...****...
Di ruang keluarga Shasa kembali bercerita bersama kedua orang tuanya. Beberapa kali terdengar suara gelak tawa mereka. Shasa bercerita kesehariannya bersama Lily dan hal lucu lainnya.
“Kog bisa sih Lily se bar-bar itu nurun sapa juga” tanya mama Nia tertawa kecil.
“Gak tau deh ma Lily tuh bar-bar banget tapi Shasa sayang” tawa Shasa.
Papa Daniel sesekali merangkul dan mengacak gemas rambut putrinya membuat Shasa kesal sendiri.
“Papa rambut aku kan jadi berantakan” rengek Shasa.
Papa Daniel tertawa dan semakin mengacak rambut Shasa. Mama Nia ikut tertawa melihat suami dan putrinya yang bercanda.
“Mama tolongin, papa nakal ma” adu Shasa berpindah duduk disamping mama Nia.
“Uluh uluh ngadu nih cari pembelaan” cibir papa Daniel.
“Sudah dong pah. Kalian ini ya kalau ketemu ada aja acaranya” ucap mama Nia geleng-geleng sendiri.
“Putrimu tuh” ucap papa Daniel.
“Papa tuh ma bukan Shasa” manja Shasa sambil menjulurkan lidah pada sang papa.
Sedangkan di pintu utama seorang pria memasuki monsion keluarga Rossler di temani asistennya.
Pria itu berhenti sejenak saat mendengar suara tawa dari arah ruang keluarga. Pria itu berbalik dan menyuruh asisten pribadinya untuk pulang lebih awal dan datang esok pagi.
“Pulanglah, aku ingin istirahat lebih awal” singkat pria itu.
“Baik tuan. Saya permisi” jawab asistennya lalu pergi.
Pria itu berniat melewati ruang keluarga untuk memastikan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya merasa kesal dan marah.
Kembali ke ruang keluarga, Shasa merasa bahagia bisa berkumpul bersama kedua orang tuanya.
“Anak mama kalo senyum cantik banget sih” puji mama Nia membuat Shasa malu-malu.
“Mama Shasa malu tau” ucap Shasa tersipu malu.
Sampai senyum di bibir Shasa perlahan pudar saat bola matanya melihat sosok pria yang berdiri tidak jauh dari ruang keluarga. Pria yang sudah lama tidak ia jumpai setelah memutuskan untuk tinggal di apartement. Shasa terdiam menatap tepat kedua mata pria itu.
'Bahkan tatapan penuh kebencian masih terlihat jelas dimatanya, sekalipun aku memilih tinggal di apartement' batin Shasa sedih.
Mama Nia yang menyadari perubahan raut wajah Shasa pun menoleh dan melihat putra sulung nya yang berdiri tidak jauh dengan beberapa maid dibelakangnya.
“Sayang, kau sudah pulang?” tanya mama Nia berjalan mendekati putranya.
Alkenzo Daniel Rossler atau sering dipanggil Ken oleh keluarganya, putra dari papa Daniel dan mama Nia. Sekaligus penerus Rossler Corp.
Mama Nia memeluk putranya, mama Nia sangat rindu karna sudah hampir 1 tahun Ken memilih untuk mengurus perusahaan yang berada di Amerika dan tinggal bersama Oma Grizel, ibu dari papa Daniel.
“Ya karna tugasku di sana sudah selesai ma” jelas Ken membalas pelukan mama Nia.
Papa Daniel bangkit menepuk bahu putranya, ia merasa bangga dengan kemampuan Ken yang membuat perusahaan yang berada di Amerika semakin maju.
“Selamat datang nak dan selamat atas keberhasilanmu. Papa dan mama bangga padamu nak” ucap papa Daniel bangga.
“Thanks pa” singkat Ken melirik tajam pada gadis yang tidak lain Shasa.
Shasa sendiri masih terdiam duduk, tubuhnya terasa kaku saat ini. Shasa menunduk saat Ken melirik tajam kearahnya.
“Oh iya kebetulan adikmu juga ada di sini. Kalau gitu kita makan malam bersama sekarang saja. Shasa sini, kau pasti merindukan kakakmu” panggil mama Nia tersenyum melambaikan tangan agar Shasa mendekat.
Shasa bangkit dadi sofa dan berjalan mendekati papa, mama dan kakaknya. Baru beberapa langkah Shasa pun berhenti saat melihat tatapan tajam dan dingin dari Ken.
“Aku lelah pa ma. Aku mau istirahat, permisi” ucap Ken datar lalu beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari kedua orang tuanya.
“Kak Al” lirih Shasa menatap sedih punggung Ken yang menaiki tangga memuju lantai dua.
Sedari kecil Shasa memang lebih suka memanggil Ken dengan panggilan kak Al. Berbeda dengan Ken yang tidak suka dengan panggilan Shasa padanya. Entah apa yang terjadi di masa lalu tapi yang pasti Ken sangat membenci Shasa.
Sering kali Shasa mendapatkan bentakan dari Ken sewaktu kecil. Ken yang tidak suka di dekati Shasa membuat gadis kecil itu sedih. Bahkan kesedihan itu masih ia rasakan sampai saat ini.
Shasa kira setelah lama tidak bertemu ia akan mendapatkan sambutan hangat saat bertemu lagi dengan sang kakak. Nyatanya itu semua hanya mimpi bagi Shasa.
'Sampai kapan kakak akan seperti ini? Apa salah Shasa selama ini yang membuat kak Al segitu bencinya' gumam Shasa.
Shasa memalingkan wajah saat air mata nya mulai menetes. Ia tidak mau membuat kedua orang tuanya sedih.
Papa Daniel dan mama Nia hanya bisa menghela nafas melihat sikap Ken yang tak pernah berubah, dingin dan angkuh pada adiknya.
“Perjalanan jauh mungkin membuat kakakmu lelah dan butuh istirahat. Jangan terlalu di pikirkan nak” ujar mama Nia mengusap punggung putrinya.
“Iya ma, Shasa ngerti kog, kak Al memang butuh istirahat pasti capek banget. Mungkin lain waktu kita bisa makan malam bersama” ucap Shasa dengan senyum yang terlihat dipaksakan.
'Tapi entah itu kapan ma' batin Shasa.
“Yaudah sekarang kita makan malam dulu yuk. Papa sudah lapar banget” ajak papa Daniel merangkul mama Nia dan Shasa.
Shasa bersyukur walau Ken membencinya tapi kedua orang tuanya sangat perhatian dan menyayanginya.
Mama Nia sibuk mengambilkan nasi dan lauk untuk suami dan putrinya. Sejak Shasa tinggal di apartement mama Nia selalu merasa sepi. Tapi jika terus menahan Shasa untuk tinggal bersama, itu hanya membuat Shasa merasa sedih dan tidak nyaman dengan sikap putranya, Ken.
“Makan yang banyak kalau kurang ambil lagi ya. Mama gak mau lihat kamu kurusan kayak gini” ucap mama Nia.
“Ini aja kebanyakan ma, gimana mau ambil lagi” kata Shasa membuat mama Nia terkekeh.
“Papa di lupain nih cuma di ambilin nasi doang?” ucap papa Daniel yang belum di ambilkan lauk karna mama Nia yang sibuk mengurus putrinya dulu.
Mama Nia dan Shasa pun tertawa mendengar ucapan papa Daniel yang dibuat kesal.
“Sabar dong pa. Nih mama ambilin special buat papa”
Mama Nia langsung mengambilkan sayur dan lauk kesukaan papa Daniel.
“Makasih, mama makin cantik deh” gombal papa Daniel.
“Aduh-aduh laper nih laper” ucap Shasa.
Mereka pun tertawa bersama tanpa menyadari sepasang mata yang menatap dingin dari lantai atas, siapa lagi kalau bukan Ken.
Tadinya Ken ingin turun kebawah untuk mengambil minum. Tapi ia malah di suguhkan pemandangannya yang membuatnya kesal dan marah.
“Ck ternyata tuh bocah masih di sini” desis Ken penuh kebencian.
“Menyebalkan” ketus Ken kembali ke kamar dan menghubungi bi Tutik untuk membawakan minum ke kamarnya.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Knp ya, koq sama adik kandung sendiri begitu????
2023-07-27
0