Di kejar Orang Gila

Setelah Zania menemui Zusya, ia langsung di hujani pertanyaan oleh Adel, Dina dan Riri. Mereka penasaran sekali dengan apa yang dikatakan oleh guru Culun itu. Zania diam, ia masih kepikiran soal kedatangan Zusya nanti malam.

"Za, kok kamu diam, cerita dong ... bagaimana reaksi Pak Zusya tadi?"

"Kenapa ... kalian penasaran ya ... dia marah lah!" jawab Zania berbohong.

"Apa dia menghukum mu?"

"Hukuman apa?" tanya Adel

"Pak Zusya bisa marah? tanya Riri.

"Ya, hukuman apa Za?"

"Ah ... kalian tanya semua, mana yang akan aku jawab?"

"Aku disuruh puasa sebulan!" kata Zania tertawa.

"Serius!"

"Nggak kok ... aku cuma dinasehati saja, cuma katanya jika guru lain yang kena, mungkin aku sudah di do."

"Kamu Za ... bikin aku penasaran aja!" kata Adel sambil menepuk bahu Zania.

"Mana orang yang jemput kamu Za ... kok belum nampak?"

"Mungkin sebentar lagi juga datang, kalian duluan saja."

"Ooo" sahut mereka.

"Duluan saja, aku nunggu Pak Min!"

"Aku antar aja, ini sudah sore!"

"Beneran, aku nunggu Pak Min, kalian duluan saja."

"Ya udah, kami duluan ya ...."

Setelah hampir sepuluh menit Zania menunggu Pak Min, terdengar ponselnya berdering.

"Ya, halo Pak ... cepetan jemput nya, disini udah nggak ada orang!"

"Maaf Neng, mobilnya bocor, Neng pesen taksi aja!"

"Ya elah ...." Zania kesel.

Zania bangkit dari duduknya, menuju jalan raya, menunggu taksi, ia duduk kembali disebuah halte, menunggu taksi yang telah dipesannya. Zaina hanya sendiri di halte itu, maklum hari sebentar lagi magrib.

Zania menatap disebuah tong sampah yang tidak berapa jauh dari ia duduk, ia melihat ada Bapak tua yang sedang mengais sampah, mencoba menemukan makanan yang bisa untuk dimakan, Zania merasa kasihan sekali sehingga ia sampai meneteskan air matanya, iapun bangkit dan mendekati orang tersebut, berniat memberikan uang, karena memang Zania adalah sesosok gadis yang sangat dermawan.

"Pak ... ini ada sedikit uang, ambillah, untuk beli makanan!" ucap Zania sambil mengulurkan tangannya yang berisi uang dua puluh ribuan.

Bapak itu menoleh, ia menatap Zania lekat, kemudian memegang tangan Zania kuat sambil tersenyum aneh.

"Ba ... kikuk ...." katanya sambil jingkrak jingkrak.

Zania berubah tegang, ternyata Bapak itu adalah orang gila yang baru baru ini ada dikawasan itu.

Zania menarik tangan nya yang tercengkeram kuat, ia semakin menangis ketakutan, mau minta tolong tak ada satu orangpun di sana, setelah berusaha melepaskan tangannya dan tak berhasil, Zania tak punya pilihan lain, ia menggigit tangan orang gila itu, sampai tangannya terlepas.

Lumayan asin, karena mungkin sudah berbulan-bulan tak pernah terkena air.

"Huek!" Zania serasa mau muntah, tapi ia tidak sempat menghiraukan dirinya, Zania segera berlari, namun sialnya orang gila itu mengejarnya, Zania terus berlari dan hampir menabrak mobil yang akan lewat, Zania mencoba menghentikannya untuk meminta bantuan, tapi tidak berhenti. Zania melihat mobil yang ada di seberang jalan, ia melihat orang gila yang masih mengejarnya.

Dengan berlari kembali ia mendekati mobil itu dan mengetuk-ngetuk berkali kali, dan spontan mobil itu terbuka, tanpa permisi iapun masuk kedalamnya dan segera menutup kembali.

"Jalan Pak, jalan ...."

Mobil itupun berjalan, namun karena kecemasannya, ia tak memperhatikan pemilik mobil itu.

"Kok kamu baru pulang, Za?"

Zania menoleh menyadari namanya disebut. Alangkah terkejutnya dia melihat Aditya yang tersenyum melihatnya.

"Adit!"

"Ya, aku Za!"

"Oh, untunglah!"

"Untung kenapa?"

"Untung kamu, makasih mau membuka pintunya untukku."

"Kok kamu sampai dikejar orang gila?"

"Aku kira dia tidak gila, aku mau menolongnya, aku memberikan nya uang untuk membeli makanan, tapi ternyata dia malah mencengkeram tangan ku, dan aku berusaha untuk lepas dan terus berlari."

"Makanya Za, kalau mau membantu orang itu, lihat lihat!"

"Abis, aku kasihan melihat dia mencari makanan di tempat sampah.”

Zusya tersenyum menatap calon istrinya, dalam hati ia bangga karena selain baik Zania adalah sosok yang dermawan.

”Kok senyum?"

"Kamu tadi lucu, aku cuma berpikir, bagaimana jika tak ada aku, kau tentu akan kelelahan berlari."

"Iya, sekali lagi terimakasih."

"Sama sama, kok kamu belum pulang, tak dijemput?"

"Mobil yang menjemput aku bocor, jadi aku memesan taksi, tapi sebelum taksi nya datang malah ketemu orang gila."

Zusya tertawa renyah.

"Aku akan mengantarmu, dimana rumahmu?"

"Aku ... benarkah kau akan mengantarkan aku?" tanya Zania salah tingkah.

"Ya, aku akan mengantarmu!"

"Ya iyalah, masak aku akan menurunkan calon istriku disini!" batin Zusya.

"Sekali lagi terimakasih!"

"Nggak usah terima kasih terus, sudah sepantasnya aku mengantar mu, mana mungkin seorang cewek aku biarkan ditengah jalan magrib begini."

"Ih, kamu ganteng banget sih!" lirik Zania sambil berucap dalam hati.

"Kenapa lirik lirik aku, Mandang langsung boleh kok!" goda Zusya."

"Ah nggak, aku cuma ...."

"Cuma ... naksir?"

"Apaan sih, masak aku naksir perjaka tua kayak kamu!"

"Jadi bener, tidak naksir nih?"

Cara Zusya bicara berbeda dengan cara ia menjadi Aditya, Aditya terkesan sangat dewasa, eh memang sudah dewasa, author lupa.

Aditya lebih keren, wajar saja, karena Zusya adalah guru Culun yang berbicara dengan nada manja.

Melihat Zania yang masih diam Zusya mencoba memecahkan suasana.

"Kelas berapa, Za?"

"Kelas XII!"

"IPA atau IPS?"

"IPA."

"Sudah ini mau melanjutkan kemana?"

"Mungkin aku nggak melanjutkan!"

"Loh kenapa, sayang lo ... kamu masih muda, ada apa ... apa karena biaya?"

"Nggak sih ...."

"Lalu!"

"Malas aja!"

"Loh, bukan karena kamu mau nikah, kan?"

Zania terkejut, ia menatap wajah Zusya sekilas.

"Ti_ tidak!"

"Kamu harus kuliah Za, kasihan masa depan mu masih panjang, dengan kuliah kau akan mendapatkan ilmu yang berguna bagi masa depan mu kelak!"

"Apa ilmu ngurus anak?"

"Hua ha ha, kamu bisa aja, Za?"

"Ya, pada dasarnya perempuan akan menjadi seorang ibu, bukan?"

"Iya, tapi nggak gitu juga kali, setiap ibu akan memiliki kemampuan lain."

"Tidak semua ibu perlu kuliah untuk menjadi ibu yang baik!"

"Ah Zania, ternyata kau sangat menyenangkan, aku seneng mengenal mu?"

"Terimakasih!"

"Apa kita bisa lebih dekat lagi?"

"Maksudnya?"

"Ya ... kita menjadi teman yang baik!"

"Aku tidak keberatan, cuma aku takut nanti cewek kamu cemburu melihat kamu bersamaku."

"Ya nggak lah, masak cemburu?"

"Aku cuma takut saja!"

"Aku tak punya pacar, Za!"

"Ah, bohong!"

"Untuk apa aku bohong?"

"Untuk mencari mangsa baru?"

"Kayak buaya aja!"

"Ya, buaya darat."

Zusya tersenyum, ia bahagia karena ia semakin mengenal Zania dengan menjadi Aditya.

"Za ... beneran lo ... aku nggak punya pacar, jadi mau ya menjadi temanku?"

"Boleh ...."

"Boleh minta no. Hp?"

" Untuk apa?"

"Untuk menelpon kamu lah!"

"Tapi ...."

"Kenapa, keberatan?"

"Bukan, bukan itu maksudku!"

"Lalu, atau kamu yang punya pacar?"

"Tidak ...."

"Mungkin lain kali aku akan memberikan no. Hp ku."

"Kenapa, apa kau takut?"

"Tidak ...."

"Ayolah ... itung-itung sebagai ucapan terimakasih aku telah menyelamatkan mu dari kejaran orang gila itu."

"Oke, baiklah!

Zania memberikan nomor ponselnya, begitu pula dengan Zusya.

Ternyata mereka pun sudah sampai didepan rumah Zania, Zania pun turun dan melambaikan tangannya, ketika mobil itu meninggal kan rumahnya.

Bersambung 👉

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Ih jijik, mau muntah😆

2023-07-28

2

Sadako

Sadako

Duh, sakit banget hatiku. Terharu banget sama author!

2023-07-26

1

Frederick

Frederick

Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!

2023-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!