KABAR

Kepala yang berdenyut sakit tidak Xiao Yauran hiraukan. Perempuan itu menghambur keluar dari ruangan lalu berlari ke ruang depan. Di sana sudah ada Jiang Hun, sedang berdiri di dekat dinding kaca menatap ke luar. Xiao Yauran tidak hirau padanya.

"Ya, Tuhan!" Dia berseru sambil menutup mulutnya saat melihat tubuh yang sudah terlihat lemah itu masih berlutut di sana. Menatap ke langit yang tampak bergolak karena mendung bergulung-gulung dan berarak, matanya langsung berkaca-kaca.

"Hatimu terbuat dari apa, hah? Apa tidak ada sedikit saja belas kasihan?"

Jiang Hun bergeming. Menulikan telinga---tidak hirau pada perkataan sang istri yang bernada sinis nan dingin.

"Lizqi." Perempuan itu menyentuh kaca dan tiba-tiba tersedu-sedu. Di sela isak tangis dia berbicara seperti sedang meratap, "Mama tidak tahu harus merasa sedih atau bahagia. Tapi mama bersyukur, ternyata kamu mendapatkan cinta yang sangat besar darinya. Cinta yang luar biasa."

Jiang Hun menghela napas berat, kemudian melirik sang istri yang karena tangisnya tampak seperti sedang sesak napas. Setelah itu, tanpa mengucap sepatah kata pun segera membalik badan, tetapi sebelum sempat beranjak, tiba-tiba hujan deras mengguyur bagai air dituang dari langit.

"Pa! Mama mohon! Dia itu laki-laki pilihan putri kita!" Xiao Yauran menjerit histeris, tetapi Jiang Hun hanya diam terpaku.

Di luar sana, meski sudah sangat lemah,  Steven Lou masih terus mencoba bertahan. Air hujan untuk sejenak mampu memberinya rasa segar. Namun, lama kelamaan rasa dingin justru menjadi siksaan.

Perut melilit karena lapar membuat daya tahan tubuhnya menurun drastis. Kakinya yang sedari tadi telah kebas pun kini mulai gemetaran, seoalah bertulang rapuh dan bisa remuk kapan saja.

Rasa dingin yang terasa menusuk hingga menembus kulit, membuat tubuhnya menggigil. Bibir membiru, kepala terasa pening, dan mata berkunang-kunang. Namun, dia masih belum mau menyerah.

Bertahanlah, StevenLou. Bertahanlah, demi belahan jiwamu. Jangan lemah, Tuan Lou. Kamu pasti sanggup.

Suara-suara dalam kepala terus bergaung memberinya semangat. Steven Lou mengepalkan kedua tinju semakin erat saat merasa tubuhnya kini mulai tidak mematuhi perintah otak. Semangat masih membara, tetapi fisik sudah hampir mencapai batas.

Aku tidak boleh menyerah. Beib, pinjamkan aku semangatmu. Jiang Lizqi, aku mencintaimu.

Steven Lou menghadirkan wajah sedih Jiang Lizqi sebagai cambuk agar dirinya mampu bertahan. Berharap, setelah hari ini dia tidak akan lagi melihat kesedihan yang kerap sembunyi-sembunyi hadir itu di wajah istrinya. Dia harus berhasil meluluhkan hati Jiang Hun. Harus bisa membawa orang tua Jiang Lizqi pulang sebagai hadiah terindah di hari ulang tahunnya besok.

Namun, segigih apa pun dia mencoba untuk bertahan dengan semangat yang masih terus berkobar, tetap saja tidak mampu menyangkal batas diri saat tubuh yang sudah sangat lemah itu mengkhianati. Tubuhnya terasa begitu ringan. Saking ringannya serasa seperti sedang melayang.

Jiang Lizqi. Jiang Lizqi. Jiang ... Lizqi ... Lizqi ... a-aku---

Di antara kesadaran yang semakin terkikis, dia terus memanggil nama sang istri dalam hati, hingga akhirnya kegelapan itu merenggut, dan seluruh indra terasa mati. Akhirnya sang pejuang kebahagiaan istri dan pejuang restu orang tua itu pun tumbang.

"Papa!" Xiao Yauran berteriak histeris saat tubuh Steven Lou tiba-tiba ambruk ke tanah

Tidak disangka-sangka, Jiang Hun langsung menghambur ke luar. Tadi hatinya sedang gundah belum sempat memutuskan, apakah akan tetap mengabaikan Steven Lou atau mengajaknya masuk, tetapi begitu melihat pria muda itu ambruk, juga karena teriakan sang istri, tanpa berpikir lagi kakinya bergerak cepat.

Sementara itu di saat yang sama, di kamarnya, Jiang Lizqi masih terus mondar-mandir. Sejak tadi, dia selalu rutin menghubungi ponsel Steven Lou setiap lima belas menit sekali, tetapi tetap saja tidak diangkat. Dan barusan dia menghubungi lagi, tetapi jawaban operator otomatis mengatakan kalau nomor untuk sementara tidak dapat dihubungi. Hati Jiang Lizqi risau setengah mati.

"Honey, kumohon cepat hubungi aku. Aku mohon. Aku mohon. Aku mohon ...." Sambil meremas ponsel dalam genggaman, dia terus menggumamkan kalimat yang sama.

