Matahari terasa begitu hangat pagi hari itu, menelusup di balik tirai yang masih tertutup. Menyinari seorang pria muda yang masih tertidur pulas sambil tengkurap dengan selimut yang menjuntai ke lantai.
"Elang!!!" teriak seorang wanita paruh baya di depan kamar Elang yang masih tertutup rapat. Mama Elang yang bernama Dian ini sudah habis kesabarannya karena Elang tak juga menyahut panggilannya. "Elang!!" panggilnya lagi yang lebih keras sambil menggedor pintu kamar Elang.
Elang seketika membuka matanya yang masih lengket. Sambil menguap dia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6 lebih. "Astaga, udah siang." Elang langsung bangun dan berlari menuju kamar mandi. Dengan kecepatan penuh dia mandi dan berganti seragam putih abu-abunya.
Elang segera memakai sepatu lalu menyiapkan pelajaran hari ini dengan sangat tergesa-gesa. Semoga saja tidak ada yang tertinggal karena seharusnya memang sudah disiapkan sebelum dia tidur. Inilah kebiasaan Elang. Dia segera keluar dari kamar dan menuju meja makan.
"Elang, Elang, Jangan terburu-buru." kata papa Elang, Pak Hardi yang sudah duduk anteng di meja makan.
Elang hanya meneguk segelas susu yang sudah siap di atas meja makan. "Elang, berangkat dulu Ma, Pa.." sesingkat mungkin dia mencium tangan kedua orang tuanya.
"Elang, gak sarapan dulu?"
"Udah kesiangan Ma," teriak Elang sambil keluar dari rumahnya. Dia segera menaiki motor sportnya dan dalam hitungan detik sepeda motornya sudah melaju dengan kencang.
"Udah siang banget, gue mesti jemput Elsa dulu lagi, udah kayak tukang ojek gue." Elang membelokkan motornya ke arah rumah Elsa. Elang yang kini sudah berada di kelas XI IPS 1 di SMA Anak Bangsa, terlihat begitu cool dengan mengendarai motor sport dan jaket black jeans-nya. Alis tebal, hidung mancung dan bibir tipisnya membuatnya terlihat begitu tampan, sebenarnya, karena dia masih belum bisa bersikap dewasa dan masih suka urakan. Apa karena Elang belum pernah jatuh cinta?
Terlihat Elsa sudah menunggu Elang di depan rumahnya sambil melipat tangannya dan memanyunkan bibirnya. "Elang, lo lama amat sih, udah siang nih," kata Elsa saat Elang telah menghentikan motornya di depannya. Elsa, tetap menjadi sahabat Elang. Sampai saat ini mereka masih selalu bersama dan bersekolah di tempat yang sama. Elsa tumbuh menjadi gadis remaja yang begitu cantik. Rambutnya yang panjang dan lurus, mata bulat, hidung mancung, dan pipi chubby karena sering di cubit Elang, tapi sejauh ini Elsa belum pernah jatuh cinta. Setiap hari hidupnya selalu ditemani Elang walaupun sering beradu argumen yang tidak jelas.
"Iya sorry, gue kesiangan. Udah buruan lo naik. Kalau gak mau ya udah, lo berangkat aja sana jalan kaki."
"Ihhh..." Elsa semakin geregetan tapi mau tidak mau dia harus berangkat dengan Elang, daripada dia jalan kaki yang ada mungkin sampai sekolah pelajaran udah dimulai. Elsa naik ke boncengan Elang dan Elang kembali melajukan motornya.
"Elang, lo kenapa sih tiap hari tambah siang jemput gue." Elsa masih saja melanjutkan ocehannya. "Lama-lama gue naik gojek aja yang selalu on time."
"Iya kali gojek on time kan lo bayar, lha gue malah lo omelin aja tiap hari. Kayak nyokap gue aja." Elang selalu meladeni omelan Elsa sehingga adu argumen mereka akan terus berlanjut.
"Lagian siapa suruh lo jemput gue tiap hari."
"Yaelah, kalau bukan karna nyokap gue yang nyuruh, gue ogah jemput lo!"
"Lo gak ikhlas banget sih sama gue."
Seperti itu sampai seterusnya. Meski pandangan Elang tetap lurus ke depan perseteruan itu akan terus berlanjut.
"Emang lo ngapain sih suka bergadang sampe kesiangan terus," Elsa masih saja mempertanyakan alasan Elang.
"Gue liat drakor, Sa. Hahaha," tawa Elang dengan keras melawan suara angin yang di terjang.
"OMG!! Lo suka liat drakor. Trus ngapain marahin gue kalau gue baper liat oppa."
"Hahaha, kan mulus-mulus, Sa."
"Dasar otak mesum!!!" Elsa mengepalkan tangannya dan akan menjitak helm Elang, tapi Elang menghindar dengan menarik badannya ke kanan.
"Gak kena, Sa," tapi justru Elang kehilangan keseimbangannya.
"Elang!!" hampir saja motor Elang jatuh dan menyerempet mobil yang sedang melaju di sampingnya. Seketika Elang menghentikan motornya bersamaan dengan mobil itu. Seorang yang mengendarai mobil itu membuka kaca mobilnya, menatap Elsa dan juga Elang yang masih terlihat menegang.
"Sorry-sorry, gue gak sengaja," belum juga Elang melanjutkan perkataannya, dia sudah menutup kaca mobilnya dan melajukan mobilnya kembali. "Dasar! Sombong banget lo, mentang-mentang masih SMA udah bawa mobil," teriak Elang yang malah memarahi pengendara mobil itu yang memang memakai seragam putih abu-abu sama sepertinya.
"Elang, yang salah kan lo ngapain lo yang nyolot."
Elang kembali melajukan motornya. Dia memang salah tapi itulah Elang. Tidak mau disalahkan.
"Untung gak terlambat," kata Elsa sambil turun dari motor Elang saat telah sampai di tempat parkir sekolah.
Elang turun dari motornya dan membuka helmnya, menaruhnya di atas motor lalu berjalan di samping Elsa.
Baru beberapa meter dari tempat parkir, Elang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia merogoh setiap saku yang ada di baju, jaket, dan celananya. "Aduh, kunci motor gue ketinggalan, Sa. Lo tunggu sini yah." Elang berbalik dan berlari menuju motornya.
"Kebiasaan deh lo!" teriak Elsa saat Elang telah berlalu. Elsa menghela napas panjang. Dia memang sudah terbiasa dengan perilaku Elang yang sering teledor. "Kapan Elang bisa berubah?" Pikiran Elsa melambung jauh, dia mengkhayalkan sesuatu, bagaimana jika Elang berubah menjadi sesosok yang dewasa dan penuh perhatian.
Belum juga khayalan itu tersampaikan, ada seseorang yang menabrak bahu Elsa cukup keras. "Hei, kalau jalan liat-liat dong," teriak Elsa tapi lelaki itu tetap berlalu, dia hanya menoleh sesaat Elsa dengan tatapan dinginnya. Tatapan yang mampu menggetarkan hati Elsa. Tatapan yang tidak pernah Elsa temukan selama ini.
"Cowok itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Mampir thor,,semoga seru cerita🙋🏻♀️🙋🏻♀️🙋🏻♀️
2022-12-01
0