"William, apakah kamu pernah mengingat tentang diriku?" tanya Regina dengan polos.
"Selama ini aku tidak pernah berpikir tentang wanita lain, hanya Catherina yang aku perjuangkan" jawab William dengan jujur.
Entah mengapa Regina merasa tidak nyaman saat mendengar ucapan William barusan.
"Namun setelah hari ini aku akan mengingatmu, kebaikanmu tidak akan pernah ku lupakan" sambung William sambil memapah tubuh Regina ke dalam kamarnya.
"Hanya itu?" tanya Regina kembali.
"Tidak, kau juga wanita pertama yang mendapatkan ciuman pertamaku" jawab William.
Regina merasakan kepalanya sedikit pusing, tetapi ia masih ingin mengatakan sesuatu kepada William.
"Itu juga yang pertama bagiku" ucap Regina pelan.
"Maafkan aku" ucap William dengan rasa bersalah.
"Sudah lupakan saja" ujar Regina sambil merebahkan di kasur empuknya.
William kemudian keluar kembali menuju beranda, ia lalu berdiri sambil memandang langit malam. Pada saat ini hatinya sedang pilu, mengingat masa lalunya dengan wanita pujaan.
Sambil meminum beberapa gelas lagi, pandangan William masih belum teralihkan.
"Minuman ini sudah mulai surut, saatnya aku kembali berjuang menceritakan tentang kekonyolan kemarin.." ucap William yang berusaha menjaga kesadarannya.
"William, mengapa kau belum istirahat" tanya Regina tiba-tiba yang datang dari belakangnya.
Secara perlahan Regina menghampiri William, setelah menunggu beberapa saat akhirnya ia tidak mau melewatkan kesempatan terakhir ini.
"Aku masih mau menghabiskan malam sambil memandang langit" jawab William.
"Kamu sendiri mengapa tidak jadi istirahat?" tanya William sambil mengernyitkan alisnya.
"Kau terlalu payah, apakah kau tidak tahu tentang perasaan ku padamu?" tanya Regina dengan kesal.
"Itu... Maafkan aku, terkadang hati ini masih takut untuk mengakuinya juga. Kamu sangat baik, aku khawatir kehilangan kamu sebagai sahabat" ucap William sambil menundukkan pandangannya.
"Aku juga tidak mau kehilanganmu Wil.." ucap Regina sambil mencondongkan tubuhnya untuk memeluk William.
Mendapati situasi seperti ini, William sangat terkejut. Ia tidak menduga jika Regina yang bersifat agresif duluan.
"Tolong pikirkan kembali, aku tidak mau kamu menyesal setelah hari ini" ucap William dengan sungguh-sungguh.
"Aku menyukaimu William.." ucap Regina sambil menitikkan air mata.
Pengaruh minuman beralkohol telah memompa keberaniannya untuk mengungkapkan isi hatinya yang terdalam. Regina sudah terlalu lama mengagumi William, selain karena semangatnya yang tinggi William juga orang yang tak kenal kata menyerah.
"Kamu jangan pernah menangis seperti ini, aku tidak layak untuk kau tangisi" ucap William sambil menyeka air mata di pipi Regina.
Mendapatkan perlakuan seperti itu, pelukan Regina menjadi semakin erat. Ia merasakan kehangatan dari kebekuan sikap William selama ini kepadanya.
Selama ini tanpa William sadari, Regina selalu mengagumi William sepenuh hati. Setiap kali melihat William di kampus, hati Regina selalu serba salah. Sebagai seorang wanita, ia merasa malu untuk mengungkapkan perasaannya duluan. Tetapi besok dia sudah harus pergi, tidak tahu kapan akan bertemu William lagi.
"Apakah kamu bersedia menunggu ku untuk dapat menyentuh langit biru dalam satu putaran rotasi?" tanya William sambil menunjuk ke arah langit.
"Mau" jawab Regina sambil menitikkan air mata kembali.
Mendengar jawaban Regina, jantung William berdetak dengan cepat. Namun ia yakin ini bukanlah mimpi dan saat yang tepat untuk membangkitkan semangat hidupnya setelah kekecewaan yang ia rasakan. Walau bagaimanapun obat terbaik patah hati adalah jatuh cinta lagi.
Hal ini bukan tanpa pertimbangan, Regina adalah sahabat wanita yang baik di mata William. Menjawab perasaan Regina sambil menjalani hubungan jarak jauh tentu tidak akan masalah. Semuanya itu hanyalah masalah waktu, dalam tempo tersebut William juga perlu berkembang untuk membuktikan ucapannya.
Regina adalah wanita yang berasal dari keluarga kelas dua, berada satu tingkat di atas Catherina. Mewujudkan mimpinya adalah sebuah tantangan besar, oleh sebab itu jiwa William kembali terpacu dengan Regina sebagai katalisatornya.
"Biarkan aku berjuang dan mencari kemenangan, entah di langit biru ke berapa aku akan terhenti saat rotasi kembali ku sentuh. Akan KUTULIS NAMAMU DI HATI dan akan aku buat semuanya berubah. Semangat ini dan kekuatan ini, bahkan serpihannya pun tidak akan aku biarkan meski tinggal suara yang selalu lirih mengingatkan akan dirimu. Mulai hari dan seterusnya maukah kau menjadi kekasihku?" ucap William dengan tulus.
"Tentu saja mau, dasar bodoh" ucap Regina sambil mengelus wajah William yang sebenarnya cukup tampan.
Hanya saja William tidak pernah ada waktu untuk mengurusi penampilannya. Selain itu ia juga memang terbiasa tampil apa adanya karena ia harus menabung untuk masa depannya.
"Terimakasih" ucap William sambil mendaratkan sebuah ciuman di kening Regina.
Regina terdiam dan memejamkan matanya, ada rasa yang selama ini ia dambakan kini berbuah manis saat William menciumnya.
"Seandainya langit akan runtuh, maka akan tetap ku pikul untuk menggapai mu. Satu kata rinduku takkan pernah sirna membiarkanmu sendiri meski kau tahu aku belum menjadi apa-apa. Waktu yang kujelang akan terasa semakin berarti bersama cerita yang tidak pernah aku mengerti. Namun bersamamu kuingin tertawa melepas sepi di hati hingga ku menua nanti, kita bersama seperti sekarang dan untuk pertama kali kita akan membuat janji setia bersama" ucap William dalam sambil memeluk Regina dengan penuh kasih sayang.
"Aku juga akan memahami dan menunggumu tanpa lelah, aku berjanji dengan sepenuh jiwaku" ucap Regina dengan sungguh-sungguh.
Pada saat ini William berusaha untuk berpikir logis, ia tidak mau membohongi Regina. Meskipun ia baru saja patah hati, mungkin Regina adalah obat yang terbaik untuk hatinya.
Setelah mereka berdua larut dalam perasaan untuk mengikat janji, William lalu mengendurkan pelukannya. Ia menggenggam tangan Regina yang halus lalu berkata dengan sungguh-sungguh.
Regina...
Waktu telah membawa kita sejauh ini, menyekat kita dalam tanggung jawab dan keadaan yang berbeda. Namun satu hal yang pasti, bahwa kita masih bisa bersama dalam memori yang tergores dalam kata yang menghangatkan kenangan kita dimasa yang lalu.
Regina...
Jika perpisahan tak lagi bisa mempertemukan kita dalam kebersamaan, maka yakinlah masa depan yang kita jelang akan lebih baik dengan membahagiakan orang-orang disekitar kita.
Regina...
Menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab adalah mutlak untuk kita perbuat meski kepedihan masa lalu kadangkala menyelimuti kebekuan hati kita. Aku tetaplah diriku dengan segala kerendahan hati yang tak sempat kupersembahkan untukmu. Aku tetap memikirkan mu meski sebagai sahabat sejati yang pernah ku ingkari ketika cinta itu mulai mendekat.
Regina...
Terimakasih atas hadirmu yang telah menyadarkan tentang betapa berharganya cinta yang tak sempat ku utarakan saat aku dalam masa yang sulit dipahami.
"Jika bisa berpindah antara satu dunia dengan dunia lainnya, maka aku akan menarik kamu pada tempat yang berbeda dan mungkin bukan di dunia ini. Duniaku saat ini belum memiliki warna, meski tak lagi nampak sosok jiwa yang pernah tenangkan gelisah ku. Namun aku harap kamu akan menjadi warna dalam hidupku, seperti bunga yang kembali bersemi".
William menyampaikan seluruh perasaannya kepada Regina, ia tak ingin melewatkan satu kata pun untuk meyakinkan wanita yang dulunya adalah sahabatnya.
"Aku bersedia menjadi warna dalam hidupmu" ucap Regina dengan ekspresi serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Deki Marsoni
pujanggaaaa banget lu thor👍👍👍👍👍
2023-10-09
0
Fachri
Jadi warna ky spidol yach.
2023-07-29
2
Dear_Y
speechless 🥰😍🥰😍
2023-07-29
1