Sebagai seorang sahabat, ini adalah pertama kalinya mereka makan malam bersama. Pernah beberapa kali mereka bertemu ketika di kantin kampus, pada waktu tersebut mereka hanya bersenda gurau bersama Edy yang juga rekan mereka.
"Setelah lulus ini apa yang akan kau lakukan?" tanya Regina kepada William.
"Mulanya aku ingin membuka rumah produksi untuk mendukung karir Catherina, namun sepertinya aku ingin bermain bisnis properti" ucap William dengan jujur.
"Apakah kau mencintai Catherina?" tanya Regina dengan penasaran.
"Dia wanita pertama yang aku sukai, aku berusaha bekerja keras selama ini demi hari dimana aku akan membuktikan kualitas diriku. Tetapi setelah hari ini, aku beruntung jika baru saja sudah terselamatkan dari wanita buruk yang sudah menipu perasaanku selama ini" jawab William dengan jujur.
Terlihat raut wajah William tampak sedih, namun ia berusaha mengabaikannya sambil mengunyah makanan yang baru mendarat di dalam mulutnya.
"Hais.. Kamu memang terlalu naif" ucap Regina sambil menghela napas.
"Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa rencanamu setelah di Brooklyn? tanya William sambil menatapnya hangat.
"Aku tidak begitu yakin dengan hal itu" jawab Regina sambil menyudahi makan malamnya.
Kemudian Regina berjalan menuju beranda, sebelumnya ia membuka kulkas dan mengambil dua botol minuman. Dengan santai, ia mendudukkan pantatnya pada sebuah kursi kayu yang terlihat sangat antik. Ada ukiran dari seni pahatan yang unik, membuat kursi ini bernilai tidak sederhana.
Melihat sikap Regina, membuat William sedikit heran. Tanpa menunggu lama, ia pun segera mengikuti Regina menuju beranda dan duduk di sebelahnya.
"Bagaimana suasana di sini, apakah kau menyukainya?" tanya Regina.
"Sangat bagus, berbeda jauh dengan apartemen yang aku tinggali selama ini" jawab William dengan tenang.
Memang benar apa yang dikatakan oleh William barusan, tempat dimana ia tinggal sebelumnya tidak sebagus dan semewah ini. Bisa tinggal di tempat itu saja ia sudah beruntung, sebagai seseorang yang berasal dari kelas bawah ia sendiri tidak menyangka bisa kuliah di Kota NY.
Ia berangkat dengan mengandalkan uang simpanan ayah angkatnya, itupun membuat William merasa bersalah karena sudah menyusahkan David selaku ayah angkatnya. Dengan tekad yang kuat akhirnya ia bisa bertahan sebelum mendapatkan penghasilan sebagai pengemudi online.
Ayah angkatnya memiliki mini market sederhana di Manhattan, yang penghasilannya hanya cukup untuk biaya hidup keluarga kecil mereka. Oleh sebab itu, William selain mengandalkan beasiswa ia juga bekerja keras untuk membiayai hidupnya sendiri. Meskipun awalnya ia merasa dimanfaatkan oleh Tuan Sander, namun ia tetap harus menjalaninya sebagai bagian dari proses hidup.
Setelah empat tahun, kini masanya sudah berbeda. Dari uang tabungannya di tahun pertama, sudah ia investasikan di pialang saham. Tahun kedua dan seterusnya ia bekerja lebih giat untuk menabung dalam bentuk investasi, cita-citanya untuk membangun sebuah rumah produksi membuatnya kerja siang malam.
"Kamu belum menjawab pertanyaan ku?" ucap William.
"Ayahku memaksaku pulang untuk meneruskan bisnis keluarga, sedangkan aku ingin menjalani hobiku untuk menyanyi" ucap Regina sambil meminum segelas whisky yang sudah ia tuangkan dari dalam botol.
"Bukankah menyenangkan bisa meneruskan bisnis keluarga?" tanya William sambil mendongak kepalanya.
Malam ini sangat indah, bintang di langit bertebaran dan bercahaya dengan indah. William sesekali memandangi bintang tersebut dengan penuh harapan.
"Memang tidak salah apa yang baru saja kau ucapkan, namun aku juga memiliki harapan tersendiri sebagai manusia biasa" ujar Regina.
