Zusya masuk kedalam rumah dengan bersiul siul kecil, menggambarkan betapa harinya sangat menyenangkan, melukiskan perasaan nya yang sedang berbunga.
Pak Wiraguna terpaku menatap putranya, ia sempat heran kenapa dengan Zusya hari ini.
Selama menginjak dewasa, Pak Wiraguna tak pernah melihat hal itu pada putranya.
Belum sampai Zusya membuka pintu kamarnya Pak Wiraguna memanggilnya, tapi Zusya menolak, karena ia belum mandi sore ini.
"Sebentar Pa, aku mau mandi dulu!"
Pak Wiraguna tersenyum melihat istrinya, Kumala. Sang istri malah mengangkat bahunya.
"Biasanya jika dia menolak untuk segera bicara, ada sesuatu yang serius dan harus memerlukan waktu untuk membicarakan nya."
"Iya, kira kira apaan ya, Ma?"
"Kita tunggu aja, mudah mudahan berita baik."
"Ya ... pasti baik lah ... la orangnya seneng gitu!"
"Baik di dia belum tentu baik di kita, Mas!"
"Iya juga!"
Zusya turun dari lantai atas, kemudian menemui Papa dan Mama nya.
"Ada apa memanggil aku, Ma?"
"Apa ada kabar baik?"
"Sangat baik malah!"
"Apa, sayang?"
"Aku setuju di jodohkan dengan Zania." Jawab Zusya tersenyum.
"Oh ya, yang bener?"
"Ya, ternyata Zania gadis yang menyenangkan, aku bahkan jatuh cinta pada pandangan pertama."
"Hua haha!" Pak Wiraguna tertawa terbahak-bahak.
"Kamu kayak anak kecil saja, apa kamu tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya?"
"Entahlah!"
"Kok entahlah, lalu bagaimana dengan Elena?"
"Sudahlah Pa, tak usah bicara tentang dia, aku tak mau mengenang masa lalu."
"Maksud Papa bukan begitu, Papa cuma mau nanya ... apa kamu merasakan hal yang sama dengan Elena, seperti perasaan mu pada Zania."
"Kayaknya nggak!"
"Berarti kamu tidak mencintainya!" sahut Mama nya.
"Mungkin!"
"Eee alaaah, sudah Bapak bapak kok gak tahu cinta atau tidak."
"Yang jelas, aku sama sekali tak sedih saat dia pergi."
"Semoga Zania adalah jodoh yang diciptakan Tuhan untuk mu."
"Semoga, ini yang pertama dan yang terakhir untuk kami."
"Kau belum menceritakan saat kau melihat nya pertama kali."
"Aku mengira, dia adalah gadis bar bar seperti yang papa ceritakan, tapi setelah aku melihatnya aku begitu bahagia, ternyata Papa menjodohkan aku dengan seorang gadis kecil yang begitu manis."
"Ooooh, romantis sekali!" goda Mama nya.
"Dan ... tadi di plaza buku, aku terjebak di lift, dia begitu ketakutan, lampunya mati lagi!"
"Ternyata, bukan cuma kamu yang ingin kalian berjodoh, tapi waktu dan kesempatan juga berpihak pada kalian."
"Ups ...." Mama nya menggoda lagi, kemudian terkekeh.
Zusya tertawa melihat kelakuan Mama nya, ia memukul Mama nya dengan bantal sofa, gemas.
...----------------...
Zania membuka pintu kamar dengan sedikit dipaksa, sehingga menimbulkan suara derit karena pintu itu terlalu mepet kelantai.
Mama nya yang berada dikamar sebelah melongok kan kepala mengetahui bahwa putrinya telah pulang.
"Udah pulang, sayang ...."
"Udah!"
"Lo kok gitu ... napa?"
"Aku semakin merasa tak beruntung hari ini!"
"Gak menemukan buku kesukaan mu lagi?"
"Bukan buku, Ma ...."
"Terus apa?" tanya Mama Tania, penasaran.
"Aku kayaknya tidak beruntung soal cinta."
"Kok gitu ngomong nya?"
"Aku tadi Ma ... ketemu cogan, aku dan dia terjebak dalam lift, dan lampunya mati juga."
"Astagfirullah, kau di apain sayang?"
"Aku gak di apa apain, Ma ...."
"Terus apa?"
"Aku kagum sama ketampanan dia, tapi ...."
"Tapi kenapa?"
"Aku sudah Mama jodohkan dengan guru culun itu!"
"Zania Zania ... kamu itu, biasanya tak peduli sama cowok, saat di jodohin malah naksir cowok ganteng." Kata Mama Tania tersenyum menatap putrinya.
"Apa aku tak berhak bahagia, Ma?"
"Sangat berhak dong ... makanya Mama sama Papa menjodohkan kamu sama Zusya."
"Apa menariknya cowok culun."
