Setelah acara makan siang selesai, Kini Haura akan kembali ke dalam kamar suaminya. Karena memang sudah waktunya Regan untuk beristirahat. Haura pun sudah berhasil menjalankan tugas pertamanya yaitu menyuapi suaminya dengan sangat telaten.
Haura membuka pintu kamar suaminya dengan perlahan, Lalu mendorong kursi roda milik Regan untuk masuk ke dalam.
"Kamu mau mandi dulu atau langsung istirahat saja mas?" Tanya Haura ketika pintu sudah tertutup rapat.
"Saya tidak mandi di siang bolong, Saya mau istirahat" Jawab Regan datar.
Haura langsung menghembuskan nafas kasarnya, Saat Regan menjawab pertanyaannya dengan nada yang begitu datar, Tapi Haura akan terus berusaha untuk meluluhkan hati suaminya itu.
"Yaudah, Sini aku bantu" Ucap Haura dengan berjongkok di depan Regan, Menurunkan kakinya secara perlahan ke lantai.
"Emang kamu bisa?" Tanya Regan yang ragu dengan Haura.
"Insyaallah bisa mas" Jawab Haura.
Setelah menurunkan kaki suaminya ke lantai secara perlahan, Kini tangan Haura langsung masuk ke bawah ketiak Regan. Dan bersiap untuk membantu mengangkat tubuh sang suami menuju ranjang.
Saat sudah terangkat, Haura tidak menyangka jika tubuh Regan begitu tinggi dan tegap. Sampai dirinya pun hanya sebatas dada Regan, Haura menatap kagum wajah tampan suaminya itu. Tapi, Hal itupun langsung membuat Regan keheranan dengan tatapan Haura.
"Kenapa?" Tanya Regan, Yang langsung menyadarkan Haura dari lamunannya. Haura hanya menggelengkan kepalanya sekilas karna malu jika ia mengakui begitu kagum dengan ketampanan suaminya.
Setelah berhasil membantu Regan duduk di atas ranjang, Nafas Haura langsung ter engah-engah. Karena hampir saja ia tidak bisa menyeimbangi bobot tubuh Regan yang menurutnya cukup berat.
"Katanya bisa, Kok segitu aja udah ngos-ngosan" Celetuk Regan, Yang langsung membuat mata Haura melotot.
"Aku emang kuat mas, Cuman yah. Mas Regan sedikit agak berat sih" Jawab Haura dengan nyengir, Menampakkan giginya yang berjejer rapi.
Regan langsung terkekeh kecil, Mendengar keluhan Haura yang menurutnya tubuh Regan cukup berat.
"Saya yakin, Pasti sebelumnya menurut kamu itu, Kalau merawat saya bisa dengan mudah. Karena kalau merawat saya itu tidak seperti merawat bayi" Ucap Regan.
"Merawat mas, Sama seperti merawat bayi kok. Yang bedanya cuman, Kalau bayi itu kecil, Kalau mas itu besar dan cerewet" Jawab Haura dengan terkekeh.
"Saya bukan bayi!" Ketus Regan, Dengan menampakkan wajah kesalnya pada Haura.
Melihat wajah kesal suaminya, Haura langsung merasa gemas dengan Regan.
"Biarpun cerewet, Mas juga lucu kok" Ucap Haura dengan mencubit hidup Regan.
Regan langsung mengalihkan pandangannya dari Haura, Karena masih kesal. Melihat Regan yang masih kesal Haura pun nampak berfikir untuk menghilangkan rasa kesal suaminya itu.
"Sekarang kamu mau ganti baju gak mas?" Tanya Haura yang mencoba untuk menghilangkan rasa kesal Regan.
Regan hanya menganggukkan kepalanya, Tanpa menjawab sepatah katapun.
"Celananya mau di ganti gak?"
"Nggak!"
"Kenapa, Kamu malu yah" Ucap Haura dengan tersenyum jahil pada Regan.
"Haura!, Cepat jangan banyak tanya. Atau saya gak mau ganti baju" Jawab Regan.
"Iya-iya tempat baju kamu, Yang di sebelah mana mas?" Tanya Haura.
"Sebelah kanan, Pertengahan" Jawab Regan yang langsung di angguki Haura.
"Baju yang ini, Gimana mas?" Tanya Haura dengan memperlihatkan kaos hitam yang akan di gunakan Regan.
