Chapter 4 : Memutuskan Untuk Menetap

Wendy mengemas barang-barangnya dan chek out saat itu juga. Willy yang baru siap mandi melihat keributan teman-temannya menjadi bingung.

"Ada apa ini, Wendy kenapa kamu bawa koper bukannya hari ini kita masih kulineran?" tanya Willy tidak mengerti.

"Tanya saja pada sahabat mu itu" jawab Wendy seraya pergi.

Wendy keluar dari hotel dan segera naik taksi. Dia juga memesan tiket kembali ke rumah untuk menyiapkan barang-barangnya. Dia ingin bercerai dan pergi dari kehidupan yang menjijikkan ini.

Zena menjemput Wendy di bandara, dia sudah tahu sedikit tentang keadaan Wendy. Zena merupakan sahabat Wendy semasa kuliah. Dia satu jurusan dan satu kelas dengan Wendy.

"Sini aku bawain koper mu, kamu serius Wen Bian selingkuh dengan Jessi?" tanya Zena tidak percaya.

"Cukup Zen, aku gak mau lagi bahas mereka berdua, sekarang kamu bantu aku packing dan kita akan pergi ke tempat yang jauh" ujar Wendy.

Wendy dan Zena berkuliah kedokteran dan mereka bekerja di rumah sakit milik keluarga Zena. Papa Zena merupakan sahabat Papa Wendy sekaligus rekan bisnis. Papa Wendy sebagai donatur nomor satu di rumah sakit milik keluarga Zena.

"Kita mau kemana Wen?" tanya Zena.

"Kamu mau kan menemani aku untuk menenangkan diri?" tanya Wendy penuh harap.

"Tentu saja aku mau, ya sudah ayo kita siap-siap" ajak Zena.

Zena membantu Wendy menyiapkan barang-barangnya. Wendy membawa banyak uang dan ATM pribadinya. Dia tidak tahu seberapa lama dia akan pergi dari rumah itu. Papa dan Mama Wendy belum dikabari, dia berencana mengabari mereka setelah menenangkan diri.

Setelah semuanya siap, Wendy menemani Zena untuk packing juga ke rumahnya. Mereka memutuskan untuk pergi ke tempat terpencil agar tidak mudah ditemukan. Mereka membawa banyak uang cash agar tidak terlacak oleh transaksi. Wendy membeli ponsel baru dan mengganti nomor nya agar dia tidak mendengar keributan lagi.

Mereka memutuskan ke sebuah desa bernama 'Desa XY'. Sebuah desa yang tidak terlalu terkenal dan masih sangat asri. Mereka memutuskan untuk menenangkan diri disana. Tanpa internet dan tanpa ponsel. Mereka akan menggunakan keduanya jika sudah sangat diperlukan.

Setelah lima jam perjalanan akhirnya mereka tiba disana. Mereka segera mencari kontrakan untuk tempat mereka beristirahat. Desa itu sangat nyaman dan udaranya masih sejuk.

"Cari siapa ya?" tanya seorang Nenek yang terlihat seperti usia 70 an.

"Kita sedang mencari kontrakan Nek, dimana ya bisa kami temukan?" tanya Zena.

"Kalian jalan saya terus sampai ada pertigaan, disana kalian bisa menemukan rumah pemilik kontrakan" ujar Nenek tersebut.

"Terimakasih Nenek" jawab Wendy dan Zena.

Wendy dan Zena berjalan terus seperti instruksi dari nenek. Tak terasa mereka sudah sampai di rumah pemilik kontrakan. Zena dan Wendy permisi untuk masuk ke rumah tersebut.

"Permisi, apa ada orang" ujar Wendy.

"Masuk saja" terdengar balasan dari dalam rumah.

Zena dan Wendy saling tatap. Mereka akhirnya masuk secara perlahan. Wendy menatap takjub isi rumah tersebut sangat unik dan antik.

"Kalian cari siapa?" tanya wanita yang seumuran dengan Ibu mereka.

"Kami mencari pemilik kontrakan" jawab Zena.

"Kalian berada di tempat yang tepat, kebetulan saya punya beberapa kontrakan kosong" jawab Ibu kontrakan.

"Boleh kami lihat terlebih dahulu kontrakan yang ditawarkan?" tanya Wendy.

"Tentu saja ayo ikut aku" jawab Ibu tersebut.

"Kalian ingin kontrakan yang mahal, sedang, atau murah?" tanya Ibu kontrakan.

"Kontrakan yang bagus untuk kami berdua" jawab Zena.

"Dilihat dari cara berpakaian kalian pasti orang berada, saya lihatkan kontrakan termahal saja" jawab Ibu kontrakan.

"Baik Bu" jawab Wendy.

Mereka berjalan tak jauh dari rumah Ibu kontrakan. Kira-kira sepuluh rumah dari situ terlihat sebuah bangunan yang cukup terawat.

"Rumah ini memiliki dua kamar tidur dan dua kamar mandi, ada garasi juga, dapur dan ruang makan juga lengkap" ujar Ibu kontrakan.

"Yang membuat kontrakan ini mahal itu isi di dalamnya mewah, walaupun cuma dua kamar tapi di penuhi dengan barang-barang baru" ujar Ibu kontrakan.

Zena dan Wendy melihat seisi rumah dan mereka menyukainya. Tempat itu bersih dan tertata rapi. Seperti yang dikatakan Ibu Kontrakan tempat itu berisi barang-barang yang masih baru.

"Saya menyukainya Bu, apa tidak bisa saya beli saja?" tanya Wendy.

"Kamu hendak menetap lama disini?" tanya Ibu kontrakan.

"Iya saya suka wilayah ini, masih asri" jawab Wendy.

"Kalau mau dibeli boleh juga, nanti saya beri harga diskon" jawab Ibu pemilik kontrakan.

"Wen kamu yakin mau beli? bukankah sebaiknya kuta coba kontrak dulu, kamu yakin mau lama disini?" tanya Zena tidak percaya pada ucapan sahabatnya.

"Aku yakin Zen, kamu boleh disini sampai kapan pun kamu mau, kalau kamu sudah bosan kamu boleh meninggalkan aku disini" ujar Zena.

"Terus perkerjaan kita bagaimana? kamu lagi hamil loh" jawab Zena.

"Kau berencana akan membuka klinik disini" jawab Wendy.

"Wen kamu yakin? disini pedesaan loh" ujar Zena semakin tidak percaya dengan ucapan Wendy.

"Aku yakin Zen, kamu tenang saja" jawab Wendy.

"Terserah kamu deh Wen, aku tidak mengerti dengan pola pikirmu" jawab Zena akhirnya mengalah.

Setelah sepakat untuk membeli rumah itu, Wendy segera menyelesaikan administrasi dan keperluan surat-surat lainnya. Wendy membayar kontan sekaligus seluruh biaya yang diperlukan. Mereka mulai menyusun barang-barang mereka dan membeli kekurangan lainnya.

"Siapa nama Ibu pemilik kontrakan itu?" tanya Zena pada Wendy saat mereka sedang berberes.

"Ibu Lia" jawab Wendy.

"Dia cukup ramah" balas Zena.

"Syukurlah dia ramah, kamu kan tahu kita tidak kenal siapa-siapa disini" jawab Wendy.

"Justru karena kita tidak kenal siapa-siapa kenapa kamu berani sekali untuk tinggal disini" ujar Zena.

"Aku akan menceritakan semuanya setelah kita beres-beres" jawab Wendy.

Mereka akhirnya selesai membersihkan seluruh ruangan yang ada di rumah itu. Wendy yang hamil besar tidak diizinkan oleh Zena untuk bekerja lebih. Zena yang paling banyak mengerjakan semua dan mengangkat barang mereka.

"Makasih ya Zen kamu udah bantu banyak" ujar Wendy tersenyum hangat.

"Aku sahabatmu tidak perlu berterima kasih" jawab Zena.

"Sekarang kamu ceritakan apa yang terjadi sama kamu dan Bian" ujar Zena.

Wendy akhirnya menceritakan seluruh kisah lengkap dari awal hingga akhir saat dia melihat adegan panas Bian dan Jessi. Mendengar hal itu Zena sangat marah hingga air matanya keluar. Dia tidak menyangka nasib yang begitu buruk menimpa sahabatnya. Pernikahan Wendy yang sempat membuat Zena iri hanya bertahan satu tahun.

"Kamu harus bercerai dengannya" ujar Zena sangat marah.

"Tentu saja, makanya aku memutuskan untuk pindah kesini" jawab Wendy.

"Kalau begitu aku akan selalu mendukung mu" jawab Zena seraya memeluk sahabatnya.

Episodes
1 Chapter 1 : Awal Mula Perselingkuhan (18+)
2 Chapter 2 : Ketahuan Selingkuh
3 Chapter 3 : Jijik
4 Chapter 4 : Memutuskan Untuk Menetap
5 Chapter 5 : Perkenalan Tetangga
6 Chapter 6 : Mengunjungi Rumah Sakit
7 Chapter 7 : Minimarket
8 Chapter 8 : Pekerjaan
9 Chapter 9 : Kepergian Zena
10 Chapter 10 : Dijaga Ketat
11 Chapter 11 : Sarapan Bersama
12 Chapter 12 : Bertemu Kembali
13 Chapter 13 : Alasan Dipanggil Mr. Love
14 Chapter 14 : Ciuman Pertama
15 Chapter 15 : Tragedi Mengerikan
16 Chapter 16 : Kehilangan Bayi
17 Chapter 17 : Sadarkan Diri
18 Chapter 18 : Tangisan Papa
19 Chapter 19 : Surat Perceraian
20 Chapter 20 : Zena dan Glen
21 Chapter 21 : Jadian
22 Chapter 22 : Merindukan Mu
23 Chapter 23 : Perjodohan
24 Chapter 24 : Cemburu
25 Chapter 25 : Kehamilan Jessi
26 Chapter 26 : Rasa Kagum
27 Chapter 27 : Cafe
28 Chapter 28 : Cinta Membara
29 Chapter 29 : Janda
30 Chapter 30 : Memulai
31 Chapter 31 : Mengunjungi Ibu Glen
32 Chapter 32 : Restu
33 Chapter 33 : Rasa Takut
34 Chapter 34 : Kemarahan Frans
35 Chapter 35 : Janji Makan Siang
36 Chapter 36 : Sudah Punya Pacar
37 Chapter 37 : Meminta Maaf
38 Chapter 38 : Rahasia Terbesar
39 Chapter 39 : Pertemuan
40 Chapter 40 : Mengundang Jessi
41 Chapter 41 : Bulan Madu
42 Chapter 42 : Rahasia Kematian Ayah Frans (1)
43 Chapter 43 : Rahasia Kematian Ayah Frans (2)
44 Chapter 44 : Rahasia Kematian Ayah Frans (3)
45 Chapter 45 : Rahasia Kematian Ayah Frans (4)
46 Chapter 46 : Kebohongan Terbongkar
47 Chapter 47 : Lamaran
48 Chapter 48 : Memperbaiki Kesalahan
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Chapter 1 : Awal Mula Perselingkuhan (18+)
2
Chapter 2 : Ketahuan Selingkuh
3
Chapter 3 : Jijik
4
Chapter 4 : Memutuskan Untuk Menetap
5
Chapter 5 : Perkenalan Tetangga
6
Chapter 6 : Mengunjungi Rumah Sakit
7
Chapter 7 : Minimarket
8
Chapter 8 : Pekerjaan
9
Chapter 9 : Kepergian Zena
10
Chapter 10 : Dijaga Ketat
11
Chapter 11 : Sarapan Bersama
12
Chapter 12 : Bertemu Kembali
13
Chapter 13 : Alasan Dipanggil Mr. Love
14
Chapter 14 : Ciuman Pertama
15
Chapter 15 : Tragedi Mengerikan
16
Chapter 16 : Kehilangan Bayi
17
Chapter 17 : Sadarkan Diri
18
Chapter 18 : Tangisan Papa
19
Chapter 19 : Surat Perceraian
20
Chapter 20 : Zena dan Glen
21
Chapter 21 : Jadian
22
Chapter 22 : Merindukan Mu
23
Chapter 23 : Perjodohan
24
Chapter 24 : Cemburu
25
Chapter 25 : Kehamilan Jessi
26
Chapter 26 : Rasa Kagum
27
Chapter 27 : Cafe
28
Chapter 28 : Cinta Membara
29
Chapter 29 : Janda
30
Chapter 30 : Memulai
31
Chapter 31 : Mengunjungi Ibu Glen
32
Chapter 32 : Restu
33
Chapter 33 : Rasa Takut
34
Chapter 34 : Kemarahan Frans
35
Chapter 35 : Janji Makan Siang
36
Chapter 36 : Sudah Punya Pacar
37
Chapter 37 : Meminta Maaf
38
Chapter 38 : Rahasia Terbesar
39
Chapter 39 : Pertemuan
40
Chapter 40 : Mengundang Jessi
41
Chapter 41 : Bulan Madu
42
Chapter 42 : Rahasia Kematian Ayah Frans (1)
43
Chapter 43 : Rahasia Kematian Ayah Frans (2)
44
Chapter 44 : Rahasia Kematian Ayah Frans (3)
45
Chapter 45 : Rahasia Kematian Ayah Frans (4)
46
Chapter 46 : Kebohongan Terbongkar
47
Chapter 47 : Lamaran
48
Chapter 48 : Memperbaiki Kesalahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!