William memandangi wajah Regina yang tampak memerah karena efek minuman beralkohol, kemudian ia berkata.
"Apakah kamu terbiasa dengan minuman yang beralkohol?" tanya William kepada Regina.
"Aku baru saja membelinya tadi sore, sebenarnya aku ingin melewati malam ini bersamamu" ucap Regina.
"Apa maksudmu?" tanya William dengan ekspresi bingung.
"Sudah beberapa tahun aku mengagumimu, namun baru kali ini bisa mendapatkan kesempatan berbicara lebih dekat. Tetapi kamu jangan salah paham, aku mengagumimu karena sifat pantang menyerah dalam mengejar cita-cita" ucap Regina dengan jujur.
"Setiap orang yang berada pada posisiku pasti harus bekerja keras" jawab William dengan merendah.
"Apakah cita-cita terbesarmu?" tanya Regina.
"Aku ingin mengendalikan bisnis di Negara ini" ujar William sungguh-sungguh.
"Puuff"
Mendengar ucapan William tiba-tiba Regina menyemburkan minuman dari dalam mulutnya.
"Apakah ada yang keliru dengan ucapanku?" tanya William.
"Tidak, aku hanya kaget saja dengan cita-cita terbesarmu" jawab Regina.
"Apakah kau tidak mau mencobanya?" tanya Regina sambil menuangkan segelas minuman kepada William.
Suasana hati William yang sedang kacau karena baru saja dikecewakan oleh Catherina, membuatnya tidak menolak tawaran wanita di sampingnya.
"Langit malam ini sungguh indah" ucap William sambil menyesap minumannya dengan perlahan.
Tanpa ia sadari, wajahnya tampak sembab memikirkan kebodohannya terhadap Catherina. Seluruh kerja kerasnya selama empat tahun terakhir harus ia tuai dalam bentuk pengkhianatan dari wanita yang ia cintai.
"Suatu hari nanti aku ingin ditemani seseorang menghitung bintang itu" sahut Regina yang mulai berkurang kesadarannya.
"Kenapa kita tidak coba memulainya sekarang" ucap William dengan nada bercanda.
"Jika kau bersedia maka kau harus berjanji" ucap Regina dengan tatapan serius.
Dipandang seperti itu, tentu saja membuat William tertunduk malu. Kendati demikian William masih memperhatikan Regina, keduanya kini saling pandang dengan canggung. Dua mata tengah serius saling pandang, tanpa sadar William menggerakkan wajahnya lalu mencium Regina dengan hangat.
"Kau cantik sekali malam ini" ucap William yang kini sudah dipengaruhi minuman yang baru saja ia minum.
Regina tidak protes atas sikap William barusan. Malah ia mulai terbawa suasana malam saat bersama William.
"Apakah kau pernah melakukan hal ini pada Catherina?" tanya Regina dengan penasaran.
William hanya menggeleng pelan saat mendengar ucapan Regina.
"Barusan ciuman pertamaku" ucap William dengan jujur.
"Apakah itu berarti kau menyukaiku?" tanya Regina dengan rasa ingin tahu.
"Entahlah, aku hanya merasa nyaman saat bersamamu. Instingku mengatakan jika kau juga menyukaiku" ucap William sambil menyesap minumannya kembali.
"Kamu terlalu percaya diri" ucap Regina sambil berdiri dan mencoba berjalan ke dalam ruangan.
Namun baru saja ia mulai berjalan, langkahnya terhuyung dan ia hampir saja terjatuh. Untungnya William buru-buru menyambar tubuh Regina, dalam sekejap Regina berada dalam pelukan William.
Berada pada posisi seperti ini, tiba-tiba jantung Regina berdetak lebih cepat. Sebenarnya ia memiliki rasa suka pada William, hanya saja ia terlalu sungkan untuk mengakuinya.
"Hati-hati jangan seperti ini lagi" ucap William memperingati Regina dengan hangat.
"Tolong bawa aku ke kamar" ucap Regina dengan nada memohon.
"Tentu saja" jawab William sambil membopongnya menuju kamar.
Ada kehangatan yang dirasakan oleh keduanya meski enggan untuk diungkapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Dear_Y
smoga pas efek alkoholnya hilang, g ada penyesalan
2023-07-28
1