4

Sementara itu di kantin, Shella dan Fia sedang kebingungan mencari camilan apa yang akan mereka lahap di kelas nanti.

“Beli apaan ya?” kata Fia sambil kebingungan memilih makanan yang akan dibeli.

“Beli camilan ajalah, biar bisa dimakan rame-rame sama Amel di kelas” saran Shella sembari memilah-milah snack.

“Ah… nggak kenyang dong, malah bikin ngantuk” tampik Fia.

“Justru yang bikin ngantuk itu makan berat” terang Shella sambil mengeluarkan uang 1000 rupiah di sakunya.

“Roti aja deh bikin kenyang” kata Fia memilih roti yang ada dikeranjang.

“Hmm, awas ngantuk di kelas ” respon Shella sembari tertawa geli.

“Aman kok, aku kelaparan Shel soalnya” balas Fia sembari nyengir.

“Iya ya, ngerjain soal Matematika tadi cukup membuang banyak energi” ucap Shella sembari tertawa.

“Iya lhoh, tumben gurunya kasih soal susah banget. Aku sampe pusing ngerjainnya juga” angguk Fia sambil mengeluarkan uang 1500 rupiah di sakunya.

"Mana setelah istirahat juga disambung lagi materinya" keluh Shella.

"Nanti kalo nggak bisa, kan bisa diskusi kelompok sama Amel juga Shel" ucap Fia dengan tersenyum.

Shella mengangguk dan tersenyum,"Iya Fi. Nanti kita bahas lagi."

Mereka berdua segera meninggalkan kantin dan menuju ke kelas, ternyata saat langkah mereka menuju kelas berpapasan dengan Wisnu yang hendak jajan juga di kantin.

“Eh Wisnu” sapa Shella.

“Eh Hey Shel, dari mana kalian berdua?” tanya Wisnu dengan ramah.

“Ini kami dari kantin mau ke kelas dong, kamu sendiri mau kemana?” Shella tanya balik.

“Wah berlawanan dong, kalian mau ke kelas sementara aku gantian mau ke kantin. ” balas Wisnu sambil nyengir kuda,“btw, Amel nggak ikutan kalian ke kantin?” tanyanya lagi.

“Tadi kami sudah ngajakin Amel juga, tapi katanya nggak mau ikutan gitu” terang Fia.

“O… begitu ya” balas Wisnu dengan memasang ekspresi kecewa.

“Kenapa memangnya Wisnu?” tanya Shella.

“Oh nggak apa-apa kok Shel, cuma nanya aja. Salam lagi ya buat Amel” pesan Wisnu penuh senyum.

Mendengar Wisnu menitip salam, Shella langsung mengumpat rasa gelinya.

“Iya deh, tenang aja nanti aku sampein buat Amel” balas Shella dengan senyuman juga.

“Thanks Shel, Kalo begitu aku ke kantin dulu ya Shel” pamit Wisnu yang langkahnya ingin segera menuju kantin.

“Iya, kebetulan kami berdua juga mau balik kelas, kasian Amel sendirian di kelas" terang Shella.

“Oke deh” balas Wisnu sambil meninggalkan Shella dan Fia.

Sekembalinya di kelas, tampak Shella bergegas menghampiriku dengan ekspresi ingin memberitahuku sesuatu. Sementara aku sendiri juga ingin menyampaikan sesuatu pada Shella.

“Shel! Mel!” panggil kami serentak.

“Kok manggilnya kompakan gitu sih” ucap Fia dengan ekspresi geli.

Kami tertawa serentak.

“Kamu duluan deh Shel” kataku mengalah.

“Nggak ah Mel, kamu duluan” balas Shella yang ingin mengalah juga.

“Iya deh aku duluan” kataku mulai membuka pembicaraan.

“Kenapa memangnya Mel?” tanya Shella mulai kepo.

“Tadi sewaktu kalian berdua ke kantin, Nugroho kan kesini. Terus dia nanyain kamu gitu Shel, ya aku apa boleh buat ngasih tau namamu ke dia….” kataku terpotong.

“Terus Mel?” tanya Shella penasaran dan mengumpat rasa salah tingkahnya.

“Terus Nugroho bilang kalo kamu itu manis” kataku terpotong lagi.

“Cie…. Shella, udah tanda-tanda tuh” ejek Fia.

“Ih… apaan sich kamu ini Fi” balas Shella malu-malu.

“Dilanjutin nggak nih ceritanya” tawarku.

“Iya dong, kan aku pingin tau kelanjutannya” kata Shella dengan semangat.

“Setelah itu Nugroho bilang sama aku kalo dia suka sama kamu dan nitip salam juga buat kamu, Shel" terangku lagi sampai selesai.

Mendengar hal itu Shella nggak percaya. Ekspresi Shella berubah menjadi salah tingkah.

“Beneran Mel, Nugroho bilang gitu sama kamu" tanya Shella yang masih dengan ekspresi hebohnya.

Aku tersenyum sembari menggangguk mantap kearah Shella.

“Wah nggak nyangka akhirnya cintaku terbalaskan juga oleh Nugroho” kata Shella girang.

“Aduh… ada yang lagi kesengsem nih saat ini" goda Fia.

"Hehehe, apaan sih kamu ini. Malu tau kalo temen-temen yang lain pada tau” balas Shella malu-malu.

“Terus tadi kamu mau sampein apa Shel buat aku?” tanyaku bergantian.

“Tadi sewaktu aku sama Fia habis dari kantin, ketemu Wisnu lho….” terang Shella kepotong.

“Oya. Trus… trus…” balasku yang bergantian menjadi senang.

“Dia nanyain kamu Mel kenapa nggak ikutan kami berdua” sambung Fia.

“Setelah itu?” tanyaku lagi sambil mengumpat senyumku.

“Biasalah nitip salam buat kamu gitu Mel” kata Shella bergantian meledekku.

Entah kenapa setiap aku dapat salam dari Wisnu, rasanya semakin berdebar jantungku. Aku merasakan merona di pipi saat Shella bercerita demikian.

“Naksir kamu kali Mel” bisik Fia sembari ikut menggodaku.

Aku hanya membalas dengan senyuman aja. Yup, senyuman tersipu malu pastinya.

“Wah, hari ini emang kita dipertemukan oleh orang-orang yang kita cintai Mel” girang Shella.

“Iya Shel, nggak nyangka aja ya bakal dibalas dengan orang-orang terkasih kita” balasku dengan melebarkan senyuman.

Tiba-tiba terdengar suara,“O…. jadi selama ini kamu nolak aku gara-gara kamu kesengsem sama orang lain ya Mel” kata Vian menghampiriku.

Shella dan Fia terdiam.

“Maksudnya Vi?” bengongku tak mengerti maksud Vian.

“Ya maksudnya dulu kamu nolak aku gara-gara kamu naksir sama anak kelas lain” terang Vian.

“Nggak kok, aku nolak kamu gara-gara aku nggak suka aja sama kamu. Bukan gara-gara aku naksir anak kelas lain” terangku.

“Kenapa sih kamu nggak ngerti perasaanku selama ini. Aku mengagumimu sejak lama Mel, sejak pembagian kelas beberapa bulan yang lalu” ungkap Vian jujur.

“Emang kalo aku beneran nggak suka sama kamu harus dipaksa ya? Nggak bisa Vian, karena mencintai orang dan dicintai orang itu hak masing-masing, lagian aku juga nggak ngelarang kok kamu naksir aku. Tapi please! Aku emang beneran nggak suka sama kamu, apalagi cinta. Aku cuman bisa cinta orang yang buat aku terkagum-kagum dan beneran suka, jadi kalo misal aku maksa aku nerima cintamu, nanti lama-lama berujung sakit hati” jelasku panjang lebar.

“Tapi Mel, kenapa sih kamu nggak nerima cintaku aja. Ketimbang kamu naksir orang lain?” lirih Vian.

“Karena yang namanya cinta nggak bisa dipaksain begitu aja Vi, kamu mau ntar lama-lama aku bikin sakit hati terus gara-gara cintaku palsu? Nggak kan? Ya udah jangan maksa aku lagi untuk jatuh cinta sama kamu” tegasku.

Vian pun akhirnya diam dan kalah dengan perkataanku barusan, tapi dalam hati Vian mengatakan ”Nggak gampang Mel untuk menyerah gitu aja buat dapetin kamu. Pasti suatu saat kamu akan jadi milikku” sambil tersenyum sinis.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Seiring berjalannya waktu, kami semua akan menghadapi ulangan akhir semester 2.

Aku, Shella, dan Fia sedang sibuk menyiapkan belajar kelompok malam itu. Dengan harap kami semua dapat naik kelas dengan nilai yang memuaskan. Akhirnya ulangan akhir semester 2 pun datang, dan diadakan selama seminggu. Alhamdulillah, kami semua lancar mengerjakan soal-soal tersebut.

2 pekan kemudian saat setelah kami menempuh ulangan kenaikan kelas VII menuju kelas VIII, Sabtu itu pembagian rapot kenaikan. Kami semua menyambut gembira karena kami semua naik ke kelas VIII.

“Shella. Akhirnya aku naik juga ke kelas VIII” girangku saat menelpon Shella dirumahnya.

“Iya Mel, aku juga seneng nih naik ke kelas VIII” jawabnya senang saat dalam telepon.

“Semoga kita sekelas lagi ya Shel” harapku.

“Iya Mel, aku juga berharap seperti itu kok” balas Shella.

“Liburan kita main bareng yuk” ajakku.

“Oke Mel, nanti kita rencakan lagi kapan mau main bareng” saran Shella.

Aku mengangguk setuju,"Siap Shella, kapan pun main aku oke" ucapku sembari tertawa.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Pagi hari tak seperti biasanya aku bangun pagi, karena Sabtu itu aku mulai masuk sekolah lagi setelah 3 minggu libur semesteran. Seneng deh pada waktu pembagian kelas Sabtu itu.

“Hore!!! Akhirnya kita bertiga satu kelas lagi” seruku saat melihat namaku, Shella, dan Fia tercantum dikelas VIII B.

“Iya Mel, seneng banget ya kita akhirnya sekelas lagi” sambung Shella

“Iya dong, berarti kita bertiga emang ditakdirkan untuk sekelas lagi disini” tambah Fia.

Dan saat itu juga…..

“Amel…”

“Wisnu…”

Seru kami serentak yang langsung membuat Shella dan Fia meledek kami.

“Ciee, Amel sama Wisnu akhirnya sekelas” heboh Shella.

"Shellaaaa" tegurku pada Shella sembari menutup perasaan salah tingkah.

Shella tertawa saat aku menegurnya.

“Kamu di kelas VIII B juga ya” tanyaku pada Wisnu.

“Iya Mel, aku di kelas VIII B. nggak nyangka ya kita bisa satu kelas” angguk Wisnu dengan tersenyum.

“Iya Wisnu. Nggak nyangka kita bakal satu kelas ” balasku dengan tersenyum tersipu.

“Ciee, cieee ” ledek Fia padaku dan Wisnu.

“Apaan sih Fi, jangan gitu lah. Aku salah tingkah nih” balasku sambil tersipu-sipu.

Sementara Wisnu hanya tersenyum pada kami.

“Sepertinya kalian berdua emang jodoh, tiap saat dan setiap hari dipertemukan terus” kata Shella.

Saat kami sedang mengobrol satu sama lain, ada yang menggabung.

“Amel… Shella...masih ingat denganku?” panggil Tami saat melihat namanya ada di daftar kelas VIII B kemudian menghampiriku, Shella, Fia dan Wisnu.

