Operasi

"Tidak bisa. Ini merugikan orang lain. Apa permintaanmu tidak terdengar aneh? Biasanya seseorang diminta operasi plastik untuk merubah wajahnya menjadi orang biasa, bukan wajah orang terkenal. Kalau kau begitu terobsesi dengan wanita ini, kenapa tidak kau nikahi saja dia, bukan aku!" ucap Khati dongkol karena ia merasa dijadikan objek pria itu, untuk mendapatkan istri yang berwajah sesuai dengan keinginannya.

"Apa kau tidak takut kalau kukembali lagi kau ke dalam penjara, mmh!" Jun mulai hilang kendali dan melontarkan ancaman.

Wanita itu cukup terkejut dengan cara bagaimana pria itu marah yang cukup mengerikan, tapi ia tak mau menyerah. Ia punya hak atas tubuhnya yang ia tak mau orang lain kuasai. "Lakukan saja kalau itu maumu! Kau pikir aku takut? Istri juga bisa menolak, kalau permintaan suaminya tak masuk akal!" Sang wanita melempar foto itu ke ranjang, sambil kembali merengut dan langsung berdiri.

Jun langsung pasang badan. "Kau mau ke mana," tanyanya dengan wajah dingin. Ia meraih lengan Khati dengan kasar. "Kau harus melakukannya, tidak bisa tidak!"

"Aku tidak mau!" Wanita itu mendorong kasar suaminya ke samping hingga sang pria hampir terjatuh dan bergegas ke pintu. Ia bergegas keluar.

"Khati!" Pria itu mengejarnya dan kembali meraih lengan wanita itu tapi kali ini ia langsung memanggul tubuh wanita itu di bahunya.

"Hei! Tunggu! Turunkan aku!" Khati berteriak sambil memukul-mukul punggung sang suami. "Jun!"

Dua orang pria bertubuh tinggi tegap tergopoh-gopoh datang menaiki tangga. Jun menurunkan istrinya dan disambut kedua orang itu. Salah satunya membekap hidung sang wanita dengan kain.

"Mmhmmh!" Tak ada gunanya wanita itu berontak karena kedua tangannya dipegang dengan sangat kuat oleh kedua lelaki itu. Tak lama tubuhnya terkulai lemas dan dalam hitungan detik ia telah pingsan.

"Uh ...." Hakim itu mengurut bahunya pelan. Bobot tubuh sang istri yang gemuk itu membuat bahunya pegal. Ia memang sudah menyiapkan kedua bodyguard itu seandainya sang istri tak menurut padanya tapi ia tak mengira wanita berwajah lembut itu bisa setegas itu padanya. Apa Khati tak pernah punya masalah yang sama dengan mantan suami dulu? "Tolong bawa istriku ke mobil."

"Siap, Pak."

---------+++---------

"Pastikan operasinya berjalan lancar dan sesuai keinginanku," sahut Jun pada pria di depannya.

Dokter yang memperhatikan foto yang berada di atas meja, mengangguk. "Sejauh ini, klinik kami yang terbaik. Saya akan usahakan operasinya tanpa kesalahan."

Pria itu menatap tajam dokter itu seakan ingin menelannya. "Tentu saja. Sekali kau bikin kesalahan, karir dan klinikmu akan tamat!" ucapnya pelan namun menusuk.

Dokter itu menelan ludahnya dengan susah payah. "Ja-jangan khawatir, Pak."

"Dan pastikan tidak ada seorangpun tahu tentang operasi ini," ancam Jun dengan gigi dirapatkan dan wajah seram. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan. "Atau klinik ini tinggal nama dan kau pindah ke penjara."

Keringat dingin dirasa pria itu. Tiba-tiba saja tubuhnya gemetar, walau ia berusaha bersikap normal. Ia masih kesulitan menelan ludah sendiri. "Bapak tak perlu bicara begitu, ka-karena prosedur kami memang seperti itu. Semua pasien di sini na-namanya memang di rahasiakan."

"Bagus." Jun menarik tubuhnya ke belakang dengan senyum tersembunyi. "Segera saja lakukan karena pasien akan segera aku bawa ke Singapura setelah operasi. Eh, berikan alamat klinik yang bisa merawatnya kalau terjadi masalah."

"Sebenarnya semua klinik bisa, tapi sebentar. Aku ada klinik referensi. Aku carikan dulu."

Selagi pria itu sibuk mencari alamat di ponsel, hakim itu bangkit mendekati sang istri yang terbaring pingsan di brankar. Ia duduk di tepi ranjang pasien dan memperhatikan wajah wanita itu untuk terakhir kalinya.

Wajah istrinya tidak terlalu buruk, bahkan cukup cantik. Hanya saja tubuhnya sedikit gemuk. Pria itu kemudian mencoba membuka jilbab sang istri. Ia mengangkat kepala istrinya sedikit guna melepas ikatan rambut yang berada di belakang. Ternyata wanita itu punya rambut yang tebal dan panjang.

Jun mengusap lembut pipi wanita berwajah lembut itu. Maafkan aku, karena telah lancang masuk dalam kehidupanmu. Telah memaksamu mengikuti keinginanku, tapi hanya kamu yang bisa membantuku, Khati. Maafkan aku.

"Eh, ini, Pak alamatnya!" teriak dokter itu.

-----------+++----------

Julia tengah melamun cukup lama. Kenapa ia berada di ruangan tertutup itu, sedikit banyaknya ia tahu. Tiada guna penyesalan di akhir karena apa yang sudah dilakukannya memang cukup fatal yang menyebabkan pria itu marah. Kalau sesuatu terjadi padanya itu tidak aneh. Ia baru saja membangunkan singa yang sedang tidur.

Ini semua karena ia menyepelekan Jun. Pria itu walaupun terlihat galak, sebenarnya adalah pria yang ramah tapi tegas. Pria yang selalu mengedepankan keadilan. Dunia hukum seakan membaik sejak berada di tangannya, tapi ketika ia terluka, Julia tidak menyadari dampaknya.

Wanita itu hanya tidak sabar. Karena sebagai pacar Jun, mereka jarang bertemu karena kesibukan masing-masing dan karena itu media tak ada yang tahu mereka tengah berpacaran. Padahal mereka sudah dua tahun berpacaran, dan Julia menunggu pria itu melamarnya.

Namun wanita itu tanpa sengaja bertemu Damar di sebuah pesta dan hubungan itu berlanjut menjadi sebuah perselingkuhan. Ketika hal ini diketahui Jun, wanita itu memilih Damar. Pria berkacamata itu menjanjikannya untuk dinikahi walaupun hanya sebatas istri kedua.

Seberapa dalam luka yang ia telah buat pada pria itu, Julia baru menyadarinya. Pria yang begitu baik dan sering memanjakannya kini menjadi singa yang terluka. Sekarang wanita itu hanya bisa menyalahkan diri sendiri karena berakhir seperti ini.

Terdengar suara kunci yang sedang diputar. Seorang pria bertubuh tinggi tegap yang sangat dikenalinya masuk ke dalam ruangan.

"Jun ...." Netra Julia menatap nanar memandangi wajah tampan pria yang baru datang itu.

Pria itu seolah ragu untuk melangkah masuk tapi kemudian ia bergerak mendekati Julia berusaha tegar. "Aku hanya ingin memberitahumu saja bahwa kau mungkin akan lama berada di sini." Jun tak mau melihat langsung wanita itu karena merasa jengah.

"Jun, apa kau ingin aku kembali padamu?" Wanita itu menunggu sebentar tapi tak ada jawaban. "Kalau kau ...."

"Jangan coba menawarku!" bentak pria itu dengan pandangan tajam ke arah Julia.

Wanita itu tentu saja terkejut. "Aku ...." Tiba-tiba lidah sang wanita keluh. Matanya mulai memerah. Ia berusaha menahan air mata yang hampir jatuh dengan mengigit bibirnya tapi tak ayal jatuh juga. Ia tertunduk. "Apa kau ingin balas dendam padaku?" Ia mulai menangis terisak.

"Jangan pura-pura menangis! Kau yang memulai penghianatan ini!" Kedua netra pria itu pun mulai memerah.

"Apa salah, bila seorang wanita ingin segera menikah?" ucap wanita itu pelan dan pasrah.

Kata-kata itu menghujam jantung Jun. Ia tak kuat berada di sana. "Aku tak ingin kembali ke masa lalu." Ia kemudian dengan gugup melangkah ke pintu.

"Jun!" Julia meraih lengan pria itu. "Maafkan aku ...."

Jun menepisnya dengan kasar. Sang wanita bahkan jatuh terduduk. Pria itu terus melangkah dan tak ingin menoleh.

"Jun!"

Pria itu berhasil keluar dan pintu kembali dikunci oleh petugas. Masih terdengar wanita itu memanggil namanya sambil terisak. "Jun!"

Setelah bertemu Julia, pikiran pria itu makin kacau. Ia tak bisa setegas biasanya. Emosinya kembali labil. Biar bagaimanapun, wanita itu pernah menempati tempat yang spesial di sudut hatinya dan tak mudah baginya melupakan itu semua. Bahkan ia masih tak percaya wanita ini telah tega mengkhianati sebuah kepercayaan yang ia berikan.

________________________________________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!