"Bagaimana keadaan nona pagi ini ?" tanya suster yang kemarin menemani dan merawatku seharian.
"Sudah lebih baik suster." jawabku kepadanya.
"Bagus-bagus. Luka-luka nona juga sudah mulai mengering." suster memeriksa beberapa bagian tubuhku yang tergores. Kemudian dia memeriksa tensi darah dan denyut nadi ku.
"Iya bagus sudah normal semua nona. Nona bisa mencoba untuk belajar berjalan." Suster menyarankanku dengan penuh kesabaran.
"Benarkah? terimakasih suster. " Aku merasa senang akhirnya aku boleh menggerakan kaki ku lagi.
"Tadi malam tuan George datang menayakan keadaan nona. Sayangnya nona sedang tertidur. "
"Benarkah?" Sedikit kecewa rasanya tidak dapat bertemu dan mengucapkan terimakasih kepada orang yang telah menolongku.
Seorang suster lain datang sambil membawakanku makanan, " Silahkan dimakan dulu nona. "
"Terimakasih." Aku menikmati makanan tersebut setelah sebelumnya berdoa.
Dokter yang kemarin merawatku datang kembali hari ini dan memeriksa ku.
"Bagus. Anda besuk sudah boleh pulang nona." kata dokter dengan ramah.
Aku terdiam dan menatapnya bingung. Pulang kemana? Aku harus kemana? Aku bahkan tidak mengenal mereka dan aku tidak tahu saat ini aku berada dimana. Bagaimana dengan biaya perawatanku selama di sini. Uang? Bahkan identitas diri pun aku tidak punya. Jangankan itu pakaian yang awalnua melekat ditubuhku pun aku tidak tahu ada dimana.
"Tenanglah. Anda tidak perlu kuatir, nona. Biaya perawatan anda sudah di tanggung oleh tuan Georges. Dan mungkin besuk akan ada yang menjemput nona." Dokter tua itu seperti mengerti jalan pikiranku.
"Iya. Terimakasih dokter." Aku bahkan tidak mengenal nama dokter dan suster yang merawatku.
"Roberto. Nama saya Roberto dan dia suster Maria." Dokter itu kembali mengerti jalan pikiranku.
Aku tersenyum kepada mereka.
"Terimakasih dokter Roberto dan Suster Maria. "
Mereka menepuk bahu ku dan meninggalkanku sendiri.
Sepeninggal mereka aku mulai mencoba melemaskan kaki ku dan berdiri kemudian mencoba melangkah. Puji Tuhan aku masih normal, Badanku tidak ada yang cacat kecuali beberapa luka goresan di lengan dan kakiku.
Aku melangkahkan kaki ku menuju cermin dan memandang wajahku. Semua masih sama tidak ada goresan diwajah dan leherku. Hanya wajah dan rambut yang kusut. Aku perlu mandi pikirku. Dengan menenteng selang infus di tanganku aku menuju kamar mandi dan mulai membasuh tubuhku dengan air hangat. Setelah selesai kembali aku mengenakan pakaian dari rumah sakit.
Dihadapan cermin aku menyisir rambutku dan mulai mengerjapkan mataku. Ada sesuatu yang aneh, serasa ada sesuatu yang janggal diwajahku. Aku mencoba mengingat kembali apa yang kurang. Sesaat setelah berpikir aku baru menyadari kalau seharusnya ada kacamata yang bertanggar di wajahku.
Aku mencari keseliling ruangan mencari kacamata hitam besar yang biasa bertanggar di wajahku dan kubuka laci di sebelah tempat tidurku. Disana kacamataku. Kukenakan. Kulepas kembali. Kukenakan kembali . Terus berulang - ulang. Heran. Kenapa tidak ada perbedan memakai ataupun tidak. Aku pandang wajahku memakai kacamata dan tidak memakai. Akhirnya aku memutuskan melepaskan kacamata tersebut dari wajahku.
"Anda lebih cantik tanpa kacamata nona." suara seseorang wanita yang sudah masuk kedalam kamar tanpa aku sadari.
"Eh, iya terimakasih. " Aku mengangguk ragu - ragu menatap pria dan wanita setengah baya yang datang bersama suster Maria. Wajah mereka terlihat ramah dengan pakaian yang sederhana. Mengingatkanku pada kedua orang tuaku. Seandainya mereka masih hidup mungkin usia nya sebaya dengan kedua orang dihadapanku.
"Nona, mereka yang sudah menemukan anda ketika terdampar di pantai." Suster memperkenalkan mereka kepadaku.
"Terimakasih tuan George. " kataku sambil mengangguk. Pria ini sama seperti karakter yang aku bayangkan mengenai tuan George.
"Bukan nona anda salah. Saya bukan tuan muda George. " Pria tersebut tertawa sambil menggelengkan kepala di sambut dengan senyuman lebar dari wanita disampingnya dan suster Maria.
Aku hanya tersipu malu karena sudah salah menebak orang.
"Saya harap saya adalah tuan muda George. Tapi kenyataannya saya adalah Sanches dan ini istri saya Elisabeth." pria setengah baya itu memperkenalkan diri dengan ramah.
"Suami saya yang telah menemukan anda terdampar di tepi pantai dan membawa anda kerumah kami. Kemudian dia berlari kerumah tuan muda Georges dan memberitahu saya tentang anda, hingga tuan muda Georges mendengarnya dan datang melihat anda. " Elisabeth mulai menceritakan awal mula nya.
"Kemudian melihat keadaan anda yang tidak juga sadarkan diri dan mulai membiru, tuan Georges membawa anda ke klinik ini. " Sanches melanjutkan cerita istrinya.
"Terimakasih atas kebaikan kalian berdua. Sepertinya saya juga harus mengucapkan terimakasih kepada tuan Georges." aku mengulurkan tangan untuk mengucapkan terimakasih. Tangan kami berjabatan bergantian.
"Tentu saja nona. Siapakah nama anda nona?" tanya Elisabeth ramah.
"Nama saya Felicia. "
"Nama yang manis semanis pemiliknya." Elisabeth tersenyum ramah kepadaku.
"Benar sekali. Usia anda pasti berkisar delapan belas tahun bukan ?" tanya Sanches.
Aku mengernyitkan keningku. Mengingat-ingat tanggal lahirku. Sudah lama rasanya aku tidak pernah menginggatnya dan menghitung usiaku.
"Sembilan belas aku rasa." Jawabku lirih.
"Iya.iya. Kalau anda siap nona kita bisa pulang kerumah saya hari ini atau besuk . " kata Sanches.
"Anda bisa tinggal bersama kami sementara sampai berita keluarga yang mencari anda kita terima." Sambung Sanches lagi.
Aku mengiyakan perkataan mereka. Lebih baik tinggal bersama mereka daripada tinggal di klinik ini sendiri dan tentunya akan menghabiskan lebih banyak biaya. Aku tidak bisa lagi menyusahkan mereka dan berhutang lebih banyak pada tuan Georges.
Tak ada yang bisa aku bereskan. Karena barang - barang ku pun tidak ada. Aku berjalan mengikuti Sanches dan Elisabeth dengan hanya membawa kacamataku dan Vitamin yang diberikan dokter Roberto.
Sepanjang perjalanan dengan pick up tua mereka yang masih terawat tercium aroma amis ikan. Mungkin pick up tua ini mereka gunakan untuk mengangkut hasil tangkapan ikan untuk dijual ke pasar.
Rumah-rumah penduduk yang sederhana dan aroma laut berhembus sepanjang perjalanan. Banyak sekali pepohonan disepanjang jalan dan bunga-bunga menjadikan desa ini terlihat indah. Rumah penduduk yang sederhana di cat warna-warna ceria.
Kami tiba di sebuah rumah kecil yang tentunya dekat pantai karena bisa aku cium aroma laut dan bunyi deburan ombak. Dua orang anak kecil berusia sekitar sepuluh dan dua belas tahun menyambut kami.
"Ini cucu-cucu kami. Yang tua bernama Fernado dan yang kecil bernama Melisa. " Elisabeth memperkenalkan kedua anak yang menyambut mereka dengan pelukan dan ciuman hangat.
"Anak kami Fernandes pasti sedang di pantai. Sedangkan Leticia istrinya belum kembali dari kediaman tuan Georges. Mari silahkan masuk " Elisabeth menggandeng tanganku memasuki rumah mereka.
"Ada tiga kamar di rumah ini. Maaf nona tidak apa-apa kan bila berbagi kamar dengan Fernando dan Melisa?" tanya Elisabeth kembali. Aku hanya menganggukan kepalaku sambil melihat sekelilingku. Rumah yang mungil namun bersih dan tampak nyaman. Aku bisa merasakan kehangatan ditempat ini. Aku menyukai mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
☃️Dewi Prastya 🦩🎎
mampirrrr
2021-03-26
0
❤️yoomi❤️
masih sediiih 😭
2021-03-22
0
Mbok Wami
aku datamg
2021-01-10
0