Kayshan tiba di Singapura menjelang sore. Dia lantas memutuskan beristirahat sejenak di hotel sebelum menuju ke kediaman Geisha berdasarkan alamat yang di berikan oleh asistennya.
Setelah Maghrib, Kay bersiap turun ke lantai dasar dan bertolak ke hunian mantan kakak iparnya.
Tidak sulit menemukan rumah mewah Geisha di sana. Namun, nyatanya kemudahan akses tak serta merta membuat langkah Kayshan mudah. Dia di jegal banyak pengawal Roger saat baru mencapai bibir gerbang putih yang menjulang.
"Tolong sampaikan pada Geisha bahwa Kay ingin menemuinya," kata Kayshan dari dalam mobil.
"Buatlah janji lebih dulu. Anda tidak diperkenankan masuk, silakan kembali lain waktu," ujar penjaga gerbang. Kayshan melihat dia menyibak jaket agar senj-ata yang tersemat di pinggangnya terlihat.
Putra bungsu Kamala tak gentar, dia akan terus mencoba segala cara termasuk melakukan panggilan dengan Geisha. Pengawal mulai jengah sebab Kayshan bebal, tidak beranjak dari sana. Mereka lantas keluar dan menodongkan pisau lipat ke arah kaca depan mobil Kayshan.
"Bos!" sebut Gery, asisten pribadi Kay.
"Tenang saja, mereka hanya menggertak," sahut Kayshan, masih sambil menelpon Geisha.
"Keep away!" bentak salah satu pria, meminta mobil Kayshan pergi dengan mengacung jari tengah ke udara.
Tuut. Tuut.
Panggilan selalu saja di alihkan. Kayshan geram, dia turun dari mobilnya.
"GEISHA!" teriak Kayshan meski tubuhnya di hadang dua pria tinggi besar.
Buk. Kayshan tak siap jika akan menerima pukulan. Dia pun terhuyung tapi dapat membalas perbuatan pelaku.
Dia maju, menggunakan tumpuan kaki kanan agar tinjunya tepat sasaran. Pengawal Roger menepis serangan Kay dengan tangan kiri, kepala botak itu dengan cepat mengelak tapi dia lupa bagian dada menjadi terbuka.
Brak! Suara gerbang bergoyang akibat benturan tubuh pengawal Roger yang berhasil Kayshan pukul tepat di dada.
Hosh. Hosh. Nafas Kay terengah-engah.
"Bos!" seru Gery, ikut turun dan menyusul Kayshan yang sedang menangkis pukulan sana sini.
"Panggilkan Geisha jika kau tak ingin keributan!" kata Kay seraya menghalau lengan kekar pria lain yang mendorongnya.
"Pergi!" ujar mereka lantang.
Krek. Krek. Bunyi suara kokangan senjata.
"Mundur!" usir mereka lagi.
Gery tak terima, dia pun mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. Mereka saling menodongkan sen-jata.
"Jangan macam-macam dengan kami. Permintaan beliau sederhana, ini penting sebab menyangkut nyawa manusia!" sentak Gery, geram akan sikap sok para pengawal Roger.
Para pengawal saling pandang, lalu salah satu dari mereka masuk ke dalam. Mungkin untuk memanggil Geisha.
Kayshan tetap waspada, Roger adalah penguasa di kawasan ini. Dia juga tokoh berpengaruh terhadap tata pemerintahan setempat. Bila Kay salah langkah, dia akan kehilangan Gauri sebab Geisha takkan mudah ditemukan.
Beberapa menit menunggu dalam ketegangan, pria yang masuk tadi keluar dan membisikkan sesuatu ke telinga rekannya.
"Masuk, Madam Ghe menunggu di dalam," ujarnya sinis.
"Madam, cuih," gumam Kay seraya melewati mereka.
Mereka digiring oleh penjaga lainnya saat telah melewati gerbang. Kay menyusuri jalan setapak di sela taman guna menyentuh teras hunian bergaya Mediterania itu.
Langkah panjang penerus Ghazwan enterprise itu terdengar tegap. Benturan sneaker dengan lantai meski tak bising tapi mampu membentuk bunyi derap lebih berat.
"Madam, mereka tamu Anda," ujar pengawal, saat mereka telah tiba di ruang tamu.
Geisha pun mengangguk lalu menyilakan Kayshan duduk berhadapan dengannya.
"Apalagi?" tanya Geisha, menatap tajam mantan adik iparnya.
"Gauri tak punya waktu lama, bagaimana keputusanmu kali ini? ... dia hanya punya kamu sebab gen ku tak cocok dengannya," tutur Kay memancing emosi seorang ibu.
"Tapi semua terserah padamu. Jika kau lebih suka Gauri tiada di dunia ini, maka biarkanlah begini," imbuh Kayshan lagi.
Geisha hanya diam. Dia tak bernafsu menimpali ucapan Kayshan, begitupun dengan Roger.
Hening.
Pria itu terlalu dominan terhadap Geisha sehingga Kay menebak sesuatu dalam benaknya. Dia akan mengajukan penawaran pada mereka guna menarik perhatian Roger.
"Ghe, aku akan memberikan saham Ghazwan Enterprise sebanyak lima persen jika kau bersedia," ucap Kayshan lagi.
"Kapan?" sahut Roger menimpali Kayshan.
Putra Kamala tersenyum samar, umpannya berhasil. "Saat ini juga. Aku cairkan dalam bentuk cash atau akan di konversi ke saham bilamana kalian menginginkan agar aset liquid aman," imbuh Kayshan meyakinkan keduanya dengan mengeluarkan buku cek dari saku jas.
Geisha melihat ke arah Roger. Dia menggeleng samar pertanda kurang setuju dengan keputusan yang akan diambil oleh pria itu.
"Sebagai kompensasi kalau kamu lemas, sakit dan lainnya. Lagipula itu hak kamu bukan?" kata Roger, paham akan makna tatapan Geisha.
"Itu hak kamu dari keluarga Ghazwan, Ken memang menahan ini sebab hubungan buruk kalian. Bagiamana? setuju?" desak Kayshan lagi.
Kayshan mulai menulis tanggal dan nama di atas buku cek nya. Dia menunggu isyarat Geisha.
Namun, praduga itu salah. Geisha bergeming, dia seakan tidak tertarik. Kay pun, kembali membuka suara.
"Ghe, jika kau enggan, aku hanya minta temui dia sekali seumur hidupmu. Mengenai transplantasi sumsum tulang belakang, aku akan mencari cara lain agar putriku hidup lebih lama ... tapi, jika kami berhasil melewati semua ini, maka sosok Geisha telah betul-betul mati dalam ingatan Gauri," pungkas Kayshan, sedikit merasa putus asa.
"Jangan mendikteku. Kau tak tahu apapun terhadap kisah kami. Percuma berlagak jadi pahlawan, Kay," balas Geisha, tajam menatap manik mata elang di depannya.
"Semua memang hakmu, Ghe. Tapi satu yang ingin ku sampaikan. Gauri tidak meminta lahir dari rahimmu. Gauri hadir sebab kalian, jadi jangan salahkan dirinya. Jika dia bisa memilih, tentu tak ingin sakit ... terlebih punya ibu sepertimu," tegas Kayshan, dia tak lagi dapat menahan diri. Rahangnya ikut mengetat sebab penekanan di beberapa kalimat.
"Hoy! jangan menghina Geisha, kau butuh dia, ingat itu!" ancam Roger, menuding dengan jari telunjuk ke wajah Kay.
Lelaki tampan itu mengangguk, tersenyum getir. Kay bersiap bangkit sebab tak ada lagi yang harus dibicarakan. Daripada membuang waktu di sini, dia akan bertolak ke China atau Malaysia untuk mengobati Gauri. Namun, saat akan melangkah, suara Roger menahannya.
"Tanda tangani saja dulu agar kami tahu ini bukan sekedar omong kosong!" ujar Roger, sengit melihat Kayshan tidak melanjutkan tulisan di atas buku cek.
Deg.
Kayshan urung melangkah. Apakah ini keinginan Geisha ataukah Roger, dia tak peduli. Otaknya hanya berisi bagaimana cara agar Gauri sehat lagi meski dia harus menanggung kerugian akibat cadangan modal Ghazwan Enterprise bolong sebab pengalihan saham.
"Oke." Lelaki tampan itu kembali duduk dan mulai menyelesaikan apa yang belum sempurna di tulis.
Kay menyerahkan selembar kertas berharga ke atas meja. Roger pun memicingkan mata dan terlihat tidak puas.
"Apa-apaan ini!" sentak Roger lagi, menunjuk tajam ke atas kertas cek.
"Misi adalah misi, selesaikan dulu maka aku pun akan menepati janji, deal?" jawab Kayshan, duduk santai menyandarkan punggungnya di sofa.
"Kau!" geram sang pemilik hunian, Roger emosi, dia bangkit berniat menghajar Kayshan.
"Roger!" teriak Geisha.
.
.
...___________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Eka Widya
ngomong2 soal roger jd ingat sm roger yg ad d zaylin.sama nggak sih mom.pinisirin soalnya😅😅
2023-08-07
1
Nur Azizah Cirebon
sebegitunya gesa ke gauri ada apa kah di balik crita inii
2023-07-27
1
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Penasaran apa alasan Ghe smpai begitu tega g peduli dengan kondisi Gauri, pdhal Gauri anak kandung nya dan juga masih kecil,,, 😔 Roger nih sebenarnya lebih mentingin uang dri pda Gheisha, yakin deh nanti pasti Roger akan ninggalin Ghe demi wanita lain,,, 😌
2023-07-27
1