Kesepakatan

"Aku bukan membelanya, tapi dia korban. Rasanya tidak mungkin dia membunuh istrinya sendiri," ucap Khati pelan disela isak yang tersisa.

"Lalu kenapa dia tidak membela Ibu, tapi malah menuntutnya?"

"'Kan sudah kubilang, itu permintaan dari keluarga istrinya," sahut wanita berjilbab itu sambil mengusap sisa-sisa air matanya.

Apa jangan-jangan wanita ini masih mencintai mantan suaminya? Ah, sialan! Bagaimana aku akan menjalankan rencanaku kalau begini? Dia harus ada di pihakku bukan di pihaknya. Pria itu terdiam sejenak. Ia sepertinya harus merombak ulang rencana yang sudah tersusun. Sepertinya ... ia harus ikut terlibat lebih jauh lagi.

Ia menatap selembar kertas kosong yang telah disiapkannya sejak tadi di atas meja. Pelan, disodorkannya kertas itu bersama sebuah pulpen pada wanita itu. "Kalau Ibu ingin aku membantu, Ibu bisa tanda tangani kertas ini."

Wanita itu telah berhenti menangis. Ia menatap ke arah kertas kosong yang disodorkan. "Ini apa?" Ia meraih kertas kosong itu di tangan.

Sepertinya susah mengakali wanita ini. Dia begitu pintar. "Eh ... semacam surat perjanjian."

"Perjanjian apa? Kenapa belum ditulis?"

Mmh, pantas saja dia bisa memimpin sebuah perusahaan. Wanita ini cukup cerdik. Mau tak mau aku harus melaksanakan rencana kedua ini. "Mmh, begini. Aku tidak tahu, siapa-siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ini. Karena itu aku harus hati-hati. Rencananya aku akan menunda sidang sampai penyelidikan akan kasusnya selesai. Demi keselamatan Ibu, aku akan membawa Ibu keluar negri."

"Tapi tanda tangan ini untuk apa?"

Apa aku harus mengatakannya sekarang? Tapi ... aku rasa dia takkan menolaknya. Pria itu tersenyum miring. "Eh, sebenarnya aku ingin kita menikah. Kalau bisa secepatnya," sahutnya dengan ekspresi serius.

"Menikah?" Khati kembali membulatkan matanya. Ia tak menyangka kalimat itu keluar dari mulut pria itu.

Pria itu berusaha menerangkannya dengan hati-hati. "Eh, jangan salah paham dulu. Ibu 'kan memakai jilbab dan juga janda. Apa tidak jadi masalah nanti diperjalanan?" Ia ingin memastikan wanita itu tidak tersinggung dengan ucapannya dengan menatap kedua bola mata Khati. "Eh, maksudku tidak buruk. Ini bisa merusak nama baikku juga, jadi sebaiknya kita menikah saja. Setelah kasus ini selesai kita bisa bercerai."

Menikah ... aku tidak pernah membayangkan ini. Menikah dengan pria sesempurna ini? Bukan saja pernikahan ini harus dipertahanan tapi aku benar-benar tidak mau berpisah bila benar aku menikah dengannya nanti. Sang wanita terbuai dengan angannya hingga ia tersenyum sendiri.

"Bu, bagaimana?"

Khati segera terbangun dari khayalannya. "Eh, apa Bapak yakin?"

"Kalau Ibu setuju, Ibu tinggal tanda tangani saja kertas ini."

Sang wanita akhirnya menandatangani kertas kosong itu. "Eh, tapi isinya apa?"

Pria itu cepat-cepat mengambil kertas itu. "Eh, hanya pernikahan kontrak saja."

Khati mengerut kening. "Berarti aku dapat kopinya ya?"

"Oh, ya. Nanti akan kubuatkan satu." Jun melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam kantong celana. Seumur hidup baru kali ini ia melakukan kejahatan. Memanipulasi seorang wanita demi membalas dendam. Namun ia terlanjur buta oleh dendam, ia takkan berhenti hingga balas dendam ini terbalaskan. "Mmh, jadi bagaimana caranya aku menghubungi Pamanmu?"

Terdengar ketukan di pintu. Petugas itu muncul dari balik pintu. "Maaf, Pak hanya memberitahu. Paman Ibu ini telah datang menjenguk."

Khati dan Jun saling berpandangan.

"Bagaimana kalau sekarang saja?" Pria itu semakin nekat saja.

"Eh, apa?" Khati terlihat panik.

"Sebelum ia pulang. 'Kan katanya ia tinggal di luar kota?"

"Eh ...." Wanita itu tak tahu harus menjawab apa. Semuanya kenapa terjadi begitu cepat?

Jun mengambil inisiatif. "Eh, suruh saja pamannya ke sini. Ada yang ingin aku bicarakan," ucapnya pada petugas itu.

Sang petugas kemudian pergi.

"Apa ini sungguhan?" Khati bertanya kembali. Ia masih tak percaya pernikahannya sudah di depan mata.

"Eh, biar aku yang bicara, tapi tolong jangan sebut masalah nikah kontrak karena ini masalah sensitif."

"Eh, iya." Wanita itu menyiapkan jantungnya yang kini kembali berdebar. Ia segera menghapus sisa-sisa air matanya.

"Oh, iya. Kau biasa dipanggil apa?"

"Khati."

"Aku Jun."

Keduanya tampak canggung. Tentu saja, karena mereka tidak saling kenal dan tiba-tiba saja harus menikah. Pria itu juga tampak gugup.

Paman Khati, Baskoro, datang bersama petugas tadi. Ia berperawakan gemuk seperti Khati, hanya lebih tinggi. Rambutnya memutih sebagian dan memakai kemeja batik berwarna coklat tua.

"Silakan duduk, Pak." Jun menarikkan kursi untuk pria paruh baya itu.

"Ah, terima kasih." Baskoro duduk dan merapatkan kursinya pada meja.

Jun kemudian bicara. Baskoro terkejut dengan lamaran Jun pada Khati. Pria itu tentu saja tahu siapa Jun karena ia sering melihatnya di TV, pria kharismatik dengan jabatan yang menggiurkan. Namun ia tak tahu, kapan mereka saling berhubungan.

"Bagaimana kalian ...."

"Eh, begini, Pak. Saya sudah mantap berumah tangga dengannya. Bukankah pernikahan itu harus disegerakan? Lagipula, Saya ingin menyelamatkan calon istri Saya dengan membawanya ke luar negeri," sahut Jun meyakinkan.

Baskoro melirik ke arah keponakannya yang terlihat tersipu-sipu karena malu. Memang kelihatan seperti terburu-buru karena Khati baru saja bercerai dengan mantan suaminya sembilan bulan yang lalu. Namun melihat kesungguhan Jun pada ponakannya itu, ditambah pria itu punya jabatan yang tidak sembarangan, ia merestui pernikahan kilat ini.

"Alhamdulillah, Terima kasih, Pak." Jun menyalami pria paruh baya itu. "Sebentar, aku telepon asistenku dulu."

"Oh, iya, iya. Silakan."

Hakim itu mengangkat ponselnya dan menghubungi sang asisten dengan bergerak agak menjauh. "Halo, Todi. Tolong siapkan penghulu secepatnya. Aku akan menikah hari ini juga."

"Apa?" Pria muda di ujung sana sampai berdiri dari duduknya. Ia memang sering mendapat pekerjaan yang mustahil dari bosnya, tapi menikah?

"Aku tidak mau dengar ada masalah. Aku tunggu jawabanmu secepatnya. Sekarang aku kembali ke rumah."

"Eh, tunggu dulu, Pak." Todi berusaha menahan. "Bagaimana dengan Julia?"

"Jalankan saja."

"Baik, Pak." Telepon ditutup. Saking kesalnya, pria itu menendang meja tapi kemudian ia melompat-lompat kesakitan akibat tendangan yang membuat kakinya sakit itu. Pegawai yang lainnya tertawa melihat tingkah laku Todi.

"Kenapa lagi?" Ledek seorang wanita yang mejanya tak jauh dari Todi. "Mission impossible lagi?" Ia kembali tertawa.

Todi hanya merengut mendengar komentar teman sejawatnya itu.

Di tempat lain, Baskoro menatap ponakannya yang akan segera menikah itu. "Apa kau sudah yakin?"

"Doakan saja yang terbaik untukku, Paman."

Pria itu meraih tangan Khati yang berada di atas meja dan menepuk-nepuk punggung tangannya. Ia selalu begitu saat menenangkan keponakannya itu.

Tak lama Jun kembali ke ruangan. Ia membawa sebuah jaket hoodie dan memberikannya pada Khati. Ia membantu memasangkan dan merapikannya di leher. Terlihat Khati sedikit kikuk menerimanya tapi Jun berusaha agar terlihat peduli pada sang wanita di depan pamannya.

Tentu saja sang paman senang, Khati bisa menikah dengan orang yang bertanggung jawab. Tidak seperti mantan suaminya yang terdahulu yang sama-sama mantan teman kuliah.

Baskoro bukan tidak suka pada Damar karena berasal dari keluarga yang sederhana, tapi karena kuliahnya saja, keponakannya itu yang membayarnya. Sudah selesai kuliah, pria itu jadi pemalas dan pengangguran yang kerjanya hanya bisa foya-foya dan memulai bisnis baru yang berujung kegagalan. Semua hanya Khati yang mengusahakan.

___________________________________________

Terpopuler

Comments

Mom Yara

Mom Yara

bagus ini mam ceritanya, tulisannya juga rapi, natural mengakir begitu saja. sebagus ini kok pembacanya sedikit, pantas saja banyak yang Plagiat mam. karena memang sebenarnya bagus

2024-01-30

1

Dark

Dark

aishhh ck ada yang jual kaga yang modelan begini mesen 1 🤣🤣🤣

2023-07-28

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!