Masih sambil mondar-mandir, Jiang Lizqi kembali mengoperasikan ponselnya, dan ketika benda pipih persegi panjang itu menempel di telinga, suara seorang perempuan yang menjawab dengan kalimat panjang laksana petugas operator langsung terdengar.
"Nona Lu, apakah Tuan Lou ada menghubungi kantor?" Jiang Lizqi bertanya tanpa basa-basi lagi.
"Maaf, Nyonya Lou, Tuan Lou menghubungi kantor tadi pagi hanya untuk meminta saya supaya menghendel semua pekerjaan."
"Dia ke kota mana?"
"Maaf, saya tidak tau. Tuan Lou pergi untuk urusan pribadi, jadi tidak mengatakan apa-apa pada saya."
Mendengar jawaban itu, jiwa Jiang Lizqi seakan terhempas, tubuhnya lemas seketika. Steven Lou sudah berbohong. Apa artinya ini?
Dia melempar ponsel yang masih terhubung begitu saja ke atas meja. Setelah itu, membanting tubuh yang terasa lunglai ke kursi. Seiiring dengan prasangka buruk yang mulai meracuni otak, batinnya pun menjadi semakin gelisah. Kini dia tidak lagi hanya khawatir sesuatu yang buruk mungkin telah menimpa suaminya, tetapi kecurigaan lain pun mulai menghantui. Dia mulai meragukan cinta dan kesetiaan StevenLou.
Jangan-jangan dia sudah bosan padaku. Dan sudah memiliki yang lain.
Jiwa Jiang Lizqi merintih. Pikiran semakin kalut. Dia pikir, Steven Lou mengabaikannya karena mungkin saat ini dia sedang bersama yang lain. Kebohongan Steven Lou semakin membuat Jiang Lizqi merasa apa yang dia pikirkan cukup masuk akal.
Menghela napas dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan, perempuan itu membatin, apakah aku akan kehilangan dirimu? Apakah kita akan berakhir? Sedetik setelahnya, Jiang Lizqi tersentak oleh pemikirannya sendiri dan segera mengibaskan kepala berkali-kali.
"Tidak. Steven tidak mungkin melakukan itu." Setelahnya Jiang Lizqi terkekeh sarkas, menertawakan kebodohannya karena telah meragukan kesetiaan sang suami. "Honey, aku percaya padamu. Sebentar lagi kamu pasti akan menghubungi. Please, stay safe."
Jiang Lizqi mengatakan semua itu dengan lantang untuk menegaskan pada diri sendiri bahwa dia tidak meragukan Steven Lou dan tidak boleh meragukannya dengan alasan apa pun.
Sudah tepat bila Jiang Lizqi memutuskan untuk mempercayai Steven Lou karena suaminya itu sangat pantas mendapatkannya. Rela menempuh perjalanan jauh selama tiga jam seorang diri, keluar dari pusat kota Shanghai menuju sebuah kota kecil di daerah pinggiran, Steven Lou tidak pernah sedikit pun berpikir kalau rencananya akan berjalan sesuai yang diharapkan.
Dia justru sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi dan menerima kemungkinan terburuk. Tidak apa, demi kebahagiaan Jiang Lizqi, dia akan melakukan apa saja. Dan seperti yang sudah dia perkirakan, memang tidak semudah membalik telapak tangan untuk mendapatkan maaf dari orang tua JiangLizqi.
Xiao Yauran, ibu JiangLizqi, yang membuka pintu tidak berani mempersilakan Steven Lou masuk. Setidaknya dia harus memberi tahu sang suami terlebih dahulu. Begitu Jiang Hun, ayah JiangLizqi, keluar dan melihat Steven Lou, wajahnya langsung merah padam. Bahkan sebelum sang menantu sempat menyapa, tangan pria itu sudah melayang dan kepala Steven Lou seketika melengos kala tamparan sangat keras yang dilayangkan Jiang Hun mendarat di pipinya.
"Pa, jangan!" Xiao Yauran menjerit histeris dan buru-buru menangkap tangan sang suami lalu memeluknya erat-erat, mencegah pria itu melayangkan tamparan berikutnya.
"Enyah dan jangan pernah lagi muncul di hadapanku!" Saking marahnya, tubuh Jiang Hun sampai bergetar, wajah merah padam dan mata yang melotot pun tampak memerah dan basah.
"Pa. Sudah."
Dengan air mata berlinang, Xiao Yauran terlihat sangat rapuh. Steven Lou tidak tega melihatnya. Dia tahu, perempuan itu pasti sangat merindukan putrinya, hanya saja tidak kuasa melawan kehendak sang suami.
"Bi, aku mohon---"
"Diam!" Dengan mata basah, Xiao Yauran menatap sengit. "Semua gara-gara kamu! Kalau kamu tidak pernah muncul dalam kehidupan Lizqi ...." Perempuan itu terisak-isak, tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
Walau bagaimanapun, pria muda yang ada dihadapannya ini adalah orang yang sangat dicintai putrinya. Mengatakan semua itu rasanya terlalu kejam, mengingat bahwa Jiang Lizqi'lah yang memiliki inisiatif untuk kabur dari rumah.
Dia belum lupa bagaimana dulu Steven Lou berusaha mendapatkan restu. Salju tipis yang turun hingga menumpuk di baju hangatnya menjadi saksi berapa lama dia berlutut, udara yang mencapai angka minus pun tidak lantas membuat pria muda itu beranjak.
Steven Lou bersedia terus berlutut karena tidak tahu cara apa lagi yang harus dia tempuh untuk meluluhkan hati orang tua Jiang Lizqi. Namun, Jiang Lizqi tidak sanggup melihat orang yang sangat dicintainya membeku kedinginan di bawah tumpukan salju. Malam itu, Jiang Lizqi yang selama hidupnya selalu menjadi kucing jinak, dalam sekejap menjelma menjadi harimau ganas. Mengaum dan menunjukkan taringnya, menerjang maju mendobrak dinding penghalang dan meloncat sejauh-jauhnya bersama sang pujaan hati.
"Lizqi sangat merindukan kalian." Steven Lou menatap mengiba. "Paman dan Bibi belum lupa hari lahir Lizqi, kan?"
Bahu Xiao Yauran menjengit, wajahnya terlihat semakin sendu. Tentu saja dia tidak akan pernah lupa kapan putrinya berulang tahun. Selama empat tahun ini dia tetap membuat kue dan memasak hidangan istimewa di hari ulang tahun Jiang Lizqi meski yang bersangkutan tidak ada di rumah. Makanan itu pun tidak dia makan sendiri, tetapi dibagikan ke sebuah panti asuhan terdekat.
"Putri kami sudah mati, tidak akan pernah lagi berulang tahun! Kami akan menyalakan dupa dan berdoa di hari kematiannya, bukan di hari lahirnya!"
"Paman!" Merasa ucapan Jiang Hun sudah sangat keterlaluan, Steven Lou tanpa sadar meninggikan suaranya. Namun, sesaat setelahnya dia menyadari kalau hal itu akan membuat situasi semakin buruk.
Tatapan Jiang Hun rasa-rasanya sanggup menembus ulu hati Steven Lou. Pria itu menghempaskan tangan sang istri yang sedari tadi memegangi lengannya, kemudian, tanpa disangka-sangka dengan sekuat tenaga mendorong Steven Lou. Tidak ayal lagi, tubuh pria muda itu terpental ke belakang, jatuh berguling-guling di anak tangga teras.
"Pa!" Xiao Yauran panik. Kakinya refleks hendak melangkah menghampiri Steven Lou yang terkapar di tanah, tetapi lengannya dicengkeram erat-erat oleh sang suami. Tidak berdaya, dia hanya bisa menatap sang menantu iba.
"Pergi dan jangan pernah kembali lagi. Lizqi kami sudah lama mati!" Setelah itu, Jiang Hun langsung balik badan, masuk ke rumah sambil menyeret istrinya.
"Paman, Bibi, tunggu! Aku mohon, sekali ini saja!" Tidak memedulikan rasa ngilu di tubuh, Steven Lou segera berdiri untuk mengejar. Namun, sayangnya pintu itu sudah tertutup sebelum dirinya sampai. Dia sempat menggedor beberapa kali sambil terus berteriak memohon, tetapi pada akhirnya menyerah karena yakin itu hanya akan sia-sia.
"Aku tahu kalian juga merindukannya. Aku mohon sekali ini ...." Steven Lou tidak melanjutkan perkataannya. Dia tahu, sekadar kata-kata tidak akan bisa meluluhkan hati orang tua Jiang Lizqi.
[Bersambung]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Mazmur
👍
2023-08-07
0