Dengan malas Chika melangkahkan kaki nya menuju selasar ruangan dosen menuju ruang Bagas. Mulut nya tak berhenti komat kamit merapalkan do'a seadanya agar terhindar dari marabahaya. Ya walaupun bahaya nya itu rentetan ucapan tajam si DosGan, tapi kan bisa bikin Chika jadi bad mood sepanjang hari nanti.
Chika mengambil nafas pelan dan menghembuskan nya pelan sebelum mengetuk pintu ruangan Bagas.
Tok... Tok... Tok
" Masuk ".
Ceklek
Chika membuka gagang pintu ruangan DosGan yang berada di pojok selasar ruang dosen dengan pelan-pelan.
" Assalamu'alaikum Pak ". Sapa Chika pelan seraya menjulurkan kepala nya dan melihat Bagas sedang berkonsentrasi memperhatikan kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerja nya.
" Waalaikumsalam" Bagas membalas sapa Chika. Chika pun berdiri di tengah pintu yang sengaja masih belum di tutup nya.
"Ngapain diri di situ, menganggu pandangan saja Kamu!" Chika mencembikkan bibir nya tipis dan menggeser posisi nya berdiri.
"Masuk bukan diri tengah pintu, Chika" Ucap Bagas geram melihat Chika yang masih betah berdiri.
"Ambil kursi itu lalu duduk di sini ". Jawab Bagas hanya menujukan jari telunjuk kanannya kearah bangku yang berada di hadapan nya dan kemudian menujuk kearah tempat kosong di samping kursi nya tanpa mengalihkan pandangan nya dari lembaran kertas yang berserakan di mejanya.
Dengan gontai Chika pun menghampiri kursi dan mengangkat kursi itu kemudian meletakkan nya dengan jarak satu meter dari kursi Bagas.
Bagas menghentikan kegiatan nya saat menyadari Chika masih berdiri disamping kursi yang di tarik nya tadi.
" Kamu nggak denger tadi saya suruh duduk di sini, bukan diri disitu? ". Chika terlonjak ngeri mendengar ucapan tegas Bagas.
" Boleh duduk di situ aja Pak?". Ucap Chika ragu seraya menunjuk depan meja Bagas.
Bagas melihat kearah Chika dengan heran, sedang yang dilihat justru tampak kikuk di perhatikan seperti itu.
" Kenapa? ". Tanya Bagas menghentikan kegiatan lalu melihat Chika dengan tajam.
Chika berdecak pelan dalam hati dia merutuki Bagas yang cuek dan tidak mengerti perasaan nya.
Ya walaupun dari segi umur Bagas bukanlah pria impiannya, namun Chika tidak bisa membohongi perasaan nya kalau sebenarnya dia seperti mahasiswi lain nya yang mengagumi DosGan nya itu.
Wajarkan kalau saat ini dia jadi grogi karena hanya berdua di dalam ruangan DosGan dan duduk bersebelahan pula.
" Anu, Saya nggak nyaman kalau duduk terlalu dekat dengan yang bukan Mahram ". Alasan Chika untuk menutupi kekikukan nya.
Bagas tersenyum tipis nyaris tak terlihat Chika. Gimana Chika mau lihat senyum tipis nya Bagas, orang Chika nya nunduk terus sambil kedua telapak tangan nya sibuk memainkan jari-jari lentik nya.
" Jadi maksud Kamu, Kamu mau saya halalin dulu biar jadi mahram Kamu, terus Kamu mau duduk di samping Saya gitu?".
Sumpah demi Song Kang yang bakal adu peran sama Ahjumma. Bukan itu maksudnya Chika Pak Bagas. Ah udah lah biar Chika aja yang jelasin.
######
Chika POV
Aku membulatkan kedua bola mata ku dengan lebar sambil melihat kearah Pak Bagas yang sedang duduk dengan santai di kursi kerja nya.
" Bukan gitu Pak. Nggak elok kan kalau dilihat orang lain ". Sangkal Ku.
" Saya kasih tau Bapak ya. Saya pernah bantu dosen lain buat rekap nilai ataupun mengoreksi tugas teman-teman Saya, cuma duduk nya nggak harus sedekat ini Pak ". Bela Ku di susul senyuman sinis Pak Bagas.
Sumpah, tau gini ogah banget Aku keruangan nya. Nyesel banget tau tadi nolak tawaran Lia pulang bareng. Kan lumayan irit ongkos pulang ke rumah Oma Shinta. Oma yang menjadi Oma angkat Ku saat Aku berusia 6 bulan, selepas kepergian kedua orang tua ku untuk selamanya akibat kecelakaan. Lebih tepat nya tertabrak motor.
