Aria memasuki ruangan Kanva. Ruangan tersebut begitu rapi dan aroma samar parfum milik Kanva masih terasa samar di sana. Perlahan tapi pasti, Aria memasuki ruang itu semakin dalam. Tangannya menyentuh meja sebelum ia duduk di kursi kebesaran Kanva.
Ia melihat sebuah bingkai foto yang diletakkan di atas meja. Itu adalah foto mereka berdua saat berada di sebuah museum. Aria menyentuh bingkai itu, khsususnya wajah Kanva yang tersenyum.
“Nyonya Muda setelah saya menyelidiki. Aku menemukan bahwa harga saham turun semua karena perusahaan Klein. Sepertinya mereka mengambil kesempatan untuk mengalahkan Killian Group. Kalau tidak? Bagaimana bisa saham turun dengan drastis.”
Aria terdiam karena sibuk dengan pikirannya. Ia merenung sebentar sebelum mengutarakan semua pikirannya pada Franz.
“Franz, bisakah kamu membelikanku ponselku. Ponselku hancur saat kecelakaan.”
“Baik, Nyonya.”
Setelah Franz pergi, Aria kembali melihat foto dirinya dan Kanva. Ia lantas menyalakan komputer dan hatinya kembali seperti di peras ketika melihat wallpaper itu. Itu adalah foto dirinya yang diambil secara candid.
Air matanya tanpa sengaja jatuh ke pipinya. Ia mengusapnya dengan kasar. Menyemangatinya dirinya sendiri dan juga Kanva.
Aria terus bekerja sampai sore hari. Bahkan ia tak sadar bahwa hari sudah sore dan matahari perlahan tenggelam. Ia merasakan sakit di kepalanya. Ia memegangi kepalanya dan memejam matanya. Pada saat itu, Franz datang dengan membawa ponsel beserta kartu nomor baru.
“Nyonya Muda, saya sudah melakukan apa yang anda perintahkan pada saya. Harga saham berhenti terjun bebas dan perlahan naik dalam beberapa jam. Ini adalah ponsel baru yang anda minta. Saya juga membelikan beberapa makanan dan minuman. Anda sudah bekerja keras, makanlah sesuatu lebih dulu.”
Aria mengulurkan tangannya untuk mengambil tas kertas yang di berikan Franz.
“Terima kasih.”
Aria mengambil ponselnya dan menyalakannya. Lalu ia menyadari perutnya bergemuruh. Ia lantas mengambil makanan yang dibelikan oleh Franz. Aria juga memberikan sepotong roti untuk Franz.
“Franz, kamu belum beristirahat dengan baik belakangan ini karena mencari Kanva. Kamu harus menjaga kesehatanmu dengan baik. Tidak banyak orang di sekitarku yang bisa aku percayai. Hanya kamu yang bisa aku percayai dan andalkan.”
Franz mengangguk. “Saya akan mengantarkan Nyonya Muda pulang.
…
Saat meminta bantuan, Kanva merasakan sakit kepala sehingga ia jatuh pingsan. Beruntung, ia ditemukan oleh seseorang turis yang kebetulan sedang berlibur di sana. Kanva bisa membuka matanya setelah beberapa hari tak sadarkan diri. Itu pun ia masih terbilang sangat lemah.
Menyadari bahwa ia sudah bangun, gadis yang berada di sampingnya langsung terkejut dan segera memeriksa kondisi Kanva.
“Kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan? Apakah kepalamu pusing? Tubuhmu sakit?”
Bibirnya pecah-pecah dan ia terlihat lemah. Setelah meneliti ruangan yang begitu asing. Kanva bertanya dengan suara yang serak. “Dimana ini?”
“Saat ini kamu berada di rumah sakit. Minumlah ini.” Gadis itu menawarkan segelas air dan Kanva langsung menerimanya. Pria itu langsung menegak habis air tersebut.
Kanva langsung manaruh gelas yang kosong di nakas sampingnya.
“Apakah kamu lapar? Ibuku baru saja membeli bubur untukmu.”
Gadis itu menyerahkan semangkuk bubur untuk Kanva. Kanva melihat bubur itu dengan cukup lama.
“Ini, makanlah.”
Kanva mengambilnya dari tangannya dan mulai melahapnya.
“Kamu tidak sadarkan diri beberapa hari, jadi keluargaku merujukmu ke kota. Setelah kamu bangun, aku benar-benar terkejut. Siapa namamu?”
“Namaku….” Kanva membuka bibirnya tapi ia sendiri tidak tahu apa yang akan ia jawab. Pikirannya benar-benar kosong. Ia linglung dengan namanya sendiri. “Aku tidak tahu.”
“Kamu tidak bisa mengingat namamu? Apakah kamu berasal dari sini?”
“Aku tidak tahu.”
“Kondisimu cukup serius. Mungkinkah itu karena luka di kepalamu. Saat aku menemukanmu, kepalamu mengeluarkan banyak darah. Dokter juga sudah memindai kepalamu dengan CT Scant. Aku akan bertanya dengan dokter terkait kondisimu. Oh, perkenalkan namaku Merlisa.”
“Apa yang terjadi padaku?”
“Sepertinya kamu lupa segalanya. Aku akan memanggil dokter segera.”
Merlisa pun bangkit dari duduknya dan segera keluar. Sementara itu Kanva hanya menatap pintu yang sudah tertutup itu.
Rupanya beberapa menit kemudian dokter datang dan memeriksa Kanva. Dikatakan bahwa pria itu mengalami Amnesia atau hilang ingatan yang merupakan gangguan yang menyebabkan seseroang tidak bisa mengingat fakta, informasi maupun pengalaman yang pernah dialami.
Untungnya Kanva hanya mengalami amnesia sementara dan kemungkinan besar bahwa ia masih bisa mengingat masa lalu.
“Tidak apa-apa, kamu akan mendapatkan kembali ingatanmu perlahan-lahan,” ucap Merlisa. Ia lantas melihat ke arah ibunya. “Sebenarnya namamu Arsel. Kamu adalah tuananganku. Dokter bilang besok kamu diperbolehkan pulang.”
Kanva tidak tahu di mana rumahnya, siapa keluarganya, apakah mereka masih hidup atau tidak, siapa namanya, berapa usianya atau apakah ia mempunyai teman.
Dan di sinilah Kanva, di rumah yang cukup besar.
“Kamu bisa istirahat di kamar ini.”
“Terima kasih.”
Merlisa tersenyum lantas ia pergi ke dapur untuk mengambil air minum.
“Apa yang kamu lakukan Merlisa?”
“Apa maksud ibu? Kenapa kamu berbohong padanya bahwa kamu tunangannya. Kamu bahkan tidak tahu namanya, dari mana asalnya.”
“Bu, aku tidak perlu tahu siapa namanya dan dari mana asalnya. Sejak aku bertemu dan menyelamatkannya, aku sudah jatuh cinta padanya.”
“Merlisa, bagaimana jika dia mempunyai keluarga di luar sana, istri? Bahkan anak? Bagaimana jika mereka mencarinya.”
“Bu, aku tidak peduli. Lagi pula ayah sudah setuju. Aku yang melihatnya, aku yang merawatnya.”
Setelah melewati beberapa hari terakhir bersama Merlisa. Kanva mulai tersentuh dengan kebaikannya.
“Lihat banyak bintang di sana. Cuacanya akan benar-benar cerah besok. Setelah kamu pulih, ayah akan memberikanmu pekerjaan di kantornya. Kamu akan diangkat menjadi manajer umum di perusahaannya, bukankah kamu senang?”
“Entahlah, aku tidak tahu.”
Beberapa bulan kemudian.
Aria sibuk dengan pekerjaannya dan terlalu fokus dengan layar yang ada di depannya sehingga ia tak sadar bahwa bunyi ketukan terdengar beberapa kali.
Aria pulih dari keterkejutannya. “Masuk.”
Franz memberikan dokumen untuk ditandatangani.
“Saya sudah melihatnya tidak ada masalah.”
Aria mengangguk sebagai jawaban.
“Tim pencapaian baru saja membawa berita. Mereka masih belum menemukan jejaknya. Mereka berspekulasi….”
“Teruskan,,,” perintah Aria saat Franz berhenti berkata.
“Mereka mengatakan kemungkinan Tuan Muda dimakan binatang buas.”
Aria menutup berkas tersebut dengan kasar. “Tidak mungkin. Dia mungkin sudah diselamatkan. Kirim orang untuk mencari di sekitar kawasan penduduk.”
“Baik.”
“Dan satu lagi, sebarkan foto Kanva di pencarian orang hilang secara luas lagi. Jika ada petunjuk atau menemukan beri mereka hadiah.”
“Ya, Nyonya Muda.”
Aria kembali fokus pada layar komputernya namun fokusnya hilang begitu ada pemberitaan berita mengenai pengangkatan manajer umum di sebuah perusahaan. Dahi Aria berkernyit begitu melihat foto di sana.
“Kanva.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
sabar Aria semua kamu jadikan belajaran
2023-08-20
0
Quenby Unna
pembohongggggg
2023-07-29
0
Fen_Leo
Wahh.. Bahaya ini cewek satu. Ngaku-ngaku dah..
2023-07-25
0