Suara berisik mengusik gendang telinga Aria. Aroma yang menyengat begitu menusuk indera penciuman Aria. Wanita itu berusaha untuk membuka matanya. Namun, matanya seakan berat untuk dibuka.
Aria berdoa dalam dirinya dan tetap berusaha membuka matanya. Dengan perlahan ia pada akhirnya membuka matanya dengan perlahan. Lampu langsung menyorot ke arah matanya membuatnya harus berkernyit karena silau.
“Aria…. Kamu sudah sadar nak.”
Aria langsung menoleh dan melihat ibunya menangis. Lalu ia menutup matanya karena kepalanya terasa pening. Saat ia menutup matanya, sekelabat peristiwa saat tiba-tiba mobilnya berguling langsung menghantamnya.
“Ibu…”
“Ya, nak.”
“Dimana Kanva?”
“Nak. Polisi dan beberapa pengawal mencarinya.”
Seketika itu pula, Aria langsung berusaha untuk bangkit dari ranjang namun ibunya melarangnya.
“Nak, apa yang kamu lakukan?”
“Bu, aku harus mencari Kanva? Aku harus mencari suamiku,” ucap Aria sambil menangis memeluk ibunya.
Sepanjang hari, Aria hanya berbaring dan melamun. Ia sudah lelah fisik, pikiran dan dirundung kesedihan. Ia tidak nafsu makan. Ibunya dan ibu mertuanya sudah membujuknya untuk makan agar ia cepat sembuh namun Aria menolaknya.
Suara ketukan terdengar di sana lalu pintu bangsal terbuka dan menampilkan sosok Yiren, sahabat Aria.
“Yiren….”
Yiren langsung melarang Aria yang akan bangkit dari ranjangnya.
“Jangan bergerak, kamu masih di infus.”
Yiren meletakan bantal di belakang punggung Aria. Yiren melihat wajah Aria yang bengkak, jejak kesedihan masih terlihat cukup jelas di sana.
“Yiren, apakah Kanva sudah ditemukan?”
“Mereka masih mencarinya?”
Aria terlihat sangat sedih begitu mendengar kabar yang masih sama seperti kemarin. Aria benar-benar merasa tertekan. Ia menunduk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Jika aku tahu sebelumnya, aku akan melarangnya pergi ke pantai untuk bulan madu. Jika aku tahu sebelumnya, aku tidak akan setuju…..”
Yiren langsung memeluk sahabatnya itu, memberinya kekuatan, dukungan dan penghiburan. “Aria, aku percaya Kanva pasti akan baik-baik saja.
Aria masih menunduk dan menangis seolah ia tidak mendengar ucapan Yiren sama sekali. Ia merasa semua relung hatinya sangat sakit. Ia berusaha mencoba untuk mengatakan bahwa semua ini adalah mimpi tapi itulah kenyataan yang harus dihadapinya.
Nyonya Candall berdiri di dekat pintu dengan tangan membawa bubur dari rumah. Ia menyeka air matanya dan memasuki kamar bangsal perlahan. “Sayang, ibu sudah memasak bubur untukmu. Makanlah dengan banyak.”
“Aku tidak nafsu makan sekarang.”
Berita tentang hilangnya Kanva menyebar cepat seantero kota. Media juga meliput Aidan dan Franz mencari Kanva bersama sekelompok temannya. Aidan bahkan mengerahkan setengah dari pengawal Kanva dan setengah dari pengawalnya untuk mengerahkan banyak helikopter untuk mencari Kanva. Tidak hanya di udara, di darat juga dikerahkan.
Setelah berita tentang Kanva hilang, tidak hanya orang-orang di sekitarnya yang merasa sedih. Killian Group juga sangat terpengaruh. Harga saham jatuh dengan drastis. Rapat dewan direksi dengan para direktur perusahaan diadakan setiap hari namun mereka tidak dapat mengatasi situasi yang terjadi atau mencegah hal-hal yang semakin buruk.
Sudah satu bulan lamanya namun masih belum ada jabar tentang keberadaan Kanva Killian. Bahkan semua orang menduga bahwa kemungkinan Kanva selamat kecil. Karena jejas Kanva benar-benar tidak terlihat.
Begitu pula dengan keadaan Aria. Meskipun ia kini sudah diperbolehkan pulang dan namun tetap saja Aria seakan kehilangan separuh hidupnya. Hanya dalam beberapa hari saja berat badannya turun sangat cepat. Aria masih dalam tahap pemulihan di rumahnya.
Yiren dipenuhi dengan kekhawatiran tak hanya Yiren semua keluarga besar Candall dan juga Killian.
“Aria, waktunya makan.”
Aria masih tetap diam dan terus menatap ke luar jendela.
“Aria, tolong jangan seperti ini. Bagaimana kamu akan mencari Kanva jika kamu jatuh sakit lagi? Badanmu sudah sangat kurus.”
Aria langsung menatap Yiren dan mengangguk. Setelah selesai makan, Yiren langsung membawa masuk kosong ke bawah. Di sana Nyonya Candall dan juga Nyonya Killian sudah menunggu.
“Apakah Aria sudah makan?” Tanya Nyonya Candall.
“Iya.”
“Syukurlah.”
Keheningan menyelimuti ruangan kamar Aria. Ia menatap foto pernikahan mereka yang terpampang besar di dinding. Saat itu mereka menikah dengan cepat setelah Kanva melamarnya.
Suara ketukan membuat Aria segera menoleh dan di sana rupanya Franz berdiri di ujung pintu.
“Kenapa kamu kembali sekarang? Kenapa kamu tidak terus mencarinya?”
Franz melangkah ke dalam kamar dan berdiri di samping Aria.
“Para direktur perusahaan menelepon, mengatakan bahwa perusahaan sedang kacau sekarang. Nyonya Mudam anda harus mengambil alis situasi sekarang karena Tuan Muda tidak ada. Kalau tidak, saya khawatir perusahaan akan berakhir di tangan orang lain sementara kita terbawa dengan mencari Tuan Muda.”
“Kenapa harus aku? Bukankah masih banyak saudara Kanva.”
“Nyonya itu….”
Franz yakin bahwa Aria tidak akan menyerah mencari Kanva kecuali ia melihat mayatnya dengan kepala matanya sendiri. Karena Kanva tidak ada di sekitarnya, Franz yakin bahwa Aria akan menjaga semua aset Kanva dengan aman.
“Nyonya Muda, Tuan Muda sudah menyiapkan surat wasiat sebelumnya.”
“Surat wasiat? Dia masih sangat muda bahkan kami baru saja menikah bagaimana bisa dia sudah membuat surat wasiat?”
“Saya tidak tahu mungkin karena Tuan Muda hanya ingin mengambil tindakan pencegahan. Saya berada di sebelahnya ketika dia menyusunnya. Jadi saya tahu isinya. Dikatakan atas keinginannya bahwa semua aset di bawah namanya akan diwariskan padamu. Karena Nyonya Killian mempunyai sebagian saham maka ibu Tuan Muda mendapatkan jumlah yang sudah di tetapkan dari perusahaan setiap bulan.”
Aria langsung tidak bisa menekan ludahnya sendiri. Ia merasa tenggorokannya sakit. Air mata Aria kembali menetes.
“Lalu, apa yang bisa aku lakukan?”
Franz langsung tersenyum mendengar pertanyaan Aria.
Malamnya, tidak seperti biasanya yang mengurung diri di kamar. Aria keluar kamar.
“Aria!” Tampak Nyonya Candall terkejut melihat putrinya. “Sayang….” Nyonya Candall langsung menangis melihat putrinya.
“Aria, jangan khawatir. Kanva pasti akan segera di temukan. Sekarang mari kita makan makan. Lihatlah betapa kurusnya kamu.”
...…....
Mobil yang ditumpangi Aria menuju ke Killian Group. Di sana sudah ada banyak wartawan media dan juga tabloid. Franz turun dari mobil sebelum membuka pintu untuknya. Saat Aria melangkah keluar dari mobil, semua lumpur sorot kamera langsung menyerbunya.
Mereka semua memborbardir dengan segala macam pertanyaan.
“Apakah ada berita tentang Presdir Kanva?”
“Apakah benar, untuk sementara perusahaan akan diambil oleh anda?”
“Apakah anda sudah menikah dengan Tuan Muda Killian?”
Aria langsung menghentikan langkahnya. Setelah itu keributan yang terjadi berangsur sunyi. Aria menatap para reporter sebelum ia fokus pada salah satu kamera yang menyorotinya.
“Kanva dan aku, sudah menikah. Kami sudah mengadakan pesta secara privat. Untuk saat ini, Kanva masih belum ditemukan tapi aku yakin dia masih hidup. Untuk masalah perusahaan, aku akan mengadakan diskusi dengan dewan direksi sebelum mengambil keputusan untuk langkah selanjutnya. Terima kasih.”
Ketika Aria kembali berjalan semua reporter membuka jalan untuk Aria sementara Franz dan para pengawal berjalan di belakangnya untuk mengawalnya sampai di ruang rapat.
Semua direktur hadir di ruangan dan berdiskusi di antara mereka sendiri sambil menunggu kedatangan Aria.
“Nyona Muda sudah datang,” kata Franz ketika ia mendorong pintu agar terbuka perlahan.
Begitu Aria masuk, dewan direksi bangkit dari kursi mereka satu demi satu. Aria berdiri di kursi kosong yang disediakan untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Bintang 04
pengen nanya... kan berdua jatuh di tempat yg sama kanvanya pingsan gak jauh amat dri aria ... kokyg di temukan cuma aria sih....
2023-10-15
1
TK
🌹
2023-09-05
0
TK
bunga Thor 🌹
2023-09-02
0