"Jauhi dia." perkataan yang kini diberikan Jackson membuat Alice menatap lelaki yang kini sibuk menyetir.
Dia tidak tahu kenapa pria ini melarang Alice untuk mendekati pria itu, apakah pria ini sedang cemburu kalau istrinya bersama dengan pria lain.
"Maksudmu siapa yang aku jauhi." ucap Alice yang kini malah menjawab ucapan yang dilontarkan Jackson.
Jackson menghentikan mobil dipinggir jalan, untung jalanan sudah sepi jadi mereka tidak khawatir kalau mobil mereka menganggu pengendara.
"Neo. Aku mau kamu jauhi Neo, aku tidak suka kamu terlalu dekat dengannya." kata Jackson yang kini meminta Alice untuk tidak dekat dengan pria manapun, sedangkan pria ini malah seenaknya selingkuh dengan sekretaris pribadinya.
"Enak aja dia menyuruhku menjauhi pria sebaik Neo. Apa dia pikir aku ini babunya yang selalu mengikuti perkataannya. Jangan harap kamu bisa mempermainkan ku seperti boneka aku ini Aurora bukan Alice." batin Aurora dalam hati, tetapi lamunannya justru membuat Alice tersadar saat tubuhnya digoyangkan dengan kedua tangan Jackson.
"Alice, apakah kamu mengerti ucapanku barusan?" tanya Jackson yang kini tatapannya tertuju pada Alice, tetapi Alice malah menepis tangan Jackson membuat lelaki itu bingung dengan sikap Alice.
"..." tidak ada jawaban dari mulut Alice membuat Jackson frustasi, dia tidak mengerti kenapa sikap Alice jauh berbeda.
Akhirnya Jackson melanjutkan perjalanannya menuju rumah yang kini mereka tempati, tibalah mereka di rumah yang terdiri dari tiga lantai. Di sanalah mereka tinggal, rumah sebesar ini hanya ditinggalkan mereka berdua. Walau begitu Aurora tidak peduli dengan pria ini.
"Kamu tidak lupakan dimana letak kamarmu?" tanya Jackson yang kini melihat Alice melihat ke setiap rumah.
Alice berbalik lalu ia melangkah menuju kamar, Aurora masuk ke kamar Alice. Kamar yang menurutnya sangat bagus dan luas, malah kamar inilah yang membuatnya semakin nyaman. Sedangkan pemilik tubuh ini seperti merasa kesepian, bagaimana tidak kesepian suaminya saja sibuk berselingkuh.
Membuat siapapun merasa kesepian kalau tinggal di rumah sebesar ini, "Apa kamu merasa tidak suka dengan tempat ini?" tanya Aurora yang kini sedang berbicara dengan pemilik tubuh, pemilik tubuh ini mengangguk tanpa bicara apapun.
"Baiklah, kamu tidak usah khawatir aku akan selalu membantumu. Aku yakin suatu saat suamimu akan menyesal sudah memilih pelakor seperti nenek sihir itu, aku tidak sabar saja melihat dia menderita." kata Aurora yang sangat geram dengan perbuatan mereka kepada Alice, tapi malah pemilik tubuh ini terkekeh melihat kemarahan yang diberikan Aurora.
"Sudahlah aku istirahat dulu, besok kita mulai balas dendamnya." akhirnya Aurora memutuskan untuk istirahat di ranjang besar.
Selama tidur Aurora bermimpi bertemu dengan sosok pemilik tubuh yang kini ia tinggalkan, pemilik tubuh itu seperti boneka. Hidung yang mancung, wajah kecil berbentuk bulat dengan bulu mata yang lentik. Siapa saja yang melihat itu seakan takjub akan kecantikan wanita ini.
Akan tetapi wanita ini malah menderita dalam kehidupannya, "Terima kasih kamu sudah mau membantuku, maaf kalau aku memintamu untuk menepati ragaku untuk balas dendam."
Itulah yang dikatakan Alice kepadanya, dia sangat senang bisa dipertemukan oleh pemilik tubuh ini. "Lalu aku harus melakukan apa supaya kamu puas dengan balas dendam ini."
Alice datang menghampiri Aurora, dia menyentuh kedua tangan Aurora dengan tatapan saling menatap. "Sebenarnya aku tidak ingin balas dendam kepada siapa saja yang berbuat jahat kepadaku, tapi sungguh aku ingin kamu membantuku untuk bertemu keluargaku."
"Keluargaku sudah mempercayai ucapan Amara, kini dialah yang paling berkuasa di keluargaku. Aku mohon sama kamu kasih tahu keluargaku supaya tidak mempercayai apapun ucapan Amara, aku tidak ingin mereka akan bernasib sama sepertiku."
"Apakah kamu bisa membantuku, Aurora?" ada sesuatu yang kini Aurora rasakan, kini Alice ingin memintanya untuk memperingati keluarganya supaya tidak percaya dengan Amara.
Kalau begitu ia dengan senang hati membantu Alice, kalau gini ceritanya pasti dia akan membalas apapun yang akan Amara lakukan. Dan disinilah yang akan menjadi perannya untuk balas dendam, rasanya ada sedikit kepuasan kalau sampai dia berhasil menghancurkan wanita itu.
***
Keesokannya Alice bergegas menemui keluarganya, dia akan melihat bagaimana Amara melakukan rencana untuk keluarga Alice. Tapi kali ini dialah yang akan menggagalkan rencana wanita pelakor itu.
"Nona Alice datang nyonya." bisik pembantu yang menyampaikan kabar kepada majikannya, saat dia melihat kedatangan Alice.
"Hai! Pah, mah." sapa Alice yang kini melangkah menghampiri keluarganya, di sanalah dia melihat Amara sudah tiba.
Dengan perasaan tidak tahu malu wanita itu malah mengambil ahli keluarga orang lain, dan kini Aurora yang akan mengambil peran itu.
"Kamu sudah datang nak. Silakan duduk." ucap laki-laki yang duduk tidak jauh dari wanita disebelahnya, Alice memberikan petunjuk kalau pria itu adalah ayah dari pemilik tubuh ini.
Dan disampingnya ada seorang wanita yang ia tahu adalah ibu dari Alice, di sebelahnya ada tiga laki-laki dan satu wanita. Mungkin keempat orang itu saudara kandung Alice, tetapi entah kenapa mereka seperti tidak menyukai kedatangan Alice.
Pria itu tersenyum melihat putri kecilnya datang, dia sangat bahagia melihat keberadaan Alice apalagi kedua kakak laki-lakinya. Tidak dengan satu kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Keduanya sama sekali tidak menyukai kedatangannya, apalagi di sana ada Amara yang ikut serta dalam keluarga besarnya.
"Kamu gimana keadaannya? Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya seorang lelaki yang menatap Alice dengan rasa khawatir, apalagi pria ini sangat tulus menyayangi dan mencintai Alice.
"Aku baik-baik saja kak." mereka serempak mengangguk dengan jawaban Alice, tidak dengan Amara yang tidak menyukai kalau Alice berada di antara keluarga ini.
"Baiklah, kalau kamu sudah datang bagaimana kita makan siang bersama. Sudah lama kita tidak berkumpul untuk makan keluarga, bagaimana Alice kamu ikut makan bersama keluarga kamu 'kan?" tanya sang ayah yang dianggukin oleh Alice.
Akhirnya mereka serempak pada ke meja makan, kedua kakak laki-lakinya sangat menyayangi Alice sampai Aurora merasa kalau Alice sangat beruntung mendapatkan keluarga seperti ini.
Sedangkan dirinya tidak seberuntung Alice, walau begitu satu kakak laki-laki yang pertama seharusnya sangat menyayangi Alice. Tapi entah kenapa pria itu acuh terhadap Alice, apa mereka ada masalah sampai kakak pertama Alice tidak suka kedatangannya.
"Baiklah, kalau gitu kita mulai makan saja." ucap ayah Alice, semuanya pada sibuk makan sampai Amara dan juga kakak perempuan Alice membicarakannya.
Seakan pembicaraan mereka seperti menghina Alice, Aurora sangat membenci wanita murahan itu. Seharusnya wanita itu menghilang saja di bumi ini, atau dilempar ke dalam jurang supaya tidak menyusahkan orang lain.
Aurora mendengar kalau pemilik tubuh ini terkekeh seperti mentertawakan dirinya, "Lihatlah dirimu ini, bukannya jadi arwah merasa tenang malah mentertawakan ku."
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud begitu." itulah yang dikatakan Alice, mau tidak mau Aurora kembali menatap kearah mereka.
"Apa menurut kamu bagus bicara saat sedang makan, apalagi membicarakan keburukan orang lain. Bukannya kamu merasa paling bodoh sudah datang di keluarga orang lain, tanpa memiliki rasa malu." tutur Alice membuat mereka semua tercengang melihat bagaimana Alice membalas apa yang dikatakan Amara.
Dibawah meja sana kakak perempuan Alice menghentikan Amara, karena dia tahu kalau perempuan ini ingin membalas perbuatan Alice.
"Alice jaga sikap kamu ke Amara. Dia ini sekretaris suami kamu, dia juga sudah menjadi bagian keluarga kita." ucap wanita bernama Tasya.
Wanita itu adalah kakak kedua Alice, Tasya sudah dari dulu tidak menyukai Alice karena perhatian kedua orang tuanya dan juga ketiga kakak laki-lakinya menyukai Alice. Sedangkan dia diasingkan di keluarganya sendiri, makanya dari situ Tasya mulai membenci Alice.
Alice menghentikan aktivitas makannya, dia malah tertarik dengan wanita di depannya ini.
"Oh ya. Kalau gitu dia sama saja dengan sampah, sampah bukannya seharusnya ada di luar bukan di dalam rumah. Kenapa kakak malah memelihara sampah di rumah kita, apa kakak tidak tahu kalau sampah yang kakak pelihara ini sudah mengotori rumah kita." ucap Alice membuat Amara geram dengan ucapan Alice.
Begitupun dengan ketiga kakak laki-laki Alice yang mentertawakan Amara, dia bangga kepada adik kecilnya yang berani membalas perkataan orang lain. Dulu merekalah yang berada di paling depan untuk membela Alice, tapi kali ini Alice bisa melawan ucapan Tasya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
pensasaran ini
2024-11-10
0