Aku sudah di rumah, setelah bergabung untuk makan malam di rumah Naila. Aku langsung pulang karena hari sudah sangat malam. Kehangatan keluarga Naila terkadang membuatku lupa waktu.
Bukan berarti keluargaku tak hangat dan harmonis ,hanya saja bedanya bunda selalu ada di rumah untuk Naila sedangkan mama tak dirumah karena sibuk mendampingi papa di perusahaan.
Alven,aku jadi teringat dengan cowok satu itu. Siapa gadis itu,apa benar pacar Alien. Apa aku benar benar tak ada kesempatan untuk setidaknya berteman dengannya.
Apa cinta ini harus berakhir menyedihkan,kenapa aku harus mencintai tampa mendapat sambutan seperti ini. Ini lebih menyusahkan daripada menyelesaikan rumus FISIKA. Aku rasa tapi tak bisa bicara. Melihatnya tapi tak terlihat baginya. Kenapa dia yang harus jadi cinta pertamaku. Bisakah aku mengganti dan memilih cowok yang tepat bagiku.
Karena aku lelah mencinta dalam diam, melelahkan hati dan bathin serta aku tak tahan dengan gejolak emosi.
Bisakah aku menghilangkan rasa ini saja, aku lelah karena merindu sendiri tanpa dia sadar kalo aku merindukannya.
Malam ini lagi,aku hanya sendiri menceritakan cerita cinta tampa ada yang akan mendengarkan cerita cintaku.
Tapi aku sedikit lega karena bintang masih mau mendengarkannya, selamat malam Alven semoga aku bisa sekali saja menjadi seseorang yang berarti untukmu meskipun dalam mimpi.
Malam ini rasanya dingin,sedingin hatiku yang selalu berteman sepi. Mama dan papa tak dirumah. Membuatnya ingin pergi saja ke tempat nenek dan tinggal di sana tapi apa aku akan sanggup karena Alven pasti di sana. Akhirnya aku tidur karena terlalu lelah bercerita tentang cintaku yang tak berbalas.
Pagi ini aku berangkat sekolah lesu,sepi yang aku rasakan di rumah juga membuatku malas berangkat sekolah. Tapi aku juga tak ingin bola sekolah karena itu pasti akan membuat semakin menyedihkan.
...Sesampainya di sekolah, aku melihat Alven dan Genknya sedang nongkrong diparkiran. Ingin rasanya mendekat tapi aku takut ditolak oleh Alven, aku hanya mendesah lalu pergi ke kelasku....
Selama pelajaran berlangsung, aku tak bisa berkonsentrasi pada keterangan yang diberikan ibu Zahra yang mengajar pelajaran FISIKA.
Setelah jam pelajaran abis,aku tidak langsung pulang. Aku mau berkeliling dulu sambil mencuci mata.
" Sepertinya ke taman kota seru juga " batinku.
Aku pun ke taman kota dan memarkirkan mobilku di tempat khusus parkir mobil. Aku lihat banyak yang berjualan di sana pak gerobak. Aku pun mendekati mang somai yang kebetulan adalah langgananku.
Setelah mendapatkannya,aku pun pergi ke bangku yang tak jauh dari tempat mang somai. Saat sedang asik makan somai, tiba tiba saja ada yang mengambil somaiku dan kulihat adalah anak SMA DHARMA WANGSA.
Ck, pengganggu.
Aku hanya diam dan mendesah malas. Aku tak mengambil sisiku kembali karena sudah dimakan oleh si perebut yang merasa Ale.
" Widih,ada si cantik Eliza nih sendirian. Wah, loe nggak lupakan kalo ini taman punya anak DHARMA,gede juga nyali loe
El " ujar Bagas nyebelin.
" Kenapa gue harus takut, lagian disini nggak ada tuh pelang milik anak
DHARMA " sahutku ketus.
" Sialan " Aku mendengar umpatan dari mulut cowok yang aku tau namanya Galen.
Malas meladeni anak DHARMA,aku memutuskan untuk pergi dari saja tapi aku langsung terduduk lagi saat ada anak DHARMA yang mendorong dan menahanku.
Deg
Aku mulai panik,tapi aku tak memperlihatkannya sambil memperhitungkan cara yang bisa membuatku lepas dari mereka.
" Mau kemana loe El, sini dululah sama kita kita. Temani kita kita dulu santai di sini ya nggak brader " ujar Andre sambil memegang pergelangkan tanganku.
"Ya tapi nggak pake menang juga kali boy,sakit nih pergelangan gue. Bisa loe lepasin tangan gue" sahutku ketus.
" Enggak, kalo gue lepas loe pasti kabur dari kita semua. Gue mau make momen ini buat mancing Alven biar dateng nolongin loe El " ujar Riski sambil main poncel.
" Ya nggak bakalan datenglah orangnya,gue bukan siapa suaranya dia. Loe salah orang nahan gue,dia pasti nggak peduli " balasku malas.
Ck, orang akhaja lagi menenangkan diri karena Alven yang nggak ada perdulinya sedikit pun ke aku. Ini malah bikin aku jadi tahanan buat mancing Alven. Nggak mungkin banget " gerutuku dalam hati.
" Terserah tapi gue mau pulang karena gue laper. Udah deh ya, gue itu bukan siapanya Alven jadi sampai kapan pun loe semu nggak akan bisa buat dia kesini ngedatengin loe semua " ujarku mulai jengah karena masalah ini.
" DIIAM,loe brisik banget tau nggak jadi cewek. Loe tunggu aja pahlawan loe pasti dateng " hardik Galen nggak sabar.
" ******,congor loe yang kudu diam anjir. Gue MAU BALIK, GUE NGGAK ADA URUSAN SAMA LOE PADA SIALAN " makiku kasar.
Grep
Salah satu dari mereka yang bernama Gio langsung mecengkram wajahku kasar. .
" BISA DIAM NGGAK LOE HAH, GUE BILANG DIAM TUH DIAM. ENGGAK USAH NGEBACOT MULU MULUT bi*** " hina Gio.
Deg
" Apa dia bilang, bi***. Sialan nih orang ngatain aku kayak gitu. Nggak bisa dikirim nih. Mesti didisiplinin tuh mulutnya biar nggak lemes kayak cewek " umpatku kesal dan
Bugh
Aku langsung menendang cowok itu. Hai, gini gini aku seorang pemegang sabuk hitam loe walaupun latihannya nggak di tempat khusus latihan Taekwondo dan Karate tapi tingkat kekuatanku sama dengan yang latihan profesional.
" Awww,sialan sakit an**** " maki Gio *** meringis.
Dan aku lihat semuanya langsung siaga,mereka mau maengeroyokku. Haiss,1 lawan 5. Bisa ko gue kalo nggak ada bantuan segera. Aku pun menyerang mereka secara tandon, sepertinya mereka meremehkan kekuatanku jadi mereka nggak menyerang membabi buta. Setidaknya aku sedikit lega karena mereka melawanku dengan santai.
" Banci,beraninya ngeroyok cewek. Malu maluin loe pada jadi laki " celetuk seseorang sehingga membuat semuanya mengalihkan perhatiannya pada orang yang baru saja berbicara dan ternyata dia adalah Alven dan kawan kawannya.
Karena semua anak DHARMA fokusnya ke Alven jadi aku langsung mengambil kesempatan ini buat kabur tapi pas aku akan pergi ternyata Gue membaca gelagatku sehingga dia langsung menahanku.
Karena itu aku jadi panik,Diantara semu anak DHARMA layaknya Gio yang paling tidak bisa diremehkan. Dia bisa berbuat kasar dengan siapa saja, aku yakin dia pemimpinnya.
No,aku harus pergi dari sini sebelum mereka berkelahi. Aku tak ingin hutang budi dengan Alven, biarlah aku melepaskan diri sendiri. Aku tak ingin rasaku makin besar padanya dan membuatku berharap pada Alven.
Aku sudah cukup menyedihkan dan tak ingin lebih menyedihkan lagi karena Alven. Aku pun langsung mencari cara lepas dari Gio dan setelah aku perhatikan Gio fokus pada Alven,aku pun menginjak kakinya kuat sehingga dia langsung melepasku dan merintis kesakitan.
Good, aku selamat dari Alven yang selalu memandangi sebagai gadis yang merepotkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments