksud kamu gimana?" tanya Zena.
"Glen stop" ujar Frans takut Glen bicara macam-macam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments