Hari ini Naila akan pergi ke kampus. Biasanya Naila pergi ke kampus bersama Andin dan Dina teman kost-nya yang kuliah dikampus yang sama, tapi beda fakultas. Mereka sama-sama mengambil Fakultas Hukum.
Naila sudah rapi dengan rok plisket warna coksu dan Hem polos warna crem yang dia masukkan ke dalam roknya. Tidak lupa pashmina coklat yang ia model menutupi dada.
"Andin, Dina...!! Mau bareng, nggak?"
Naila memanggil mengetuk kamar mereka berdua. Andin dan Dina tinggal satu kamar.
"Tunggu sebentar, Nai! Kami hampir selesai."
Tidak lama kemudian pintu mereka terbuka.
"Masyaallah, Pada cantik-cantik nih!" Puji Naila.
"Kan cewek, Nai! Ayo kita berangkat! Nanti antri di kantor prodi."
"Yuk...!"
Kami bertiga berjalan kaki ke kampus. Tidak sampai 5 menit mereka sudah sampai di gerbang kampus. Mereka berpisah sampai depan kantor prodi. Banyak Mahasiswa-Mahasiswi mengantri di kantor prodi untuk daftar ulang. Naila menunggu kedatangan Farah.
"Dia pasti kesiangan lagi!" Ujar Naila, sesekali melihat jam tangannya.
"Naila...!" Pekik Farah, dan melambaikan tangannya.
"Lama amat sih, Non?"
"Maklum, Non! Kesiangan bangunnya, hehe..."
"Lagu lama kamu, Far!"
"Lagu barunya apa, Nai?"
"Lagu barunya nggak pernah nggak telat, haha..."
"Ye... ayo Nai, itu sudah giliran kita!"
Setelah menyelesaikan urusannya, Naila dan Farah pergi ke kantin untuk sarapan. Bukan sarapan sih, karena sudah jam 10. Mungkin makan menjelang siang namanya.
"Mbak Surti, gado-gado satu! Sama Es teh 1!" Ujar Farah dengan bar-barnya.
"Far, kamu tuh! Teriak-teriak ngomongnya! Yang kalem dikit dong!"
"Udah modelnya begini dari orok, Nai!" Naila tanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya yang bar-bar.
"Mbak Surti, saya pesan yang sama dengan punya Farah." Ujar Naila lemah lembut.
"Siap, Cah ayu!"
Tidak lama kemudian makanan yang mereka pesan datang. Dan mereka mulai menikmatinya.
"Ribet amat ya, Nai! Kemana-mana harus pakai masker."
"Ya, mau gimana lagi? Kita harus mematuhi aturan."
Setelah selesai makan, mereka memakai maskernya lagi.
"Nai, habis ini kamu mau kemana?"
"Ke perpustakaan, mau pinjam buku. Kalau kamu?"
"Maaf Nai, aku nggak bisa temani kamu! Soalnya Mamaku minta diantar ke rumah Mbah Kung. Sopirnya lagi pulang kampung. Si Papa sibuk banget. Ngga pa-pa ya?"
"Oh, iya nggak pa-pa! Aku sendiri saja nanti."
"Hem, kaku ini biar aku yang bayar." Ujar Farah.
"Aku bayar sendiri saja, Far!"
"Farah tidak menerima penolakan, titik!"
"Huft.. baiklah, terima kasih! Semoga uang sakumu bertambah."
"Amiinn..." Farah menengadahkan kedua telapak tangannya.
Setelah kepergian Farah, Naila naik lift ke lantai 3 menuju perpustakaan. Dia mencari beberapa buku yang akan dia pinjam. Saat akan mengambil satu buku, tangan Naila ada yang menyentuh. Rupanya ada orang lain yang ingin mengambil buku itu juga.
"Ma-maaf sengaja! Eh maksudku tidak sengaja!" Ujar Salman.
Naila mendongak ke orang tersebut.
dag-dig-dug....
"Ya Tuhan... kenapa jantung ini berdetak lebih kencang." Batin Naila. Dia meraba jantungnya dengan sebekah tangannya yang tersentuh barusan.
"Mbak, kamu tidak apa-apa, kan?"
"Ti-tidak! Aku baik-baik saja."
"Kamuu...." Belum sempat Salman melanjutkan perkataannya, Caca datang.
"Bang Salman, kamu di sini? Aku cari-cari ternyata kamu nyantol di sini. Ayo ke sana Bang! Buku yang kamu cari di sebelah sana, Bang!" Caca menarik lengan Salman untuk mengikuti langkahnya.
"Salman.. itu benar kamu! Jadi benar dugaanku, kemarin di kereta itu kamu! Aku ingin membuka masker ini, apa kamu masih bisa mengenalmu? Gadis kecil yang tomboi, namun sekarang sudah berubah." Gumam Naila dalam hati. Seketika mata Naila berkaca-kaca. Sepertinya perasaan cintanya kepada Salman bukan hanya cinta monyet. Saat kesadarannya terkumpul, dia mencari keberadaan Salman. Dia mencari di setiap lorong perpustakaan, namun tidak ketemu. Rupanya Naila terlalu lama bernostalgia dengan pikirannya sendiri.
"Ah sial! Tunggu dulu, bukankah tadi Salman bersama seorang perempuan. Sepertinya wanita itu mahasiswi di sini juga. Apa dia adiknya Salman? Atau bisa jadi dia pacarnya?" Naila kembali bermonolog di dalam hatinya.
Naila berjalan lesu menuju penjaga perpustakaan dan meminjam 3 buku yang dia incar. Setelah itu, dia turun ke bawah untuk pulang. Sebelum sampai ke kost-annya, dia mampir di toko sayur yang tidak jauh dari kampusnya untuk membeli lauk dan sayur.
"Bude, saya mau ikan tongkol ini, kangkung, cabai rawit 1 ons, tomat ¼ kilo, bawang putih sama bawang merah ½ kilo saja campur!"
"Sudah, Mbak?" Ibu penjual sayur memasukkan belanjaan Naila ke dalam kantong kresek.
"Sudah ,Bude! Berapa semuanya?"
"35 ribu, Mbak!"
"Ini Bude, terimakasih." Naila menyodorkan uang pas.
"Iya Mbak-e, sama-sama."
Naila menenteng kantong kresek itu sampai ke kost-an. Kemudian dia mandi dan shalat Dhuhur. Selesai shalat, Naila mulai mengseksekusi belanjaannya di dapur. Kali ini dia bikin Ikan tongkol bumbu pedas dan oseng-oseng kangkung. Naila menaruh sisa cabai dan tomat ke dalam kulkas mini di kamarnya.
-
Di kantin kampus,
Salman sedang kesal kepada Caca, dia sudah menggagalkan keinginannya untuk berkenalan dengan wanita di perpustakaan tadi. Salman sadar gadis itu adalah gadis yang sama dengan yang ia temui di kereta kemarin. Salman tahu karena melihat jam tangan yang dia pakai dan dari suara yang Salman ingat dan rekam di kepalanya.
"Abang, kamu kenapa?" Tanya Caca manja.
"Aku lagi kesel!"
"Sama Caca?"
"Iya, lagian ngapain kamu buntutin aku? Aku bisa keliling kampus ini sendiri. Tingkat ingatanku masih tinggi, Ca! Aku nggak akan nyasar kalau cuma di sini." Salman melupakan kekesalannya sambil melahap soto ayam yang dia pesan.
"Ya, maaf! Soalnya Papa bilang suruh temani Bang Salman, gitu!"
"Ya sudah makan itu sotonya, nanti keburu dingin!"
"Iya-iya." Jawab Caca dengan memanyukan bibirnya.
"Aku yakin tadi itu kamu. Sejak bertemu denganmu kemarin, entah kenapa aku terngiang suaramu. Suaramu mengingatkanku kepada Nailaku. Sudah lama hatiku tidak bergetar sehebat ini." Gumam Salman dalam hati.
Salman karakternya mirip dengan Ayahnya. Dia orang yang berambisi, tapi tahu diri. Smart tapi kadang tengil. Penyayang meski kadang cuek. Bundanya selalu mengajarkan agar dia selalu rendah hati, dan rajin beribadah. Bundanya juga selalu berpesan, berharaplah kepada Tuhan bukan kepada manusia.
Caca adalah anak pertama Alan. Alan dan Haris saudara sepupu. Alan menikah dengan orang Jogja dan dikaruniai dua anak. Yaitu Caca dan adiknya Ciko yang masih SMP. Haris mendapat tanah di daerah Jogja karena bantuan Alan.5 tahun lalu Haris membelinya dan baru satu tahun ini bisa merealisasikan. Dan pengelolaannya akan dia pasrahkn kepada Salman. Karena perumahan itu khusus untuk Salman. Salman yang memberi nama perumahan itu. Dia memberi nama 'AS Residens.' Orang tuanya tidak mempertanyakan filosifi dari nama itu. Mereka hanya mendo'akan semoga nama yang Salman selipkan itu, menjadi keberkahan dalam usaha dan hidupnya.
Salman meninggalkan Caca yang masih asyik ngobrol dengan temannya. Kemarin Salman menyewa satu motor matic untuk dia pakai selama di Jogja 1 minggu. Dia mengambil motor di parkiran, dan meninggalkan kampus itu. Dia ingin keliling kota Jogja seorang diri.
Bersambung.....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
konflik akan mncul beberapa bab lagi ya kak, tetap nikmati alurnya.
Terima kasih sudah mensupport author.
See you again...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Yahhh susah amat ketemu Salman dan Naila Thorrrrr
2024-11-22
1
🌷💚SITI.R💚🌷
no nau caca bln pacary salman dia ade sepupu jd kamu msh bisa de...
2024-10-23
1
Ani
murah meriah, kalau di Riau gak cukup belanja segitu dengan uang 35ribu
2024-10-22
1