Sesaat kemudian dia kembali mengoperasikan ponselnya dan ketika hanya terdengar nada tut tut tut panjang, hatinya gemas bukan kepalang, dia melampiaskannya dengan melempar benda tidak berdosa itu ke atas kasur.

"Steven, kamu di mana?" Dia pun membanting diri di tepi pembaringan, kemudian mengacak rambut frustrasi. "Ya, Tuhan aku mohon jaga dia." Kini tangannya mengusap wajah sangat kasar.

Setelah malam di mana Steven Lou terkubur salju, Jiang Lizqi belum pernah lagi merasakan khawatir seperti itu. Baru sekarang dia merasakannya lagi. Dia jadi berprasangka buruk gara-gara kebohongan Steven Lou, tetapi naluri terus mengajaknya untuk berbaik sangka.

Dalam hati dia terus berusaha menanamkan rasa percaya. Percaya bahwa Steven Lou tidak akan pernah mengkhianatinya. Terus meyakinkan diri kalau saat ini suaminya itu sedang berada di suatu tempat yang tidak memungkinkannya untuk menerima panggilan, atau mungkin tidak ada jaringan koneksi.

Namun, semakin Jiang Lizqi berusaha meyakinkan diri, perasaannya malah semakin kacau---tidak tahu sebenarnya yang mana yang lebih mempengaruhi jiwanya. Khawatir Steven Lou selingkuh atau takut telah terjadi sesuatu yang buruk padanya. Yang jelas, keduanya sekarang ini sama-sama mengaduk-aduk perasaannya.

"Aaarrrggghhh!" Akhirnya kasur yang tidak berdosa pun menjadi sasaran tinjunya. Bertepatan dengan itu ponselnya berdering. "Steven, akhirnya ...."

Bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, wajahnya seketika berseri-seri. Segera dia mengambil ponselnya, tetapi ketika yang muncul di layar bukan nama suaminya, melainkan tulisan Home, bagai bulan terselubung awan wajahnya seketika suram. Namun, detik berikutnya terlihat sedikit cerah dihiasi senyum tipis.

Tangannya bergetar hebat sampai-sampai ponsel yang dipegangnya juga turut bergoyang-goyang. Menatap terpaku layar ponsel, rasa rindu yang menyeruak tiba-tiba, sejenak membuatnya melupakan Steven Lou.

Rasanya seperti sedang bermimpi. Sungguh sulit dipercaya orang tuanya tiba-tiba saja menghubungi. Untuk membuktikan bahwa itu nyata, sebelum nada panggilan tersebut berakhir, Jiang Lizqi segera membuka sambungan. Namun tidak langsung bersuara, melainkan hanya diam mendengarkan.

"Lizqi, halo."

Suara sang mama membuat Jiang Lizqi seketika merasa sukar bernapas dan tidak mampu berkata-kata. Dia sangat merindukan suara itu hingga tak mampu menahan perasaan saat mendengarnya, bulir-bulir jernih merembes cepat keluar dari sudut-sudut matanya

"Nak. Kamu ada di sana, kan? Kamu mendengar mama, kan?"

"Ma-mama," Suara Jiang Lizqi sangat lirih, bergetar dan serak.

"Lizqi, pulanglah, Nak. Steven ada di sini."

Mata Jiang Lizqi seketika melebar. Aku tidak salah dengar, kan? Pikirnya.

"Ma-maksud Mama?" Rasa terkejut dan antusiasme berlebihan karena akhirnya mendapat titik terang keberadaan sang suami, justru membuat suara Jiang Lizqi seperti tersekat di kerongkongan.

"Ceritanya panjang. Sebaiknya segera kemari. Suamimu demam tinggi dan terus memanggil namamu."

Demam? Bagaimana bisa tiba-tiba demam tinggi? Padahal dia yakin tadi pagi Steven Lou tidak apa-apa. Kata demam membuat Jiang Lizqi berasumsi tentang sesuatu. Sekilas dia melirik ke halaman samping kamar. Hujan masih turun sangat deras.

"Ma, apa dia berlutut lagi?"

Tidak langsung ada jawaban, tetapi Jiang Lizqi mendengar suara isak. "Maaf, mama tidak bisa berbuat apa-apa," ujar Xiao Yauran kemudian sambil tersedu-sedu.

Hati Jiang Lizqi serasa disayat sembilu. "Apa di sana hujan?"

"I-iya. Maafkan mama ...."

"Terima kasih, Ma." Jiang Lizqi langsung memutus sambungan lalu bergegas pergi ke garasi.

Kini dia mengerti kenapa Steven Lou berbohong. Dia jadi merasa sangat buruk karena sempat berprasangka negatif.

Steven Lou yang baik sekaligus bodoh. Aku tidak butuh apa-apa lagi asalkan bisa selalu bersamamu. Kenapa harus menyusahkan diri sendiri seperti itu. Itu menyakiti hatiku, Honey. Sakit.

[Bersambung]

Terpopuler

Comments

Mazmur

Mazmur

dia tidak peduli apa kata orang,.karena baginya kebahagiaan keluarga kecilnya itu yg utama dan patut diperjuangkan..👍

2023-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!