Aku Bersedia

Di malam harinya, Julia sedang memikirkan keputusan yang akan Haura ambil. Ia begitu resah jika nantinya Haura benar-benar menolak tawarannya untuk menikah dengan putranya yang cacat.

Saat sedang melamun memikirkan keputusan dari Haura tiba-tiba saja Handphone milik Julia berdering menandakan ada yang menelponnya, Saat di lihat siapa yang menelponnya malam-malam. Julia langsung mengerutkan keningnya secara berlipat melihat nomor yang tak di kenal menghubunginya.

[ Halo..? ] Ucap Julia.

[ Iya halo, Apa ini dengan ibu Julia? ]

Ucap si penelpon di seberang sana.

[ Ini pasti kamu Haura kan? ]

Tebak Julia dengan tersenyum manis, Mendengar suara seseorang yang menelponnya.

[ Iya, Kok ibu udah tahu aja ]

Ucap Haura di seberang telponnya dengan terkekeh pelan.

[ Walaupun baru tadi siang ibu kenal dengan kamu, Tapi ibu sudah sangat hapal dengan suara kamu Hau ]

[ Oh iya, Ada apa kamu telpon malam-malam begini? ]

Tanya Julia.

[ Saya mau memberi jawaban atas tawaran ibu tadi siang ]

Jawab Haura yang langsung membuat Julia, Menjadi tak karuan.

[ Kenapa kamu cepat sekali mengambil keputusan Hau, Bukankah kamu meminta waktu satu hari. Atas jawaban yang saya tawarkan tadi? ]

Tanya Julia yang merasa heran, Dengan ucapan Haura.

[ Akan terlalu lama, Jika saya terus berfikir bu]

Jawab Haura di seberang telpon, Yang langsung di angguki Julia.

[ Jadi, Bagaimana?. ]

Tanya Julia, Memastikan keputusan yang sudah Haura ambil.

[ Aku bersedia untuk menikah dengan putra ibu dan menerima tawaran dari ibu ]

Jawab Haura yang langsung membuat Julia mengembangkan senyuman bahagia.

[ Terimakasih Haura, Terimakasih. Kau sudah bersedia untuk mendampingi anak ibu ]

Ucap Julia dengan tersenyum haru.

[ Seharusnya saya yang berterimakasih pada ibu, Ibu sudah mau membantu saya ]

[ Tidak sayang, Disini kita sudah saling membantu Haura ]

[ Baiklah, Acara pernikahanku mu dengan Regan, Akan di selenggarakan besok. Semuanya akan ibu siapkan ]

Ucap Julia yang langsung membuat Haura terdiam beberapa saat, Di seberang telpon.

[ Haura, Bagaimana? ]

Tanya Julia, Karena tidak ada jawaban dari Haura.

[ Semuanya saya serahkan saja pada ibu ]

Jawab Haura, Yang langsung membuat Julia Merasa lega.

[ Baiklah, Kalau begitu sudah dulu yah Haura. Ibu akan berbicara pada Regan dulu ]

[ Ya bu, Selamat malam ]

[ Malam ]

***

Setelah mendapatkan jawaban dari Haura, Julia tidak henti-hentinya tersenyum bahagia. ia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar sang putra.

"Regan..?" Panggil Julia, Dengan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar sang putra.

Setelah masuk, Julia melihat sang putra yang sedang duduk termenung menatap jendela luar kamarnya.

"Kamu sedang apa nak?" Tanya Julia, Dengan memegang pundak Regan.

"Meratapi nasib" Jawab Regan dengan datarnya.

"Maksud kamu?" Tanya Julia yang tak paham dengan ucapan Regan.

"Meratapi nasib menjadi seseorang yang hidup dengan keadaan cacat" Jawab Regan dengan pandangan yang lurus.

"Regan!, Bunda tidak suka jika kamu berbicara seperti itu!" Ucap Julia yang mulai marah.

Regan langsung menghembuskan nafas beratnya, Lalu ia melirik Julia sekilas.

"Ada apa bunda kesini?" Tanya Regan.

"Bunda hanya ingin melihat kamu, Apa itu tidak boleh?" Tanya Julia.

"Bukan, Bukan seperti itu. Lupakan saja pertanyaan yang tadi" Jawab Regan

Julia langsung mendorong kursi roda Regan untuk dekat dengan ranjang, Lalu julia duduk di atas ranjang agar berhadapan dengan Regan.

"Regan, Bunda mau berbicara tentang kabar gembira sama kamu" Ucap Julia dengan mengusap punggung tangan Regan.

"Kabar gembira apa bunda?" Tanya Regan yang penasaran.

"Sebentar lagi, Kamu akan mempunyai pendamping sayang. Kamu akan menikah, Dan kamu tidak akan kesepian lagi. Karena kamu akan mempunyai seorang istri" Ucap Julia dengan tersenyum.

Bukannya senang, Regan malah menatap Julia dengan begitu sengit.

"Apa?, Pernikahan?, Istri?" Ucap Regan yang langsung di angguki Julia.

"Wanita mana yang sudah bunda jebak, Untuk mau menikah dengan seorang yang cacat seperti ku" Jawab Regan dengan tatapan tajamnya pada Julia.

Senyuman Julia seketika langsung pudar mendengar ucapan Regan.

"Regan jangan berbicara seperti itu, Bunda tidak menjebak siapapun Regan" Jawab Julia dengan menggelengkan kepalanya, Mencoba untuk tidak emosi.

"Lalu kenapa dia mau menikah dengan ku?" Tanya Regan.

Julia langsung menghembuskan nafas berat, Dia kembali menggenggam tangan sang putranya.

"Memangnya kenapa Regan?, Kamu juga pantas untuk menikah. Meskipun kamu lumpuh, Kamu juga bisa bersanding dengan siapapun. Jangan karena keadaan mu seperti ini, Kamu jadi tidak merasa pantas untuk menikah" Jawab Julia.

"Bunda tidak memaksa dia untuk menikah dengan ku kan?, Jika benar. Maka lebih baik aku tidak akan menikah, Dari pada aku menjadi beban hidup seseorang karena aku tidak berguna, Dan pasti aku akan menghancurkan masa depannya karena kecacatan ku" Tukas Regan.

"REGAN!, Apa yang kamu katakan hah!. Ibu sudah bilang kan, Kalau ibu tidak memaksa dia untuk menikah dengan kamu. Dia sudah bersedia menikah dengan kamu, Dan dia dengan sukarela nya menerima kekurangan kamu, Terlebih dia sudah tau kondisi kamu yang sekarang Regan" Jawab Julia, Yang mulai terpancing emosi.

"Berarti dia mau menikah denganku karena uang, Dan harta" Ucap Regan dengan menyunggingkan senyumnya pada Julia.

"Cukup Regan!, Ibu sudah tidak mau lagi mendengar penolakan yang kamu ucapkan!. Nama dia Haura Azaleya, Hafalkan namanya untuk ijab kabul besok. Dan jangan membuat keributan lagi!" Ucap Julia dengan beranjak dari duduknya.

Regan tampak menahan amarahnya, Dadanya naik turun, Sampai wajahnya menjadi memerah. Ingin sekali rasanya dia memberontak untuk tidak menuruti kemauan ibunya, Tapi mau bagaimana lagi, Untuk menggerakkan anggota tubuhnya saja ia tidak bisa.

Julia yang sempat akan keluar pun, Langsung berbalik badan melihat sang putranya yang sedang mencoba menahan rasa marahnya. Lalu ia kembali bersimpuh di hadapan Regan, Dengan menatap lembut sang putra.

"Regan, Maafin bunda. Bunda melakukan ini semua karena bunda sangat menyayangi kamu sayang, Bunda tidak mau kamu terus kesepian. Karena bunda juga tidak bisa untuk terus berada di samping kamu, Bunda yakin wanita yang sudah bunda pilih dia adalah wanita yang baik untuk kamu nak, Dan semoga dengan kamu menikah. Kamu jadi bersemangat untuk sembuh kembali sayang, Bunda yakin kamu pasti akan bahagia" Ucap Julia dengan melemahkan suaranya di depan Regan.

Setelah mengucapkan itu, Julia langsung mencium kening sang putra malangnya. Lalu beranjak pergi dari kamar Regan.

Setelah kepergian Julia dari kamarnya, Regan langsung menangis tanpa suara. Rasanya begitu sakit dengan keadaannya yang begitu menyedihkan.

"Kenapa, Kenapa engkau begitu yakin kepada ku ya tuhan. Andai saja aku di beri kelumpuhan hanya di kakiku saja, Mungkin aku tidak akan semenyedihkan ini. Apa mungkin bisa, Setelah aku menikah. Aku akan bahagia?, Atau aku akan membuat anak orang lain menderita karena kecacatan ku ini.." Lirih Regan dengan berlinang air mata menatap lantai bawah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!