Rencana Elang

Elsa melebarkan matanya. Bagaimana jika Elang benar-benar bertanya pada Anna. Anna pasti akan marah padanya.

"Elang, jangan.." terlambat, Elang sudah berjalan mendekat dan sekarang membungkuk di depan meja Anna. Segera Elsa menyusulnya.

"Anna, gue mau tanya sama lo, apa lo..."

Elsa langsung menarik tangan Elang agar menjauh saat Elang belum selesai dengan pertanyaannya. Elang langsung berdiri tegak dan sedikit menjauh mengikuti tarikan Elsa. Kini mereka berdiri berhadapan di tengah jalan. Mereka hampir tidak peduli para pengunjung kantin lainnya yang berlalu lalang.

"Sa, apaan sih dari tadi narik-narik gue terus?"

"Lo itu kebangetan banget sih. Masak iya hal kayak gitu lo langsung tanyain sama dia. Lo itu cowok gak punya perasaan. Gak peka. Gak bisa ngehargain cewek."

Elang fokus dengan setiap kata-kata Elsa. Baginya memang sudah biasa hinaan seperti itu keluar dari mulut manis Elsa. Tapi kini bola matanya melebar saat ada seorang siswa yang tiba-tiba tersandung dan semangkok bakso yang masih penuh terlepas dari tangannya. Dia tepat di belakang Elsa. "Elsa!" dengan tiba-tiba Elang menarik Elsa, tapi justru dia terlambat menghindar dari kuah bakso yang tumpah ke tangannya.

Elang mengibaskan tangannya karena kuah bakso itu terasa panas di kulitnya. Dia menatap tajam seseorang yang memang tanpa sengaja tersandung hingga mangkok baksonya terlepas dari tangannya.

"Lo bisa gak hati-hati!" rupanya Elang mulai marah, apalagi kini Fandi lagi yang berbuat salah.

"Hati-hati? Bukannya kalian yang berdiri di tengah jalan." Fandi membela dirinya, meski sebenarnya dia memang merasa bersalah. Mengapa dia tidak berhati-hati hanya karena menatap Elsa.

Elang semakin mendekati Fandi seperti ingin menghajarnya.

"Elang, udah." cegahan Elsa pun tidak digubrisnya.

"Lo nyalahin kita? Jelas-jelas lo yang salah. Kalau seandainya bakso itu kena Elsa gimana!" Elang semakin memperkeras nada bicaranya. Tidak mengapa jika dirinya yang terluka tapi jika itu sampai terjadi pada Elsa, dia tidak akan memaafkannya bahkan dia juga tidak segan untuk menghajar Fandi.

Bagas langsung berdiri saat melihat suasana mulai memanas. "Elang, udah. Kalau lo buat keributan di sini, lo bisa dipanggil guru BP." Bagas menarik badan Elang agar menjauh.

Elang melepaskan tangan Bagas lalu dia mempercepat langkahnya dan keluar dari kantin.

"Elang." Elsa mengejar Elang, meski dia sempat menatap Fandi yang berdiri mematung beberapa saat. "Elang, Elang." Elsa berhasil menyusulnya saat Elang akan masuk ke dalam toilet.

"Ada apa Elsa? Gue mau ke toilet. Lo mau ikut?" Elang berhenti dan langsung berbalik menatap Elsa.

"Tangan lo gak papa?" Elsa meraih tangan Elang yang sedikit memerah tapi justru Elang menarik tangannya agar Elsa tida melihat lukanya.

"Gue gak papa. Panas gitu aja, kecil." Elang sedikit membungkukkan badannya dan melihat wajah Elsa lebih dekat. "Ciee, yang khawatir sama gue.."

Elsa mendorong Elang agar menjauh, karena jujur saja dia merasa risih tiap kali Elang mendekatkan wajahnya. "Apaan sih, gue cuma mau bilang makasih, itu aja." Tanpa menunggu jawaban dari Elang, Elsa langsung berbalik dan berjalan pergi.

"Iya, sama-sama, Sa." Lirih hampir tanpa suara Elang membalas ucapan Elsa. Walau Elang hanya melihat punggung Elsa yang kian menjauh. Lalu dia berbalik dan masuk ke dalam toilet, membasuh tangannya yang masih sedikit terasa panas. Berkaca sesaat seperti memikirkan sesuatu kemudian membasuh wajahnya.

"Elang!" suara panggilan itu membuat Elang menoleh.

Bagas ingin menyampaikan sesuatu tapi dia urungkan. Dia terdiam yang membuat Elang sedikit bingung.

Gak mungkin juga gue nyuruh Elang buat deketin Anna tapi gue gak mau liat Anna sedih.

"Ngapain sih lo datang-datang bengong?" Elang membuyarkan lamunan Bagas.

"Lo suka sama Elsa?"

Pertanyaan itu membuat Elang terdiam beberapa saat. Suka? Apa iya? "Ya jelas suka. Elsa itu sahabat gue dari kecil." Elang berjalan keluar dari toilet yang diikuti Bagas.

"Maksud gue. Apa lo cinta sama Elsa lebih dari sahabat? Kalau lo gak ada perasaan sama Elsa jadi lo bisa dong nerima perasaan Anna."

Elang menghentikan langkahnya lagi, "Cinta?Anna? Gak lo, gak Elsa nyuruh gue sama Anna. Emang Anna suka apa sama gue?"

"Iya, Anna suka sama lo." Bagas mempertegas nada bicaranya.

Elang benar-benar tidak habis pikir dengan Bagas. Jelas, Elang tahu perasaan Bagas pada Anna. Apa Bagas ingin menjadi cowok yang pengecut yang tidak mau mengakui perasaannya. "Lo kalau mau bahagiain Anna, lo bahagiain dengan cara lo sendiri, jangan lewat gue karena itu akan semakin menyakiti Anna." Elang akan melangkahkan kakinya tapi kemudian terhenti dan menoleh sesaat Bagas. "Dan satu lagi, gue gak suka punya sahabat yang pengecut. Dan perasaan gue sama Elsa itu, hanya sebatas sahabat." Lalu Elang melanjutkan langkahnya.

Bagas berdiam dengan pemikirannya. Memikirkan kata-kata Elang yang benar adanya. Tapi nyali Bagas seakan menciut saat mengingat kalau pada kenyataannya Anna begitu menyukai Elang.

***

Kembali dari toilet Elang menghentikan langkahnya di depan pintu kelasnya dan melihat Anna yang sedang duduk sendiri. Elsa mana? Pikirnya. Lalu dia berjalan mendekat dan duduk di samping Anna.

Anna langsung menoleh Elang. Dia begitu kaget dan juga nervous. Pandangan mereka bertaut beberapa saat sebelum akhirnya Anna mengalihkan pandangannya karena pipinya terasa memerah.

"Hmmm.. Na,"

"Ya.." Anna kembali menatap Elang karena Elang ingin mengungkapkan sesuatu tapi masih berpikir. Lalu Elang akhirnya mengungkapkannya, "Ntar sepulang sekolah tunggu gue di taman belakang, ada sesuatu yang mau gue tunjukin sama lo."

Anna terdiam. Benarkah Elang membuat janji dengannya, semua ini terasa mimpi buat Anna.

"Oke, pokoknya nanti gue tunggu." Elang tersenyum meski sebenarnya Anna belum menjawabnya. Elang menoleh sesaat ke arah pintu, melihat Elsa yang sudah berjalan mendekat, segera dia kembali ke bangkunya.

Elsa menatap aneh pada Elang lalu dia melihat Anna yang masih terdiam dengan pipi memerahnya dan perasaannya yang masih melayang.

"Na, Elang ngomong apa barusan sama lo?" Kepo Elsa langsung kambuh.

Anna hanya terdiam sambil tersenyum malu.

"Ciee, ciee. Apa hayo yang buat lo sampai malu-malu bahagia gini?" goda Elsa walau dengan pelan agar Elang tidak mendengarnya.

"Elang ngajak gue ketemuan di taman belakang, nanti sepulang sekolah." Anna begitu bahagia, nampak jelas dari senyuman yang terus mengembang di bibirnya.

Apa iya, Elang ngajak janjian Anna? Jangan-jangan Elang mau nolak Anna sebelum terjadi penembakan. Elang kan orangnya suka jujur, gak peduliin perasaan orang. Gawat! Gue tau jelas kalau Elang gak suka sama Anna. Ntar kalau Anna jadi patah hati akut gimana?

Elsa menoleh ke belakang melihat Elang yang ternyata juga sedang menatapnya. Terburu, Elang mengalihkan pandangannya. Elsa kembali meluruskan pandangannya sambil menghela napas. Apa yang sebenarnya direncanakan Elang?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!