Zania melempar tasnya begitu saja di atas meja belajarnya, ia kelihatan kesal, betapa tidak, orang tuanya telah tega menjodohkan dirinya dengan seorang guru, selain lebih tua jauh darinya guru itu culun pula.
Ia bersungut-sungut, bicara seorang diri, tak jelas apa.
Tania, mama Zania tersenyum melihatnya, ia sudah bisa menebak ada apa dengan putrinya, akhirnya didekati nya Zania dan mengelus kepalanya dengan begitu sayang.
"Ada apa sayang, kok jutek gitu?"
"Mama pikir aja sendiri!"
"Loh, ini adalah hari pertama mu masuk sekolah, kok kamu kelihatan jutek gitu, apa jangan jangan kamu sudah bertemu Zusya, ya?"
"Aku tak mau bicara tentang dia, membuat mood ku hilang saja."
"Memangnya kenapa?"
"Guru culun gitu!" mama Zania tersenyum geli.
"Kan cocok untuk kamu yang bar bar."
"Mau jodohin ya jodohin, tapi mbok mikir, apa mama gak punya pilihan lain apa?"
"Jalani saja dulu, Za!"
"Mama sama Papa iya, enaknya cuma ngomong, aku ... aku yang jalani."
"Ya udah, sana mandi dulu udah bau kecut."
Zania mengambil handuk, mamanya cuma bisa geleng-geleng kepala, Zania yang bar bar, dalam sehari bisa berubah menjadi gadis yang lesu.
Semua itu bermula dari kenyataan yang membuat dirinya kecewa, karena dirinya yang tak pernah percaya akan cinta harus menghadapi kemauan papa dan mamanya, untuk dijodohkan dengan anak sahabat papanya karena mereka sudah saling berjanji untuk menjodohkan putra putri mereka.
Semua itu karena, Tania dan Lesmana susah mendapatkan keturunan, jadi Aditya Wiraguna, ayah Zusya mengatakan jika Tania hamil dan anaknya perempuan maka akan dijodohkan dengan putra nya yang lebih dulu lahir waktu itu.
Zusya sudah berumur lima tahun saat Zania lahir, tapi karena tuntutan pekerjaan, keluarga Lesmana pindah keluar kota dan ketika Zania sudah berumur delapan belas tahun, Lesmana justru kembali dipindah tugaskan ditempat mereka dulu, sebut saja Semarang.
Zania menemui mamanya kembali dibelakang rumah, ia ingin pamit untuk pergi ke plaza buku, seperti kebiasaan nya di kota tempat mereka sebelumnya.
"Udah rapi aja, kamu mau kemana?"
"Aku mau ke plaza buku, Ma ...."
"Memangnya kamu sudah tahu dimana tempatnya?"
"Belom sih, tapi aku ada teman mau aku ajak ke sana."
"Teman, teman siapa, kan baru hari ini kamu masuk sekolah, dan kamu belum punya teman."
"Ih Mama ... gampang tak percaya, ya udah ... aku kan bisa lihat google map ...."
"Ya udah deh kalau gitu!"
Zania mencium punggung tangan Mama nya, kemudian pamit untuk pergi.
Di tempat yang dijanjikan, Adel, Riri, dan Dina mereka saling bertemu, seperti telah lama saling mengenal, mereka kelihatan begitu akrab.
Sampai di plaza buku, Zania berhenti sejenak karena tiba-tiba ia kebelet dan menyuruh temannya duluan, sedang dirinya pergi ke toilet.
Sambil melihat ponselnya yang kebetulan sedang berbunyi ia tak sengaja menabrak seorang cogan ( cowok ganteng) .
Mata pemuda itu terbelalak, seakan tak percaya.
"Maaf, aku tak sengaja!" kata Zania sambil melangkah meninggalkan pemuda itu.
Tapi belum sempat melangkah, pemuda itu justru menghadang kan tangannya, menahan Zania agar tak pergi begitu saja.
"Ada apa, ya?"
"Kamu bilang ada apa, kamu menabrak ku, enak aja main pergi begitu saja!" ucap pemuda itu tersenyum.
"Maunya apa?" jawab Zania sambil meringis, menahan p*pis yang mau keluar.
"Eh malah meringis, kamu lucu deh!"
"Kamu yang lucu, orang dari tadi udah kebelet, malah ditahan tahan!" kata Zania kemudian berlalu meninggalkan pemuda itu dengan kesel.
"Dasar, gak waras!" ujar pemuda itu sambil tersenyum geli.
Tanpa sepengetahuan Zania, pemuda itu terus mengawasinya, mengikuti kemana Zania pergi.
Zania siap memasuki lift, untuk menemui teman temannya, dan sebelum lift itu tertutup, pemuda itu nyelonong masuk, pura pura tak melihat Zania ada di sana.
"Kamu!" Zania terkejut melihat nya. Sedangkan pemuda itu hanya cuek bebek, menatapnya.
"Kamu sengaja ngikutin aku, ya?"
"Enak aja, emang lift ini milik nenek moyang, Lo!"
"Kalau nggak ngikutin, kenapa kau juga ada di sini?"
"Aku mau ke plaza buku, jadi harus lewat sini bukan?"
Tiba tiba!
Jlek !!!
Pintu lift itu terhenti, Zania dan pemuda itu terjebak didalamnya. Zania panik, ia yang tak pernah dekat dengan laki laki, benar benar merasa ketakutan.
"Astaga, apa kau tak bisa tenang?"
"Bagaimana aku bisa tenang terjebak disini."
"Ternyata selain bar bar, kau juga penakut."
"Kau bilang apa?"
"Kau cantik!"
"Dasar, gak bisa lihat yang agak bening dikit!"
"Apa, bening ... sebening kaca?"
"Emang lagu!"
"Kenalkan aku Aditya!"
"Siapa yang mau berkenalan dengan mu?"
"Kamu kok sombong amat?"
" Apa kau tak tahu kalau aku takut?"
"Kan ada aku, tak usah takut, aku tak akan ngapa-ngapain kamu, tenang saja."
Tiba tiba, lampu lift itu juga mati semua berubah gelap.
Aditya berusaha mengambil ponselnya, dan tanpa sengaja menyentuh Zania.
"Jangan macam macam kamu!"
"Tidak macam macam, cuma satu macam, ngambil hp."
Aditya kemudian menghidupkan senter di hpnya. Zania menekan tombol berkali-kali, berusaha minta tolong, mereka yang tidak tahu akan menghubungi siapa, akhirnya pasrah, menunggu lift itu kembali terbuka.
"Siapa namamu?"
"Zania," jawab Zania pada akhirnya.
"Kita di pertemukan di sini, mungkin kita jodoh."
"Apa katamu, jodoh jodoh, jodoh apaan?"
"Zania ... tak usah mudah marah, nanti cepat tua."
Belum sempat Zania menjawab lagi, tiba tiba liftnya terbuka.
Zania keluar dengan perasaan bete campur cemas. Ketiga temannya telah menantinya, Zania terdiam sejenak, sambil melirik Aditya, ia tersenyum.
"Ganteng juga." akunya dalam hati.
"Del, kita pulang aja yuk ... aku sudah gak mood lagi, sudah sore juga." Ajak Zania
"Ya, lebih baik kita pulang, lain waktu kita kesini lagi." Jawab Adel.
Mereka pulang meninggalkan tempat itu, Zania masih diam ia masih ingat saat dirinya berada dalam lift itu.
"Kamu tahu siapa pemuda tadi?" tanya Zania pada Adel.
Adel hanya menggeleng.
"Dia sering kesini, aku sering melihatnya." Jawab Riri
"Oh ya!"
"Kenapa, kamu naksir, Za?"
"Kamu, aku baru sehari disini, udah main naksir aja, aku gak mau ah, jagain jodoh orang."
"Maksudnya apa ya?" tanya Riri.
"Kamu kebanyakan makan, gak tahu deh ...."
"Iya, jagain jodoh orang maksudnya apa?"
"Kalau kita pacaran tapi tidak jadi suami kita, apa dong namanya kalau tidak jagain jodoh orang?"
"Ooo, gitu ya!"
"Kamu Ri, jangan polos amat napa sih ... kamu yang tahu urusan peruuut saja."
Riri cuma tertawa renyah mendengar Zania asal bicara.
"Eh Za, tadi kamu tak takut?"
"Bukannya takut lagi, aku ngeri banget."
"Tapi kan seru juga, bersama dengan cogan."
"Maksudmu, Aditya?"
"Sudah kenalan?" tanya Dina yang sejak tadi diam.
"Kamu ... mendengar kata kenalan, langsung nyaring telinganya." Olok Zania pada Riri.
Mereka sudah sampai ditempat parkiran mobil, Zania dan teman temannya pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan sedikit kecewa.
Bersambung 👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
ayu nuraini maulina
jgn meliat dr cover nya aja
2023-09-14
1
nowitsrain
Nggak terlalu beda jauh dong berarti umurnya
2023-09-10
2
〈⎳ HIATUS
satu like dan satu iklan mendarat dengan mulus
2023-08-06
1