Wendy mengemas barang-barangnya dan chek out saat itu juga. Willy yang baru siap mandi melihat keributan teman-temannya menjadi bingung.
"Ada apa ini, Wendy kenapa kamu bawa koper bukannya hari ini kita masih kulineran?" tanya Willy tidak mengerti.
"Tanya saja pada sahabat mu itu" jawab Wendy seraya pergi.
Wendy keluar dari hotel dan segera naik taksi. Dia juga memesan tiket kembali ke rumah untuk menyiapkan barang-barangnya. Dia ingin bercerai dan pergi dari kehidupan yang menjijikkan ini.
Zena menjemput Wendy di bandara, dia sudah tahu sedikit tentang keadaan Wendy. Zena merupakan sahabat Wendy semasa kuliah. Dia satu jurusan dan satu kelas dengan Wendy.
"Sini aku bawain koper mu, kamu serius Wen Bian selingkuh dengan Jessi?" tanya Zena tidak percaya.
"Cukup Zen, aku gak mau lagi bahas mereka berdua, sekarang kamu bantu aku packing dan kita akan pergi ke tempat yang jauh" ujar Wendy.
Wendy dan Zena berkuliah kedokteran dan mereka bekerja di rumah sakit milik keluarga Zena. Papa Zena merupakan sahabat Papa Wendy sekaligus rekan bisnis. Papa Wendy sebagai donatur nomor satu di rumah sakit milik keluarga Zena.
"Kita mau kemana Wen?" tanya Zena.
"Kamu mau kan menemani aku untuk menenangkan diri?" tanya Wendy penuh harap.
"Tentu saja aku mau, ya sudah ayo kita siap-siap" ajak Zena.
Zena membantu Wendy menyiapkan barang-barangnya. Wendy membawa banyak uang dan ATM pribadinya. Dia tidak tahu seberapa lama dia akan pergi dari rumah itu. Papa dan Mama Wendy belum dikabari, dia berencana mengabari mereka setelah menenangkan diri.
Setelah semuanya siap, Wendy menemani Zena untuk packing juga ke rumahnya. Mereka memutuskan untuk pergi ke tempat terpencil agar tidak mudah ditemukan. Mereka membawa banyak uang cash agar tidak terlacak oleh transaksi. Wendy membeli ponsel baru dan mengganti nomor nya agar dia tidak mendengar keributan lagi.
Mereka memutuskan ke sebuah desa bernama 'Desa XY'. Sebuah desa yang tidak terlalu terkenal dan masih sangat asri. Mereka memutuskan untuk menenangkan diri disana. Tanpa internet dan tanpa ponsel. Mereka akan menggunakan keduanya jika sudah sangat diperlukan.
Setelah lima jam perjalanan akhirnya mereka tiba disana. Mereka segera mencari kontrakan untuk tempat mereka beristirahat. Desa itu sangat nyaman dan udaranya masih sejuk.
"Cari siapa ya?" tanya seorang Nenek yang terlihat seperti usia 70 an.
"Kita sedang mencari kontrakan Nek, dimana ya bisa kami temukan?" tanya Zena.
"Kalian jalan saya terus sampai ada pertigaan, disana kalian bisa menemukan rumah pemilik kontrakan" ujar Nenek tersebut.
"Terimakasih Nenek" jawab Wendy dan Zena.
Wendy dan Zena berjalan terus seperti instruksi dari nenek. Tak terasa mereka sudah sampai di rumah pemilik kontrakan. Zena dan Wendy permisi untuk masuk ke rumah tersebut.
"Permisi, apa ada orang" ujar Wendy.
"Masuk saja" terdengar balasan dari dalam rumah.
Zena dan Wendy saling tatap. Mereka akhirnya masuk secara perlahan. Wendy menatap takjub isi rumah tersebut sangat unik dan antik.
"Kalian cari siapa?" tanya wanita yang seumuran dengan Ibu mereka.
"Kami mencari pemilik kontrakan" jawab Zena.
"Kalian berada di tempat yang tepat, kebetulan saya punya beberapa kontrakan kosong" jawab Ibu kontrakan.
"Boleh kami lihat terlebih dahulu kontrakan yang ditawarkan?" tanya Wendy.
"Tentu saja ayo ikut aku" jawab Ibu tersebut.
"Kalian ingin kontrakan yang mahal, sedang, atau murah?" tanya Ibu kontrakan.
"Kontrakan yang bagus untuk kami berdua" jawab Zena.
"Dilihat dari cara berpakaian kalian pasti orang berada, saya lihatkan kontrakan termahal saja" jawab Ibu kontrakan.
"Baik Bu" jawab Wendy.
Mereka berjalan tak jauh dari rumah Ibu kontrakan. Kira-kira sepuluh rumah dari situ terlihat sebuah bangunan yang cukup terawat.
"Rumah ini memiliki dua kamar tidur dan dua kamar mandi, ada garasi juga, dapur dan ruang makan juga lengkap" ujar Ibu kontrakan.
"Yang membuat kontrakan ini mahal itu isi di dalamnya mewah, walaupun cuma dua kamar tapi di penuhi dengan barang-barang baru" ujar Ibu kontrakan.
Zena dan Wendy melihat seisi rumah dan mereka menyukainya. Tempat itu bersih dan tertata rapi. Seperti yang dikatakan Ibu Kontrakan tempat itu berisi barang-barang yang masih baru.
"Saya menyukainya Bu, apa tidak bisa saya beli saja?" tanya Wendy.
"Kamu hendak menetap lama disini?" tanya Ibu kontrakan.
"Iya saya suka wilayah ini, masih asri" jawab Wendy.
"Kalau mau dibeli boleh juga, nanti saya beri harga diskon" jawab Ibu pemilik kontrakan.
"Wen kamu yakin mau beli? bukankah sebaiknya kuta coba kontrak dulu, kamu yakin mau lama disini?" tanya Zena tidak percaya pada ucapan sahabatnya.
"Aku yakin Zen, kamu boleh disini sampai kapan pun kamu mau, kalau kamu sudah bosan kamu boleh meninggalkan aku disini" ujar Zena.
"Terus perkerjaan kita bagaimana? kamu lagi hamil loh" jawab Zena.
"Kau berencana akan membuka klinik disini" jawab Wendy.
"Wen kamu yakin? disini pedesaan loh" ujar Zena semakin tidak percaya dengan ucapan Wendy.
"Aku yakin Zen, kamu tenang saja" jawab Wendy.
"Terserah kamu deh Wen, aku tidak mengerti dengan pola pikirmu" jawab Zena akhirnya mengalah.
Setelah sepakat untuk membeli rumah itu, Wendy segera menyelesaikan administrasi dan keperluan surat-surat lainnya. Wendy membayar kontan sekaligus seluruh biaya yang diperlukan. Mereka mulai menyusun barang-barang mereka dan membeli kekurangan lainnya.
"Siapa nama Ibu pemilik kontrakan itu?" tanya Zena pada Wendy saat mereka sedang berberes.
"Ibu Lia" jawab Wendy.
"Dia cukup ramah" balas Zena.
"Syukurlah dia ramah, kamu kan tahu kita tidak kenal siapa-siapa disini" jawab Wendy.
"Justru karena kita tidak kenal siapa-siapa kenapa kamu berani sekali untuk tinggal disini" ujar Zena.
"Aku akan menceritakan semuanya setelah kita beres-beres" jawab Wendy.
Mereka akhirnya selesai membersihkan seluruh ruangan yang ada di rumah itu. Wendy yang hamil besar tidak diizinkan oleh Zena untuk bekerja lebih. Zena yang paling banyak mengerjakan semua dan mengangkat barang mereka.
"Makasih ya Zen kamu udah bantu banyak" ujar Wendy tersenyum hangat.
"Aku sahabatmu tidak perlu berterima kasih" jawab Zena.
"Sekarang kamu ceritakan apa yang terjadi sama kamu dan Bian" ujar Zena.
Wendy akhirnya menceritakan seluruh kisah lengkap dari awal hingga akhir saat dia melihat adegan panas Bian dan Jessi. Mendengar hal itu Zena sangat marah hingga air matanya keluar. Dia tidak menyangka nasib yang begitu buruk menimpa sahabatnya. Pernikahan Wendy yang sempat membuat Zena iri hanya bertahan satu tahun.
"Kamu harus bercerai dengannya" ujar Zena sangat marah.
"Tentu saja, makanya aku memutuskan untuk pindah kesini" jawab Wendy.
"Kalau begitu aku akan selalu mendukung mu" jawab Zena seraya memeluk sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments