Suatu hari saat jam istirahat, aku yang memang suka memilih untuk tetap di kelas saja sembari menulis sesuatu di notebook dengan gambar-gambar yang lucu.
“Mel, sendirian aja nih di kelas” tegur Wisnu saat melihatku sendirian sambil melewati bangkuku.
“Kelihatannya?” tebakku sembari mengumpat senyum geli.
Wisnu nyengir kuda sambil garuk-garuk rambutnya yang nggak gatal dan berkata” Boleh aku temenin?”
Aku menggangguk penuh senyum, seolah mengizinkan Wisnu untuk duduk di sebelahku. Setelah mendapatkan lampu hijau dariku, Wisnu langsung duduk di bangku Shella.
“Lho emang Shella, Fia, Tami, dan Irul?” tanya Wisnu.
“Paling mereka lagi ke kantin ” jawabku.
“Kenapa kamu nggak ikutan mereka?” tanya Wisnu lagi.
“Emang dari dulu aku nggak suka ke kantin” jawabku sembari nyengir kearah Wisnu.
“Lho kenapa Mel, emang perutmu nggak lapar apa tanpa jajan di kantin” tanya Wisnu terlihat kepo.
“Nggaklah Wisnu, malah udah biasa nggak jajan” ucapku.
“Nggak merasa kelaparan gitu? ” tanya Wisnu.
“Nggak kok. Karena nanggung aja istirahat cuman 15 menit, belum lagi antre nya ”cengirku.
Wisnu hanya merespon dengan manggut-manggut saja.
“Oya, kapan-kapan aku main kerumahmu ya Mel” pinta Wisnu.
Aku tertawa saat Wisnu berkata demikian.
"Kok ketawa sih Mel?" tanya Wisnu sembari mengerutkan keningnya.
“Kamu itu lucu Wisnu” jawabku disela-sela tawa,"bukannya kamu pernah ngomong gitu dari kelas VII ya. Jelas boleh pake banget lah, main aja ke rumah" aku melanjutkan ucapanku yang membuat Wisnu melempar cengiran kearahku.
"Oh iya Mel, aku udah pernah bilang begitu sama kamu" Wisnu ikutan tertawa saat mengingat perkataannya.
Aku tersenyum geli saat Wisnu juga baru ingat kejadian itu.
"Oke deh, nanti aku minta ajakin Shella kalo mau ke rumahmu Mel" ucap Wisnu lagi.
Aku mengangguk,"Santai. Kapan pun rumahku terbuka untuk kalian" tawaku yang ternyata dilihat oleh Wisnu.
Sekembalinya temen-temen dari kantin, mereka langsung heboh saat melihat kedekatanku dengan Wisnu.
“Ehm, pantes aja nggak mau kita ajak ke kantin, ternyata lagi ditemenin Wisnu ya” ledek Fia pada kami.
Aku membalas dengan menjulurkan lidah kearah Fia, ”Dihh. Apaan sih Fia ini” balasku.
“Udah deh Mel, nggak usah ngeles. Ngomong aja kalo lagi kepingin PDKT sama Wisnu, mumpung satu kelas gitu” sambung Shella ikut menggodaku.
“Aduh, pantes aja semenjak di kelas VIII B Wisnu jadi berubah gitu. Apalagi waktu ngobrol sama Amel bahasanya lain tau ” tambah Tami.
“Woy… maksud kalian tu apaan sih, emang nggak boleh ya aku temenan sama Amel” protes Wisnu.
“Iya nih kalian semua pada ngaco, orang kita temenan biasa kok” sambungku.
“Tapi jujur aja ya Mel, Wisnu itu beda lho kalo sama kamu. Buktinya kalo apa-apa selalu butuhin kamu dan kamu pun selalu ada buatnya” angguk Irul menyetujui ucapan Shella, Fia dan Tami.
“Udahlah nggak usah gitu, bikin gosip saja kalian ini” tampikku terselip salah tingkah.
“Aku yakin deh entah itu kapan, pokoknya nggak lama lagi pasti kalian jadian” ucap Tami.
Aku dan Wisnu saling berpandang. Lalu Wisnu tersenyum lembut padaku yang tanpa sadar membuat jantungku berdegup kencang.
“Ciee, pakai acara face to face lagi, nanti jatuh cinta bener lho” goda Shella.
“Ada apaan sih, kok keliatannya lagi seru-seruan” gabung Eko.
“Masa kamu nggak tau sih tentang berita dari sahabatmu sendiri ini” kata Irul.
“Maksudmu?” tanya Eko bingung.
“Yah kamu payah Ko, masa sama sahabat sendiri nggak pengertian” tebak Shella.
“Apa sih maksud kalian, beneran deh aku nggak ngerti” kata Eko semakin bingung.
“Itu tuh. Wisnu ternyata lagi PDKT sama Amel” terang Tami sembari melirikku dan Wisnu.
“Oh… itu ya. Aku kira apaan” jawab Eko yang tidak melanjutkan ucapannya karena sudah dilirik tajam Wisnu dari tadi.
“Wah bentar lagi di kelas ini ada yang akan menjadi pasangan kekasih” goda Fia.
“Fiaaaaa ” gerutuku dan Wisnu serentak.
“Aduh, manggil Fia aja bersamaan. Cie… cie….” sambung Shella lagi.
Wisnu melempar senyum ke arahku lagi.
“Duh… makin manis aja nih kalo senyum jadi makin deg-degan” batinku sambil membalas senyuman Wisnu dan pastinya sudah berdegup kencang.
Istirahat pun usai, akhirnya kami murid-murid kelas VIII B mengkuti pelajaran selanjutnya. Sambil menunggu guru datang, kelas masih dalam keadaan ramai.
Aku tak ketinggalan untuk mengobrol dengan keempat sahabatku.
“Eh Mel, aku lihat-lihat dari gerak-gerik Wisnu sepertinya dia naksir kamu deh” terang Irul mulai membuka pembicaraan.
“Iya Mel, kelihatan dari sikapnya aja udah care banget sama kamu. Udah gitu tiap kita tinggal kamu ke kantin pasti dia selalu ada gitu deh” sambung Tami.
“Ah… masa sih dia beneran suka sama aku, emang udah kalian menerawang ya” gelakku.
“Kamu itu Mel, orang udah asli kelihatan kok dari perhatiannya sama kamu” jelas Irul.
“Wah… ntar kalo Amel dan Wisnu jadian, ada makan-makan gratis nih” goda Fia.
“Ye… kamu itu kerjaannya makan mulu. Kapan kurusnya kalo begitu Fi” celoteh Shella sambil melirik Fia.
Mendengar celoteh dari Shella, kami semua tertawa termasuk Fia yang menjadi bahan gurauan kami.
Beberapa menit kemudian, ada guru piket yang masuk kelas VIII B .
“Siang anak-anak ” sapa Bu Nuri saat masuk kelas VIII B.
“Siang Bu” balas kami serentak.
“Maaf sebelumnya, kalo Bu Ida guru matematika kalian nggak masuk dikerenakan ada keperluan keluarga. Beliau memberi tugas untuk kalian, tolong dibuka buku paket pemkot halaman 82, dikerjakan di buku tugas dan kalo belum selesai dikerjakan dirumah. Jelas anak-anak???” terang Bu Nuri.
“Jelas Buuuuu ” balas murid-murid VIII B.
“Kalo sudah jelas, tolong dikerjakan soal tersebut dan saya percayakan sama ketua kelas VIII B. Siapa kalo boleh tau?” tanya Bu Nuri.
Pandu segera mengacungkan jari telunjuknya.
“Baik! Tolong jaga kelas ini, dan ibu percaya sama kelas ini. Mohon jangan berisik karena kelas sebelah sedang ulangan harian” kata Bu Nuri lagi pada Pandu ketua kelas VIII B dengan meninggalkan kelas tersebut.
“Siap Bu ” angguk Pandu.
Setelah Bu Nuri keluar kelas, kami pun sibuk berdiskusi mengerjakan matematika dengan satu sama lain.
“Aduh, soalnya 5 tapi susah semua” keluhku saat membuka buku paket.
“Kan kita berlima diskusi bareng Mel” jelas Irul.
“Iya Mel, jadi biar kita bisa mecahin soal bareng-bareng” tambah Shella.
“Apa perlu Mel, kita bertiga ikutan diskusi bareng kalian berlima. Biar tambah seru gitu” gabung Wisnu saat mendekati bangkuku.
“Boleh ” balasku langsung semangat.
“Oke, kalo begitu kita langsung aja ngerjain soal-soal ini. Biar di rumah nggak ada beban lagi” usul Pandu.
Kami ber delapan langsung mengerjakan matematika berkelompok, sesekali diselingi oleh canda tawa siang ini.
Dalam diskusi kali ini, Tami, Pandu dan Irul membantu memecahkan soal-soal yang rumit.
Diskusi matematika berjalan lancar, dan akhirnya kami semua selesai mengerjakan soal-soal tersebut. Emang bener sih apa yang dikatakan sama Shella tadi, pekerjaan sulit kalo dikerjakan bareng-bareng bakal selesai. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.45, saatnya kami semua pulang ke istana masing-masing.
“Teman-teman, sebelum pulang kita berdoa dulu. Supaya dalam perjalanan pulang kita bisa selamat sampai tujuan. Berdoa mulai ” sambil dipimpin oleh Pandu ketua kelas VIII B.
Kami mulai berdoa dengan kusyuk.
Setelah selesai berdoa, kami semua berhamburan keluar kelas.
“Pulang Mel ” pamit Wisnu saat keluar kelas bersama Eko dan Pandu dengan hiasan senyuman yang manis.
Aku merespon saat Wisnu berpamitan,”Iya Wisnu, duluan aja nggak apa-apa kok, nanti aku nyusul bareng Shella.”
“Oke deh, aku tunggu kamu di tempat biasa ya Mel” ucap Wisnu sembari melambaikan tangan kearahku.
Aku membalas dengan anggukan dan tersenyum pada Wisnu.
"Pulang Shel.." pamit Wisnu pada Shella.
Shella merespon Wisnu dengan senyuman.
"Yuk pulang Shel..." ajakku.
“Mel, maaf ya aku nggak bisa pulang bareng kamu. Karena hari ini Nugroho ngajakin aku jalan di tempat sesuatu” terang Shella.
“Iya nggak apa-apa Shel, lagian aku juga pulang sama Wisnu. Dia udah nungguin aku ditempat biasa yang buat pemberhentian bus” bisikku.
“Cie Amel ” heboh Shella.
“Apaan sih, tu kan mulai” dengusku yang terselip perasaan salah tingkah.
“Nggak apa-apa Mel, lagian kamu sendiri juga suka kan kalo pulang bersama pangeranmu” goda Shella sembari menyenggolku.
Aku menggangguk dan tersenyum tersipu malu kearah Shella.
“Lho, kenapa nggak pulang dengan teman-teman yang lain aja Mel?” tanya Shella.
“Yang lain pada dijemput gitu alasannya Shel” terangku.
“Hahaha… paling mereka sengaja buat alasan aja Mel biar kamu bisa pulang bareng sama Wisnu” gelak Shella.
Dari depan kelas, Nugroho sudah menghampiri Shella yang masih di dalam kelas.
“Tuh udah dijemput sama pangeranmu Shel” seruku.
“Iya Mel, kalo gitu aku sama Nugroho pulang duluan ya” balas Shella.
"Hay Mel..." sapa Nugroho padaku, “Kita langsungan ya Mel, keburu semakin siang” pamit Nugroho yang mendapat anggukkan dari Shella.
“Oke deh, kalian selamat seneng-seneng aja ya” balasku sambil tersenyum,"titip Shella ya Nug.." pesanku pada Nugroho.
"Siap, temenmu akan kujaga baik-baik" angguk Nugroho dengan tangannya membentuk hormat.
Shella tampak tersipu, lalu menjawab.“Kamu juga Mel, selamat seneng-seneng ketemu sama Wisnu” bisik Shella jahil.
“Ye… emang udah ketemu kan tiap hari di kelas” cengirku sembari mengumpat salah tingkah.
“Iya juga ya ” balas Shella sambil nyengir.
“Ayolah Say, keburu panas nih” ajak Nugroho mulai nggak sabaran.
“Sabar dong, aku pamitan sama Amel dulu ” balas Shella sambil tertawa geli.
Setelah Shella dan Nugroho pergi, kemudian aku sendiri meninggalkan kelas lalu pulang dan menuju tempat pemberhentian bis.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments