"Tapi kak, ini tidak benar!" Kirana meronta mendorong dada bidang Alvin. Namun, bukan menjauh Alvin justru memperkuat pelukannya dan alangkah terkejutnya dia saat permainannya akan di mulai.
Rasa yang amat sulit dia jelaskan, Alvin tidak memberikan selah untuk Kirana memberontak, setiap kecupan dan sentuhan Alvin kian menjadi Liar.
"Kak, hentikan aku mohon, ah.." Kirana menjerit saat lagi lagi sebuah gigitan di layangkan Alvin di dadanya.
"Tenanglah sayang, nikmatilah." Lirih Alvin seraya terus meninggikan permainannya. Kirana mulai merasakan tubuhnya yang bereaksi, dia mulai merasakan panas dan tubuhnya melemah.
Alvin tersenyum, dia membuka pakaiannya satu demi satu hingga akhirnya tubuh itu telanjang bulat, Kirana melotot saat menatap sebuah benda seperti tongkat hendak melakukan eksekusi.
"Kak! Tidak kak..hiks.. hentikan.." Tangis Kirana, namun Alvin tidak menghiraukannya. Dia memasukkan tongkat hingga beberapa kali percobaan dan gagal.
Hingga hentakan sekaligus dari nya dan tangis Kirana yang menjadi menandakan tongkatnya berhasil masuk, Alvin melotot saat merasakan capitan nikmat, namun dia juga kembali menatap Kirana.
"Aku akan bertanggung jawab." Lirih Alvin mulai memaju mundurkan tubuhnya, hingga akhirnya Kirana tak sanggup melawan lagi. Kirana pasrah akan nasibnya dia sudah tidak memiliki apa apa lagi sekarang semuanya sudah hancur.
Alvin tidak bermain cukup sekali, dia mengulangi hal itu hingga beberapa kali, hingga dirinya terlelap bersama dengan Kirana yang tertidur kelelahan.
Pagi tiba saat lampu remang remang dan cahaya mentari mulai terlihat kemerahan, Kirana terbangun dan tersentak sekaligus.
"Aku bermimpi buruk." Ucap Kirana belum sadar, dia mengelap matanya yang masih belum bisa melihat dengan jelas, namun perasaan aneh kini dia rasakan.
"Aku dimana?" Kirana tertegun saat melihat pemandangan asing di matanya, dia mengerjap ngerjapkan matanya. Hingga sebuah pemandangan mengerikan dia lihat, sosok seorang pria yang tengah tertidur di sampingnya.
Kirana menatap tubuhnya, dia terbelalak hingga air mata mengalir deras dari matanya. Kirana menangis sesenggukan hingga dia membangunkan Alvin yang semula masih terjaga.
"Hmm.. apaan si.." Lirih Alvin yang sama belum tersadar sepenuhnya, kejadian tadi malam terasa mimpi bagi keduanya. Mimpi indah bagi Alvin dan mimpi buruk bagi Kirana.
"Hiks.. hiks.. Kakak jahat!" Teriak Kirana dengan air mata berlinang hingga Alvin tersadar dan membelalakan matanya. Dia terkejut saat suara yang begitu dia rindukan terdengar jelas. Alvin mengangkat wajahnya dan seketika dia bisa melihat sosok yang begitu dia damba.
"Kirana?" Alvin melotot dan menatap ke arah sumber suara, Alvin terbelalak hampir tak percaya. Ternyata apa yang tadi malam terjadi bukanlah mimpi, Alvin merasakan kepalanya yang berdenyut dan kembali memperjelas penglihatannya.
"Ka..kamu Kirana?" Tanya lagi Alvin, masih dalam mode belum sadar. Kirana menjerit dan menangis sejadi jadinya, dia merasa dunia sudah runtuh dan keadilan sudah tidak ada lagi. Tuhan sekan tidak melihat penderitaanya dan dunia seakan mengutuknya untuk sengsara.
"Kak hiks.. kak Alvin, kamu jahat kak! Hiks.. hiks.. aku sudah menyuruhmu berhenti, dan aku sudah memintamu jangan lakukan ini kak, huhuhu... Sekarang bagaimana kak?" Kirana berucap dalam tangisnya menutupi wajahnya, merasa malu dan bersalah. Dia merasa malu pada dirinya sendiri dan merasa bersalah karena kini dia sudah di nodai seorang pria yang tidak lain adalah kakak iparnya sendiri.
Sekelebat bayangan menyakitkan tadi malam tergambar di benaknya, setiap kata kata lembut dari Alvin dan setiap untaian cinta yang di katakan pria itu mampu membuatnya pasrah tadi malam. Tapi, kini Kirana sadar, mungkin apa yang di katakan Alvin semalam tidaklah nyata, melainkan hanya sebuah nafsu sekilas.
Hidup Kirana seolah lebur bersama harga dirinya, dulu dia tidak menghiraukan apapun yang di katakan oleh orang orang tentangnya, tapi kini. Dia benar benar sama seperti apa kata orang orang yaitu seorang Pelacur.
"Ran? Aku.. aku tidak sengaja." Ucap Alvin menyentuh tangan Kirana, namun dengan cepat Kirana menghempaskan tangan Alvin hingga terbanting.
"Hiks.. apa? Kakak bilang tidak sengaja? Kak! Meski tidak sengaja tapi ini adalah dosa!" Ucap Kirana tidak ingin menatap pria yang sudah menidurinya itu.
"Ran.." Ucapan Alvin terhenti saat tiba tiba dia melihat bercak darah di seprainya di tambah ingatan semalam yang melintas di benaknya.
"Ka..kamu.." Alvin tidak sanggup melanjutkan ucapannya, dia menatap Kirana dengan tanda tanya.
"Apa kak? Kau benar! Kamu yang mengambilnya kak!" Teriak Kirana hingga mata Alvin membulat sempurna, dia amat terkejut dengan apa yang di katakan oleh Kirana.
Alvin berfikir keras, tapi bagaimana bisa karena selama ini Kirana adalah adik iparnya, isteri dari saudara tirinya. Bagimana bisa bila dia adalah laki laki pertama bagi Kirana? Tapi Alvin terasa hatinya menghangat, meskipun dengan cara kotor tapi ternyata dialah pria pertama yang menyentuh Kirana.
"Ta..tapi... kamukan?" Alvin terpaku, lidahnya kelu. Dia tau Kirana sudah menikah dengan adik tirinya yang bernama Joshua.
"Hiks..kak Suamiku tidak dapat melakukan hubungan suami isteri, dia tidak mampu melakukannya.." Kirana menghentikan ucapannya. Namun Alvin masih terkejut meski ada secercah cahaya bahagia dalam tragedi memilukan itu.
"Ran, aku akan bertanggung jawab." Ucap Alvin lembut, Kirana menggeleng dan menatap mata Alvin tajam.
"Dengan cara apa kak? Percuma." Ucap Kirana hendak turun dari ranjang, namun saat itu juga di hentikan oleh Alvin, Alvin memeluk Kirana dari belakang. Dia menarik tubuh mungil itu hingga kembali terjatuh di atas kasur.
"Ran, maapkan aku." Lirih Alvin, namun Kirana tidak ingin berucap apapun dia mendorong tubuh Alvin dengan sekuat tenaga, rasa sakit dalam tubuhnya dia lupakan begitu saja, dia seakan tidak merasa sakit seperti kebanyakan orang, dia terasa di remas dan di hancurkan dalam sekali genggaman. Kirana bangkit dari tempat tidur yang sudah menjadi saksi akan kehancurannya itu.
"Ran, aku berjanji." Ucap Alvin, namun Kirana tak menghiraukannya, dia melihat bajunya yang sudah robek dan mengenakannya kembali.
"Lupakanlah anggap tidak pernah terjadi apapun." Ucap Kirana melangkahkan kakinya pergi, meninggalkan Alvin yang masih mematung.
Kirana menangis sepanjang jalan, di lihat dari jauh penampilan Kirana terlihat seperti gembel yang gila, dia mengenakan pakaian yang compang camping dan menangis tak karuan.
Orang orang memandangnya jijik, namun Kirana tidak perduli, kini yang lebih dia takuti adalah suaminya dan adiknya, apa yang harus dia jelaskan. Dan bagaimana cara dia melewati hal mengerikan yang mungkin akan di lakukan suaminya.
Kirana tidak takut bila dia di sakiti, tapi yang lebih dia takuti adalah adiknyalah yang akan menjadi bulan bulanan Joshua, pria itu mungkin akan membakar adiknya hidup hidup atau menyiramkan air panas pada tubuh mungil adiknya.
Pikiran Kirana melayang, matanya pedih dan tubuhnya kini menggigil, sakit dan perih dalam hidupnya.
'Tuhan, kenapa aku yang mendapatkan derita sepayah ini? Mengapa aku tuhan?' Kirana menengadahkan wajahnya ke langit, berharap ada sebuah keajaiban yang akan menerpa hidupnya.
Kirana berharap kebahagiaan bisa menyapanya, dia merasakan derita teramat pedih sepanjang hidupnya, terutama setelah menikah dengan Joshua dua tahun lalu.
Kirana menatap nanar pagar di hadapannya, pandangannya mengamati sekeliling yang nampak sepi hingga tangannya masuk dan membuka kunci gerbang itu.
Kirana membuka pagar rumah itu dan masuk hingga suara tepuk tangan terdengar dari belakang tubuhnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
IF
tongkat dan capitan. aku terbayang main di timezone. bagus ih narasinya
2023-09-17
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Ceritanya makin mantap 👍👍
2023-07-26
1
hania putri
menggeleng mungkin maksud nya, bkn menggelang
2023-07-22
2