Ada bau yang begitu menyengat memasuki ruang pernafasanku. Aku merasakan ada tangan yang menepuk nepuk bahuku, mengusap keningku dan suara yang memanggil - manggil namaku.
Aku mengerjap - ngerjapkan mataku, berusaha membuka kedua kelopak mataku. Pandanganku masih tampak kabur . Samar - samar aku melihat dua sosok orang di dekatku.
" Nona Feliciaaaaa... Nona Feliciaaa... Sudah sadar nona ?"
" Bangun nona Felicia.... "
Mereka mengguncang bahuku dan mengusapkan sesuatu bau balsam di hidungku . Suara mereka yang begitu khawatir memberi kekuatan padaku untuk bangun.
Kelopak mataku akhirnya terbuka , pandanganku mulai jelas dan dapat kulihat bibi Elisabeth juga Leticia berada disisiku.
" Bagus. Bagus. Kamu sudah bangun. " Bibi Elisabeth tampak tersenyum senang.
Aku bangun dan dibantu duduk oleh Leticia sambil menyandarkan diriku di tempat tidur aku tersenyum kepada mereka.
" Terimakasih bibi Elisabeth dan Leticia."
" Iya nak. Bagaimana keadaanmu apakah ada yang sakit ?" Tanya bibi Elisabeth
Aku menggelengkan kepalaku .
" Bibi akan panggil dokter ya untuk memeriksa keadaanmu. " tanganku terangkat dan memegang tangan bibi Elisabet mencegahnya untuk pergi.
" Tidak usah bibi aku baik - baik saja. " Kataku menyakinkannya.
" Tapi kau baru saja pingsan. " Suara bibi Elisabeth terdengar khawatir
" Tidak apa - apa. Aku sudah baik - baik saja. " Aku menarik tangannya untuk duduk kembali di sisiku.
" Apa yang membuatmu pingsan ?" Tanya Leticia.
Aku terdiam sesaat mengingat - ingat hal terakhir yang aku lalui sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.
Masih dapat aku rasakan aroma lautan, hembusan angin laut dan suara deburan ombak. Dinginnya air laut yang menyentuh kakiku membuat tubuhku bergetar dan kakiku lemah.
" Mungkin karena aku masih takut melihat laut. " Jawabku lirih.
" Iya.. iya.. seharusnya Sanches tidak membawamu ke laut. Seharusnya lebih baik aku membawamu ikut bersamaku disini. " Elisabeth tampak menyesali apa yang terjadi.
" Sudah bibi tidak apa - apa. Aku yang memaksa paman Sanches untuk membawaku. " Aku tersenyum untuk meyakinkannya.
Aku mengedarkan pandanganku kesekeliling ruangan ada yang aneh bagiku. Tempat ini bukan klinik bukan juga rumah bibi Elisabeth.
Ruangan ini tampak begitu mewah. Kasur yang aku duduki besar dan terasa empuk juga hangat dengan sprei yang lembut.
Lemari kayu kecil dan cantik disudut ruangan berjajar dengan meja rias berwarna putih.
Ada dua buah kursi berwarna putih keemasan dan meja kecil didepan perapian. Ada pintu geser yang berfungsi sebagai jendela juga disebelah perapian, pasti itu menuju ke balcony. Dan lantai didepan tempat tidur terdapat karpet tebal yang cantik.Ada tiga pintu di kamar ini. Satu pasti pintu keluar, kedua pintu kamar mandi dan yang ketiga aku tidak dapat memahami nya. Kamar ini besar hampir setengah rumah bibi Elisabeth.
" Dimanakah aku saat ini ?" Tanyaku heran kepada mereka berdua.
" Kau berada di rumah tuan muda Georges. " Jawab Leticia.
" Bagaimana mungkin aku berada ditempat ini ?" Aku merasa heran.
" Tuan muda Georges membawamu kemari ketika kau pingsan dan kebetulan dia ada di pantai saat itu. " Jawab bibi Elisabeth.
Aku terdiam. Tampaknya aku kembali berhutang budi pada tuan muda yang kaya ini.
Aku harus membayarnya, setidaknya dengan bekerja dirumah ini.
" Bibi akan mengambilkan bubur untuk mu. Kau beristirahatlah." Aku mengangguk mengiyakan perkataan mereka.
Sendiri di kamar ini aku turun mematut diriku di depan cermin. Masih sedikit pucat. Kulepaskana kacamagku dan mulai menyisir rambutku. Aneh kenapa aku tidak merasa ada perbedaan antar memakai dan tidak memakai ? Kutebarkan pandanganku kesekelilinh ruangan, tidak ada masalah dengan penglihatanku. Kenapa aku memakainya ? apakah kacamata itu milikku ? Kulipat dan kuletakan diatas meja rias kacamat itu kemudian aku beranjak ke arah salah satu pintu, kubuka dan luar biasa kamar mandi yanh indah dibalik pintu itu. Semua serba dari batu pualam. Westafel pun dari batu pulama yang bertebaran kerang dan bintang laut cantik.
Lekukan bath up nya begitu indah. Dalam lemari di lamar mandi tersebut terdapat berbagai macam sabun dan shampo yang tampak mahal, lilin - lilin aroma therapy dan garam mandi. Bahkan handuknya sangat halus dan besar.
Kubasuh wajahku dan mengeringkan memakai salah satu handuk yang kecil, tampak halus diwajah.
" Felicia kamu dimana ?" Suara bibi Elisabeth memanggilku.
" iya bibi." Aku keluar dari kamar mandi .
" Makanlah." Bubur angat dengan segala jenis lauknya yang menarik telah diletakan bibi Elisabeth di meja dekat perapian.
" Bibi, kapan aku akan kembali ke rumah bibi ?" tanyaku sambil menikmati bubur yang lezat.
" Kau akan tinggal disini mulai sekarang hingga keluargamu datang. " Jawab bibi Elisabeth.
" Tapi bi ... "
" Tidak perlu takut disini ada tuan Georges dan sepasang suami istri pelayan yang tinggal juga. Aku akan mengenalkanmu kepadanya. Apabila kau perlu sesuatu kau bisa memanggil mereka. " Bibi Elisabeth tampak mengerti pikiranku.
Aku diam dan tidak membantah, meskipun akhirnya aku akan merasa kesepian di tempat ini tapi aku memaklumi karena dengan kehadiranku dirumah mereka akan semakin sesak.
" Dan untuk pakaian ganti nona bisa memakai semua pakaian yang ada di kamar ini. Tuan Georges mengijinkannya. "
" pakaian ?" aku bertanya karena tidak dapat menemukan lemari pakaian dikamar ini. Tapi ada satu pintu yang belum aku buka, mungkinkah....
" kemarilah akan aku tunjukan." Bibi Elisabeth berjalan didepan ku kemudian membuka salah satu pintu, disana mataku terbelalak.
Pintu itu mengantarkan kami keruangan lainnya . Sebuah ruangan dengan banyak lemari terbuka dan baju yang bergantungan indah. Sepatu berbagai macam model dan beberapa tas serta beberapa jenis topi.
Di tengah tengah ruangan ada lemari kaca dengan berbagai macam hiasan rambut , bross, dan beberapa jewelery.
Disebelah lemari kaca tampak sofa tanpa sandaran .
Dan dipojok tengah ruangan terdapat kaca besar seukuran manusia.
" Nona bisa memakai pakaian disini. Saya rasa ukuran anda tidak jauh berbeda dengan nona Patricia."
" coba lihat ini nona, sepatu ini cantik sekali pasti cocok dengan anda." bibi Elisabeth mengambil sepatu berwarna merah dengan pita di belakang. Ragu aku ambil dan coba, ternyata pas sekali. Ukuranku sama dengan nona Patricia.
" Dulu nona Patricia serinh berkunjung kemari dan menginap. Tetapi sekarang sudah tidak pernah lagi. " kata Elisabeth .
Aku hanya mengangguk dan diam. Tergelitik rasa ingin tahu siapakah Patricia tersebut.
" Baiklah nona silahkan beristirahat . Apabila perlu sesuatu, nona bisa memencet bell ini. Salah satu dari kami pasti datang. Saya permisi dulu "
bibi Elisabeth berpamotan padaku.
" Terimakasih bibi Elisabeth. "
Bibi Elisabeth tersenyum dan mulai melangkah kearah pintu keluar. Sesampai nya di depan pintu dia berhenti sesaat kemudian berbalik.
" Besuk pagi bersiaplah jam 7.30 pagi untuk makan pagi dengan tuan Georges. Jangan terlambat karena dia tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu."
Aku mengangguk mengiyakan perkataan bibi Elisabeth.
Sepeninggal bibi Elisabeth aku melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diriku. Aku urungkan keinginan berendam di bath up, karena aku kuatir dengan reaksi diriku apabila berendam di air.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Nia Basuki
mantulllll
2021-02-08
0
Tionar Linda
nyicil dulu bacanya pagi ini🤗
2020-12-01
0
triana 13
nyicil dulu ya kak 🤗
2020-11-07
0