Nanti lain waktu Aku akan ceritakan kisah ku hingga Oma Shinta mengangkat Aku menjadi cucu nya. Karena saat ini Aku harus segera membereskan urusan ku lebih dahulu dengan Pak DosGan satu ini.
" Saya nggak nyaman kalau duduk jauhan ".
" Kalau begitu maaf Pak, lebih baik Bapak cari mahasiswa atau mahasiswi lain nya yang bisa bantu Bapak ". Ucap ku lugas menjawab pernyataan.
" Nilai Kamu saya kurangi separuh " Aku menghela nafas pendek sambil melihat Pak Bagas yang tersenyum penuh kemenangan.
" Silahkan Bapak potong saja nilai Saya. Kalau perlu Bapak kosongkan saja semua nilai saya di mapel nya Bapak ". Pak Bagas menghentikan senyumannya lalu melihat dingin kepadaku.
Pak Bagas pun beranjak dari duduk nya. Kini dia sudah berdiri di hadapan ku.
Sumpah saat ini Aku ngerasa kami jadi pemeran di Strong Women Do Bong Son saat berhadapan seperti ini.
Aku memundurkan langkah ke belakang saat Pak Bagas mulai berjalan menghampiri ku.
" Bapak mau apa? ". Ucapku nyaris berbisik saat posisi nya semakin dekat kepadaku.
" Menurut Kamu? ". Sungguh Aku merutuki kebodohan ku yang justru terpikat oleh ketampanan wajah matang nya itu yang semakin mendekat kepadaku.
" Ya Tuhan, maafkan Hamba Mu ini yang justru khilaf memandang ketampanan makhluk ciptaan Mu yang satu ini ".
Aku menggelengkan kepala ku dengan cepat untuk mengusir pikiran kotor akan DosGan yang satu ini.
" Kamu lebih memilih nilai Kamu kosong mapel saya, daripada duduk di samping Saya? ". Aku menganggukkan kepala ku dengan semangat.
" Baik. Kalau gitu sampai jumpa semester depan lagi ". Ucap Pak Bagas dingin lalu berjalan dan duduk kembali ke bangku nya.
Kini dia pun mulai berkutat dengan lembaran kertas yang berserakan di hadapan nya kembali.
Sementara Aku hanya bisa termenung dalam penyesalan akan kebodohan Ku yang lebih memilih mengulang mapel nya semester depan.
" Ngapain Kamu masih di sini? ". Aku mengangkat kepala Ku lalu melihat kearah Pak Bagas dengan tatapan memelas.
" Nggak usah pasang muka memelas gitu. Mau Saya bawa keranjang Kamu? ". Aku pun melotot kearah Pak Bagas.
Sumpah ternyata selain killer DosGan ini punya kelakuan mesum juga. Dengan kesal Aku pun berjalan kearah meja depan Pak Bagas dan menggebrak meja kayu jati nya.
Rasanya telapak tanganku sangat panas tetapi hati Ku lebih panas. Bagi Ku ucapan nya tadi itu bisa di bilang melecehkan. Dan itu membuatku merasa terhina.
" Maksud Bapak apa? ". Pak Bagas melihat kearah ku.
" Apa Bapak pikir Saya kaya Mahasiswi lain yang tergila-gila sama Bapak sampai rela jadi teman di ranjang Bapak? ". Pak Bagas menaikkan sebelah alis nya mendengar ucapan ku.
" Asal Bapak tau, Saya lebih rela kehilangan nilai Saya daripada harus mendapatkan pelecehan seperti ini ". Aku merasa nada bicaraku sudah mulai bergetar, bahkan Aku merasa kedua kelopak mata ku mulai memanas.
" Apa Saya salah mempertahankan prinsip Saya yang memang merasa tidak nyaman duduk berdekatan dengan lawan jenis yang bukan mahram Saya? ".
" Apa Saya salah kalau mengiba kemurahan hati Bapak agar tidak mengosongkan nilai Saya, hanya karena masalah sepele Saya menolak duduk berdekatan dengan Bapak? ".
" Asal Bapak tau, sebagai seorang perempuan Saya punya prinsip dan juga harga diri Pak. Jangan samakan Saya dengan para mahasiswi penghangat ranjang Bapak di luaran sana ".
" Saya permisi. Assalamu'alaikum ". Ucapku lalu beranjak meninggalkan Pak Bagas yang terdiam mendengar rentetan ucapan ku.
Ku banting dengan kesal pintu ruangan Pak Bagas sebelum Kau berlari menyusuri selasar ruangan dosen yang sepi.
########
HAYO HAYO ... ANAK ORANG DIAPAAN IN TUH PAK???
JANGAN LUPA LIKE, VOTE JUGA KOMEN NYA YA SHAY
########
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
ah si Bagas...
baruuuu mulai ceritanya nih...
dah berulah..... 😁
2023-08-04
1