Pemanasan Di Pagi Hari

"Kenapa kamu tidak berkata seperti ini sebelum-sebelumnya? andai aa kasih tau aku, mungkin aku bisa berubah dan menjadi istri seperti yang aa mau," lirih Asih.

"Halah, itu tidak mungkin Asih! walaupun aku bercerita sekalipun, kamu tetap tidak akan bisa menyaingi kehebatan Euis, ucap Hardi dengan keukeuh dan bangga terhadap Euis.

kenapa harus Euis a? apakah a Hardi belum tahu dia adalah temanku masa kecil dan a Hardi belum tau apa pekerjaan Euis yang sebenarnya, selain berjualan di warung?

"Aku tahu dari Rudi temanku, tapi aku tidak peduli dengan hal itu, itu adalah masa lalunya, semua orang punya masa lalu, kamu, aku dan bahkan Euis, Jadi apa yang salah? lagi pula dia sepertinya sudah tobat dan tidak akan melakukan hal itu lagi" sahut Hardi dengan begitu yakinnya.

"Lalu bagaimana dengan kita? apakah a Hardi ingin kita menyudahi hubungan ini?" tanya Asih dan hanya bisa menghembuskan nafas dengan berat.

Lagi-lagi Hardi tampak acuh tak acuh,

"Aku sih tidak ada masalah mau bercerai kek! mau lanjut kek! Terserah kamu, bodo amat! justru akulah yang seharusnya bertanya seperti itu! memangnya kamu sanggup hidup tanpa aku? selama ini kan kamu hanya menggantungkan hidup sama aku."

Asih mengangkat kepalanya lalu menatap Hardi begitu tajam....

"Aku akan buktikan bahwa aku bisa hidup walaupun tanpa bantuan dari dirimu a Hardi!"

"Terserah" Hardi kembali terkekeh.

Lelaki itu bergegas pergi meninggalkan Asih lalu memasuki kamar mandi untuk melakukan ritual paginya, seperti yang ia lakukan setiap harinya.

"Pikirkanlah dengan matang, Asih! baru setelah itu putuskan apa yang kamu inginkan," ucap Hardi sebelum ia pergi meninggalkan kediamannya.

Asih hanya diam tanpa membalas ucapan Hardi. Bibirnya kelu dan tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun lagi. Air matanya pun sudah tak nampak. Seolah mengering dengan sendirinya.

Hardi telah melenggang tanpa peduli bagaimana perasaan Asih saat itu. Ia melajukan motor kesayangannya itu menuju daerah Proyek di mana Hardi sekarang bekerja sebagai pengawas di sana.

Sebelum tiba di tempat kerjanya, Hardi sempat berhenti di sebuah toko kecil yang menjual berbagai macam buahan segar. Ia membeli buah-buahan segar itu untuk diberikan kepada Euis sebagai oleh-oleh atau hadiah kecil saja.

"Pasti Euis menyukainya" gumam Hardi sembari menentang buah-buahan itu dengan wajah yang semringah setelah membayar harga buah-buahan tersebut. Ia pun kembali melanjutkan perjalanannya.

Beberapa menit kemudian Hardi tiba di tempat kerja. Bukannya segera memulai tugasnya ia malah berkeliaran ke tempat lain. Ke mana lagi kalau bukan ke warung kopi milik Euis yang terletak tak jauh dari tempatnya bekerja.

Hardi berjalan dengan cepat menuju warung tersebut sambil menentang kantong kresek berwarna merah berisi buah-buahan segar yang tadi ia beli.

Dari kejauhan Hardi memperhatikan warung kecil miliki Euis yang masih tertutup rapat. Kemungkinan wanita itu masih berada di dalam warungnya. Entah dia sedang merasakan tidur pules hingga terpaksa harus beristirahat sejenak.

Selain itu ada beberapa orang pria langganan Euis yang tampak berkumpul di depan warung. Wajah mereka terlihat kecewa sebab warung tempat biasa mereka ngopi bareng harus tutup hari ini.

"Tutup pak!" sapa salah satu dari mereka yang tidak lain adalah anak buahnya sendiri.

"Iya saya tahu" Hardi hanya tersenyum kecil lalu berjalan melewati mereka. Lelaki itu menuju pintu belakang, dimana Euis sudah membukanya khusus untuk Hardi.

"Sayang! panggil Hardi sambil melangkah masuk dan memperhatikan sekeliling ruangan itu. Lihatlah aku memberikan sesuatu untukmu" ucap Hardi lagi.

"Aku disini a" terdengar suara lirih Euis dari dalam kamar mandi.

Hardi pun bergegas menyusul ke ruangan itu. Ia melihat Euis tengah bersandar di lantai kamar mandi dengan wajah lelah. Wanita itu mencoba tersenyum lalu mengeluarkan tangannya kehadapan Hardi.

”Tolong bantu aku a. Aku lelah sekali," ucapnya dengan begitu lembut.

Hardi datang mendekat lalu menyambut uluran tangan Euis dengan membantu nya berjalan kembali menuju kamar.

Hardi tersenyum lalu menarik tubuh montok Euis ke dalam pelukannya.

"Sekarang bagaimana?"

Euis membalas pelukan Hardi lalu mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan Hardi yang sedang memeluknya.

Bagaimana maksudmu a...?

"Maksudku kemarin aku kepergok istriku, kamu melihatnya kan? tapi aku sudah memarahinya dan memebentaknya di rumah semalam, berani-beraninya dia lancang mengikuti aku dari rumah, untung saja dia tidak teriak saat semalam dia didepan warungmu ini, kalau teriak bisa berabe dah," jelas Hardi.

Ya baguslah dia sudah tahu sebelum kita memberi tahunya, kan ini keinginan aku dan kamu a, bercerai dari Asih dan menikah dengan aku, lebih cepat lebih baik, benar kan a?" Jawab Euis dengan senyum gigi gingsulnya.

Hardi tersenyum puas mendengar jawaban dari Euis. Iya kembali memeluk tubuh seksi itu dan tak ingin melepaskannya.

"Ya sudah kalau begitu. Sebaiknya aku pamit dulu. Aku yakin anak-anak sudah memulai pekerjaan mereka," ucap Hardi sembari melirik jam dinding yang menggantung di dalam kamar Yulia.

Setelah mau lari pelukannya, Hardi pun segera bangkit lalu berniat pergi meninggalkan Euis. Di dalam ruangan sempit tersebut. Namun belum sempat Hardi meninggalkannya, Euis sudah menahan pergerakan lelaki itu dengan cara memegangi tangan kekar nya dengan sangat erat.

"A mau kemana a?" tanya Euis tersenyum dan mengerling nakal.

"Kerja dong sayang."Jawab Hardi singkat

Euis menarik pelan tangan Hardi dan kini lelaki itu berdiri tepat di hadapannya. Jari-jemari gemulai itu mulai memegangi ikat pinggang milik Hardi lalu membukanya.

"A tahu gak? Kalau Janda pirang seperti aku ini memiliki hasrat yang sangat tinggi karena hormon-hormon di dalam tubuhku kini meningkat drastis setelah bertemu pria tampan dan kekar sepertimu a" ucap Euis sambil menyeringai.

Sementara itu tangannya sudah berhasil menggapai benda keramat milik Hardi lalu mengeluarkannya dari dalam celana.

"Sssssst, akh....!" Hardi langsung menegang dan tanpa ia sadari suara desahannya keluar begitu saja." kamu mau apa? sayang?"

Sembari menggerakkan tangannya turun naik, Euis menatap ekspresi Hardi di atas sana.

"Aku ingin itu a, sebentar saja" bujuknya.

Euis memasukkan benda itu ke dalam mulutnya. Euis mengulumnya seperti anak kecil yang tengah menikmati es krim. Hardi yang tadinya ingin menolak karena pekerjaannya sudah di mulai, akhirnya kalah dan dengan senang hati membiarkan Euis melakukannya.

Terus, Euis! nikmat sekali, " racau Hardi dengan mata terpejam.

Tangan kekar Hardi mencengkram rambut Euis dan menuntun wanita itu untuk mempercepat gerakannya di bawah dan....

Euhmmm ...euhm....euhmm!

gumam Euis sambil menatap Hardi yang tengah menikmati permainan liarnya.

Cukup lama Euis memainkan benda itu dengan mulut dan lidahnya. Hingga akhirnya hasrat Hardi sudah tidak bisa dibendung lagi.

Lelaki itu bergegas menurunkan sedikit celananya lalu mendorong pelan tubuh Euis hingga terbaring di atas ranjang. Hardi menaikkan kaki Euis dan meletakkannya ke pundak kiri dan kanan lalu mulai melakukan permainan panas mereka di dalam kamar sempit itu lagi.

"Akh a....? panggil Euis disela desahannya."

"YA sayang?" sahut Hardi sambil terus memasukkan dan mengeluarkan senjata biologisnya ke dalam lorong-lorong milik Euis di bawah sana.

"Kalau kita menikah, kita akan tinggal di mana? akh.. akh..." Lirih Euis mendesah.

"Diman pun kamu mau, sayang!"

Hardi memejamkan matanya, menikmati sensasi menyenangkan itu

"Aku ingin kita tinggal di rumahmu saja a. tapi singkirkan dulu semua barang-barang milik istrimu itu. aku tak ingin ada satu barang pun yang tersisa, bagaimana? tanya Euis menyeringai.

"Ia, Sayang! Apa pun ku lakukan untukmu, Jawab Hardi lagi.

"Aa serius akan menceraikan Asih? aku tidak ingin jadi istri kedua, a! aku ingin menjadi istri satu-satunya kamu a, tidak boleh ada yang lain. termasuk Asih!" tegas Euis.

"Iya, Sayang, jangan bicara lagi. aku ingin mempercepat permainan kita. kalau tidak, aku akan dimarahi atasanku, apalagi katanya hari ini Boss besar ingin berkunjung ke sini" terang Hardi.

"Pemilik perusahaan kontraktor proyek ini? Euis mengerutkan kedua alisnya.

"Iya sayang!" Hardi menjawab dengan singkat.

Hardi yang sudah tidak sabaran, segera mempercepat gerakannya. Iya memompa tubuhnya dengan sangat cepat hingga tubuh Euis ikut bergoyang-goyang karena dorongan cepat Hardi. bukan hanya tubuh putih mulus nya Euis, tapi ranjang besi tua itu pun ikut meramaikan panasnya suasana di ruangan itu.

Krettt .. Krettt...Krettt

Semakin cepat gerakan Hardi, makin in

tens pula bunyi suara derit ranjang besi tersebut.

"Ya ampun a aku suka ini," jerit Euis sambil mencengkeram kedua bulatan kenyal nya sendiri.

"Sebentar lagi aku mau keluar Euis!" Ajak Hardi yang makin bersemangat melihat reaksi Euis kala itu.

"Ya a, aku juga" Euis mengangguk kan kepalanya.

Dalam beberapa detik berikutnya, keduanya pun menjerit dengan tubuh menegang tubuh Hardi bergetar hebat ketika cairan putih kental itu keluar dan membasahi lorong-lorong milik Euis.

Dengan nafas terengah-engah, Hardi pun duduk di tepian tempat tidur. setelah membersihkan senjatanya dengan tissue, Hardi pun segera merapikan celananya yang sempat ia turunkan.

"A nanti malam aa kesini lagi kan?" tanya Euis

"Lihat situasi dulu sayang. hubungan kita sudah ketahuan Asih. aku takut dia tiba-tiba mengajak warga untuk menggerbekku, bisa gawat nantinya!" Jawab Hardi gercep.

Terpopuler

Comments

Sinta Wati

Sinta Wati

wow...

2023-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!