Regan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Setelah mengambil baju, Haura langsung mendekati Regan untuk membukakan kemeja suaminya. Setelah semua kancing terbuka, Mata Haura langsung melotot kaget. Melihat dada bidang suaminya, Terlebih otot-otot yang ada di perut Regan. Nampak seperti roti sobek.
Glek
Haura menelan salivanya dengan susah payah, Pandangannya tak lepas dari otot-otot yang ada di perut mulus dan putih Regan. Karena melihat Haura yang melamun dengan melihat perutnya, Regan merasa heran dengan sikap Haura.
"Kenapa diam?" Tanya Regan, Yang langsung membuat Haura gelagapan.
"Ah, I-ya" Jawab Haura terbata.
Setelah selesai memakaikan baju pada Regan, Kini keadaannya yang jadi terbalik. Malah Regan yang menatap Haura dengan begitu insten, Melihat lekuk tubuh Haura dari atas sampai bawah.
"Kenapa mas?" Tanya Haura, Kebingungan karena tatapan Regan.
"Saya mau berbicara serius sama kamu, Tapi harus di jawab serius juga sama kamu" Ucap Regan yang langsung di angguki Haura.
"Oke" Jawab Haura dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Saya lihat kamu masih terlihat sangat muda, Umur kamu sekarang berapa?" Tanya Regan dengan tatapan dalam pada Haura.
"Sembilan belas tahun" Jawab Haura yang langsung membuat mata Regan melotot kaget, Dan hampir saja keluar.
"A-pa kamu bilang?, Sembilan belas tahun?" Ucap Regan yang masih terkejut.
"Iya, Kenapa emangnya?" Tanya Haura dengan wajah polosnya.
"Kamu masih sangat muda Haura, Masa depan kamu masih panjang. Kenapa kamu mau menikah dengan pria yang cacat seperti saya"
"Jangankan menikahi mas Regan, Mencintai dan menyayangi mas aja. Haura sanggup kok" Jawab Haura dengan tersenyum jahil pada Regan.
"Bukan seperti itu Haura, Memangnya selama ini kamu gak kuliah?"
"Udah berhenti" Jawab Haura.
"Kenapa?"
"Karena himpitan ekonomi" Jawab Haura dengan jujur.
Mendengar alasan Haura yang berhenti kuliah, Regan langsung mengehela nafas panjangnya.
"Saya rasa kamu masih sangat muda untuk menikah Haura. Dan Sebenarnya kita tidak cocok, Terlebih kamu tidak pantas bersanding dengan saya" Ucap Regan.
"Kenapa mas?, Apa karena aku ini orang miskin?" Tanya Haura, Dengan menampakkan wajah sendihnya.
"Bukan begitu maksud saya, Kamu masih sangat muda Haura. Perjalanan hidup kamu masih panjang, Kamu tidak pantas bersanding dengan lelaki yang tidak berguna seperti saya" Ucap Regan dengan menundukkan kepalanya.
"Kalau laki-laki lumpuh seperti mas saja tidak menerima aku, Lantas laki-laki mana lagi yang sudi menerima ku" Jawab Haura.
Regan langsung menatap Haura, Dengan begitu dalam. Terlihat dari tatapan Haura yang begitu sendu, Membuat Regan sedikit kasihan dengan Haura.
"Sudahlah Haura, Lupakan saja percakapan kita hari ini. Saya hanya tidak habis pikir saja dengan kamu yang mau menikah dengan pria yang cacat seperti saya" Ucap Regan, Dengan di bantu terbaring oleh Haura.
"Dan jangan bilang, Kamu mau menikah dengan saya. Hanya karena himpitan ekonomi" Lanjut Regan.
"Nggak mas, Bukan karena itu" Jawab Haura.
"Lantas, Apa yang kamu pikirkan?"
"Aku bukan tanpa alasan mau menikah dengan kamu mas, Aku bersedia menerima kekurangan dan kelebihan kamu. Dan aku akan lebih bersedia untuk menyayangi kamu Mas Regan" Jawab Haura, Yang langsung membuat Regan terkekeh sinis.
"Lho, Kok malah ketawa?"
"Mana ada wanita yang mau menerima laki-laki cacat seperti saya" Jawab Regan yang langsung membuat Haura terdiam.
Saat Haura akan menjawab ucapan dari Regan, Tapi sudah lebih dulu Regan potong.
"Sudahlah Haura, Saya capek. Mau istirahat" Jawab Regan, Yang langsung membuat Haura menutup mulutnya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments