Sore harinya, Naila keluar untuk belanja perlengkapan mandi dan persediaan camilan. Dia memutuskan untuk pergi ke salah satu Mall di kita Jogja. Naila memesan mobil grap untuk mengantarnya ke mall.
"Dengan Mbak Naila?" Tanya supir grab yang baru sampai.
"Iya, Pak!"
"Monggo silahkan masuk. Tujuannya ke Mall X ya, Mbak?"
"Iya, Pak."
"Baik, Mbak."
Di sepanjang perjalanan Naila hanya sibuk chating dengan Farah yang sedang curhat masalah pacarnya.
Tidak terasa akhirnya Naila sampai di tujuan.
"Terima kasih, Pak."
"Sama-sama, Mbak."
Naila melangkahkan kakinya masuk ke dalam Mall. Tidak sulit bagi Naila untuk shoping seorang diri. Karena itu sudah biasa dia lakukan. Dia masuk ke super market yang ada di dalam Mall dan mengambil troli untuk menampung belanjaannya. Cukup banyak barang yang dia beli, ada peralatan mandi, beberapa camilan, Mie instan, susu, aneka sosis dan nugget.
"Duh, jadi kalap kan! Tapi kan ini untuk jatah dua mingguu, lumayan-lah ya?" Gumam Naila dalam hati.
Selesai belanja, Naila masuk ke kedai donat untuk membeli sepaket donat kesukaannya dan minuman coklat. Dia mebawa dua kantong plastik yang ukurannya lumayan besar.
"Berapa, Kak?"
"150 ribu, kakak."
"Ini kak, terima kasih."
"Terima kasih kembali, kakak."
Naila duduk di salah satu kursi yang ada di dalam kedai donat.
"Huft, berat juga! Kalau Ayah tahu aku bawa barang berat begini, dia pasti marah." Ujar Naila lirih. Dia meletakkan kantong belanjaannya dan membuka maskernya. Kemudian menikmati donat dan minuman coklat yang dia beli. Setelah makan satu potong donat dan menghabiskan minumannya, dia memutuskan untuk pulang dan membawa sisa donat yang di dalam boks. Kali ini dia tidak memesan grab, tapi akan langsung naik taksi.
Saat di tengah perjalanan, taksi yang dia tumpangi mogok.
"Ada apa, pak?"
"Mogok, Non! Sepertinya akinya kering."
"Lha terus gimana ini, Pak? Sudah adzan maghrib pula."
"Non, cari taksi kain saja ya, nanti saya bantu."
"Ya sudah, mau gimana lagi? Ini pak ongkosnya." Naila menyodorkan uang 50 ribuan."
"Tidak usah, Nin! Ini kesalahan saya."
"Tidak, Pak! Bapak sudah mengantar saya separuh psrjalanan. Bapak berhak menerimanya."
"Baiklah! Argo hanya sampai 22 ribu, ini kdmbaliannya, Non."
"Tidak usah, Pak. Untuk Bapak saja! Berikan kepada anaknya."
"Terima kasih, Non!"
"Iya, sama-sama."
Naila keluar dari taksi, dan berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi lain. Belum ada satu-pun taksi yang lewat, karena sudah maghrib dan jalan yang dilewati bukan jalan besar.
Tak lama kemudian sebuah motor matiq berhenti di hadapan Naila.
"Apa dia mengenalku? Atau mungkin teman kuliahku?" Naila bertanya-tanya di dalam hati.
Laki-laki tersebut membuka helmnya. Naila langsung terperangah melihatnya.
"Hai, kamu ngapain di sini?" Salman menyapa seolah sangat mengenali Naila.
"E.. saya menunggu taksi, itu taksi yang saya tumpangi mogok."
"Kalau mau, ikutlah denganku. Ini sudah maghrib, tidak baik seorang wanita berdiri sendirian di jalan."
Naila masih berpikir.
"Jangan khawatir, aku tidak akan menculikmu!"
Salman berdiri dan mendekati Naila. Mengambil kantong yang Naila bawa di kedua tangannya. Lalu menaruhnya di sepeda bagian depan.
"Ayo, naiklah!"
"Ba-baiklah"
Akhirnya Naila naik dan bonceng miring di belakang.
Flash Back On
Salman sedang berada di Mall X untuk menemui Tante Rika, istri Om Alan. Tante Rika memiliki toko tas di dalam Mall tersebut. Saat akan pergi ke area parkir, Salman melihat wanita yang tadi dia temui di kampus. Dia sangat yakin, karena pakaian yang dipakai sama dan tentunya jam tangan yang masih melekat di tangan perempuan itu. Salman hendak menghsmpirinya, Namun dia sudah masuk ke dalam taksi. Cepat-cepat salman berkati ke tempat parkiran untuk mengambil motornya, dan menghindari motornya dengan kecepatan tinggi.
"Ish... kemana taksi itu!" Ujar Salman kesal. Namun dia tidak patah semangat, dalam hatinya dia berdo'a "Ya Allah... tolong pertemukan kami."
Do'anya dijawab langsung oleh Allah. Taksi yang ditumpangi perempuan itu mogok. Dan Salman melihatnya sedang berdiri di pinggir jalan
Flas Back Off
Salman berhenti di sebuah Masjid.
"Maaf, kamu tidak keberatan kan, kalau kita shalat di sini dulu?"
"Tidak, sama sekali tidak. Justru saya berterima kasih."
"Ya sudah, mari shalat dulu."
Mereka berpencar mencari tempat wudhu' masing-masing.
Setelah selesai melaksanakan shalat, Naila lupa memakai maskernya kembali. Dia duduk di teras Masjid untuk menunggu Salman.
"Sudah selesai?" Suara Salman mengagetkannya.
"Ah, iya! Naila berdiri."
Salman berjalan mendahului Naila.
"Ayo, na-ik-lah!" Ucapan Salman terbaik-bata saat tidak sengaja dia melihat wajah Nabila. Ia masih tercengang menatap Nabila.
"Ka-kamu Naila, kan?" Salman memastikan.
Naila tersentak, dia tidak menyangka Salman langsung mengenilunya. Dia baru sadar kalau maskernya masih ia kalungkan.
Naila belum bisa buka suara, dia hanya tersenyum dang mengangguk. Salman bangun dari duduknya.
"Nabila Anindita, gadis tomboy yang selalu ingin menyaingi aku?"
"Iya, Salman Nanda Haris, ini aku!"
Reflek Salman ingin memeluk Naila, namun ia urungkan. Karena saat ini berada di area Masjid.
"Aku sudah menyangka kalau itu kamu!"
Betapa senang hati keduanya, do'a mereka selama ini telah terjawab.
"Aku kira kamu tidak akan mengenalmu, Man!"
"Mana mungkin, Nin? Ah, aku sangat bahagia malam ini. Ayo kita jalan dulu, cari makan! Kamu harus cerita sama aku!"
Mereka meninggalkan Masjid, lalu mampir di malioboro. Salman berhenti di salah satu warung lesehan di sana.
"Ayo sini, Nin!"
"Kamu masih ingat panggilan anehmu itu?
"Itu tidak aneh, aku lebih suka memanggilmu Anin! Biar berbeda dengan yang lain."
"Ya, ya terserah kamu."
"Nin, kenapa kamu jadi feminim sekarang? Aku hampir saja tidak mengenalmu. Tapi dari suara dan dan senyummu, aku tidak bisa menyangkalnya. Dunia selebar daun kelor rupanya!"
Naila tersenyum malu mendengar pujian Salman.
"Aku memutuskan untuk pakai jilbab, karena aku tidak mau menambah dosa untuk Ayahku. Kamu tahu, Man? Aku sekolah di Madrasah dan di situlah aku belajar agama."
Salman tidak berkedip menyimak cerita Naila.Mereka tidak sadar, kalau hati keduanya sama-sama bergetar.
"Salman, kamu dengerin aku, kan?"
"Iya, dengar! Terus kamu kok bisa kuliah di sini, bukankah kamu tidak boleh jauh-jauh dari rumah?"
"Aku dapat beasiswa, dan Ayah mengijinkanku. Kamu sendiri, kenapa kok bisa sampai di sini? Kemarin kamu juga ke kampus."
"Aku hanya main ke rumah Omku di sini. Iya kemarin aku ikut Caca ke main ke kampusnya. Caca itu anaknya Omku." Salman sengaja tidak menceritakan yang sebenarnya.
Mereka bertukar cerita saat zaman sekolah SMP dan SMA. Sesekali mereka berdua tertawa mengingat masa SD mereka.
"Man ini sudah mala, aku harus sampai di kost-an jam 9. Berarti 20 menit lagi."
"Ya sudah ayo kita pulang, aku antar kamu sampai kost."
Mereka berdua meninggalkan Malioboro dan menuju kost Naila.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Terima kasih sudah mampir kakak
Maaf kalau ceritanya garing😂
Butuh mood bister untuk mengembalikan imajinasi...
Yang belum baca novel Ketegaran hati Raisya, jangan lupa mampir ya!
Itu ceritanya Orang tua Salman.
See you again....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
⛱ᵃᵞᵘ🏝
Alhamdulillah Uda Ketemu Iya 🤗😘
2024-11-14
2
Okto Mulya D.
Asyik akhirnya ketemu juga, so sweet
2024-11-22
1
🌷💚SITI.R💚🌷
akhiry ketmu jg ya tman masa kecily..thoor ada typo nih naila ko jd nabila
2024-10-23
1