"Kamu belum mengenalnya, sayang ...."
"Aku tak berani menjamin akan suka sama dia, habis ... dia bukan tipe ku sama sekali."
"Jadi maunya gimana?"
"Apa boleh Zania menolak perjodohan ini, Ma?"
"Tidak, kau tak boleh menolaknya." Tiba tiba terdengar suara Pak Lesmana menyahut, dari arah belakang.
"Tapi Zania tak suka dia, Pa ...."
"Apa kamu tahu ada ibarat yang mengatakan, tak kenal makanya tak suka, tak suka maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta." kata Papa Zania sambil memberikan isyarat tangannya membentuk sebuah love.
Mama Zania terkekeh melihat ulah suaminya, begitu juga dengan Zania.
"Apa Papa yakin ... dia baik untuk ku?"
"Dia dari keluarga baik-baik, maka insyaallah dia adalah anak yang baik."
"Ya udah ... kalau papa dan Mama yakin."
"Kamu setuju?"
"Tak ada orang tua yang tak ingin melihat anaknya bahagia, bukan?"
"Iya, sayangku ...."
"Aku akan mencobanya."
"Alhamdulillah ...." Kata Papa dan Mama Zania serempak.
"Tapi ...."
"Apalagi?"
"Apa tak terlalu kecil untuk Zania menikah, Pa?"
"Biar kau tak terjebak dalam pergaulan bebas seperti sekarang ini, apa lagi di akhir zaman seperti ini, Papa tak ingin putri Papa salah jalan.”
"Iya, Pa ...."
"Ya sudah, mari kita makan!" ajak Mama nya, mendudukkan Zania yang berbaring berbantalkan pangkuan mamanya.
"Ternyata kau sudah besar, putriku!" ungkap nya.
Zania duduk dan beranjak mengikuti Mama nya, menuju ruang makan, membantu mamanya menyiapkan hidangan, seperti biasanya.
Pak Lesmana pun segera bergegas pula menuju ruang makan kemudian menarik kursi serta bersiap untuk duduk.
Di keluarga kecil itu hanya terdiri mereka bertiga, serta pembantu rumah tangga, tukang kebun dan seorang lagi, supir pribadi mereka.
...----------------...
Zusya membuka laptop, ia mengerjakan tugas kantornya di rumah, ia memang selalu menyempatkan untuk membagi waktunya, jika ia akan mengadakan meeting maka ia akan mempersiapkan presentasi pada malam hari, agar ia tak tergesa-gesa memulainya di pagi hari.
Sudah sering Papa nya, menyuruh fokus untuk bekerja di kantor saja, tanpa harus mengajar disekolah swasta milik mereka itu.
Tapi karena kecintaannya pada pendidikan, ia tak mau berhenti mengajar, ia membagi waktunya meski sangat sibuk.
Apalagi sejak ia tahu, wanita yang di jodohkan dengan nya ada disekolah itu, ia semakin bersemangat, bahkan ia semakin jarang pergi ke kantor, ia menyerahkan segala urusannya pada seseorang yang menjadi kepercayaan nya.
"Belum tidur, Zu?"
"Belom Ma ... masih belum kelar, sedikit lagi!"
Zusya tersenyum melihat Mama nya membawa kopi hangat untuk nya, itu adalah kebiasaan nya, dan sudah pula Mamanya terbiasa menyediakan nya untuk putranya itu.
"Kenapa sih Zu, kau harus berpenampilan culun seperti itu ketika mengajar?" tanya Mama nya tiba tiba.
"Ya ... karena aku cogan, Ma ...."
"Apa hubungannya?" tanya Mamanya.
"Ya jelas ada hubungannya, kalau aku berpakaian biasa, mereka tak akan fokus belajar, melainkan membayangkan jadi pacar aku."
"Kepedean ... Za ...."
"Aku yakin Ma, he he!"
"Kamu tak pernah serius jika di tanya!"
"Aku serius apalagi sekarang, sejak ada Zania, aku semakin tertantang membuat dia jatuh cinta pada sang guru culun."
"Jadi ... kau meminang dia dengan jadi guru culun?"
"Dan akan menjadi kekasih dengan menjadi Aditya."
"Kau jahat itu namanya, nanti kamu kehilangan dia baru tahu."
"Eh jangan bilang begitu, ucapan Mama adalah doa."
"Tidak, aku selalu berdoa yang terbaik untukmu."
"Semoga."
Keduanya sama-sama tersenyum menatap dan menyadari semuanya semakin ada di depan mata.
"Zania, aku menunggu mu mengatakan cinta pada guru culun mu ini." Batin Zusya bahagia.
Bersambung 👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Teteh Lia
lanjut Kaka ..
mampir jg yu ke " love story in SMA".
2023-09-03
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Hwaiting Kk
PaMud mampir
2023-08-13
1
Setia R
thanks 🙏🙏
2023-08-07
0