“Ye… kamu lagi, kamu lagi. Bosen tau ketemu kamu mulu” protes Wisnu.

“Huh… aku juga bosen tau ketemu kamu mulu” gerutu Tami.

Mendengar Wisnu dan Tami saling protes, aku dan kedua temanku tertawa.

“Hore! Aku sekelas lho sama kalian” seru Tami dengan girang.

“Wah asyik, nambah temen lagi” ucap Fia senang.

Tami tersenyum kearah Fia, lalu memperkenalkan diri. “Hy aku Tami. Btw nama kamu siapa?” tanya Tami pada Fia sambil mengulurkan tangannya.

“Fia. Aku dulu teman sekelas Amel dan Shella” terang Fia sambil membalas menjabat tangan Tami.

“Salam kenal ya” balas Tami pada Fia.

“Ogah yaa” cibir Wisnu ikut menggabung.

Aku, Fia dan Shella menertawakan Wisnu dan Tami saling meledek.

“Ye, Orang aku kenalan sama Fia kok bukan kamu” cibir Tami sembari melirik kesal kearah Wisnu.

Sementara Wisnu hanya membalas dengan menjulurkan lidah untuk membalas cibiran Tami.

“Tami, salam kenal ya” kata Fia.

“Oke Fia ” balas Tami dengan senyuman.

“Wisnu ” kata Wisnu sambil memperkenalkan diri pada Fia.

“Siapa loe, pake sok-sok kenal lagi” ejek Tami bergantian.

“Ye, emang kenalan nggak boleh” bela Wisnu bergantian mencibir Tami.

“Nggak tu ” ledek Tami sembari tertawa.

“Fia ” balas Fia sambil menjabat tangan Wisnu.

“Salam kenal ya” kata Wisnu sambil tersenyum.

“Iya, salam kenal juga” angguk Fia dengan senyuman juga.

“Wisnu…….” panggil Eko saat menggabung kami berlima.

“Woy, ada apa Ko?” sahut Wisnu dengan melambaikan tangan kearah Eko.

“Kita sekelas lho” terangnya penuh senyum dan menghampiri Wisnu.

“Wah… asyik dong” balas Wisnu penuh senyum juga.

“Yah, sebel deh harus ketemu ini orang lagi” gumam Tami yang ternyata di dengar oleh Wisnu.

“Ciee, yang sekarang ketemu di kelas VIII B, wah asyik tu sekelas sama orang yang disuka” ejek Wisnu pada Tami dan Eko.

“Wisnu……………!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Tami dan Eko serentak sambil mengejar Wisnu.

Wisnu langsung terpingkal-pingkal sembari berlari menghindari kejaran Tami dan Eko.

Sementara, aku ikut merasa geli karena melihat Wisnu dikejar oleh Tami dan Eko. Wisnu menoleh kearahku, lalu dia melempar senyuman manisnya padaku. Aku langsung membalas senyuman untuk Wisnu dengan tersipu malu.

Tiba-tiba dari kelas sebelah, Shella melihat Nugroho di kelas VIII A.

“Kenapa Shel?” tanyaku saat melihat Shella bersedih.

“Yah, Nugroho dikelas sebelah Mel” terang Shella.

Aku tersenyum melihat sahabatku satu ini dan menghiburnya. “Nggak usah sedih Shel, kan walaupun beda kelas tapi masih tetep satu sekolahkan?”

“Iya sih Mel, tapi aku kepingin satu kelas dengan Nugroho” lirih Shella.

Tiba-tiba Nugroho menghampiri kami yang masih di depan kelas.

“Maaf ya Shel, kita nggak sekelas” kata Nugroho menghampiri Shella dengan ekspresi sedih.

“Iya Nug, nggak apa-apa kok” balas Shella dengan mengembangkan senyumannya.

“Shella..” panggil Nugroho,"makasih ya udah ngertiin aku" ucap Nugroho pada Shella.

“Iya Nug, nggak apa-apa kok” angguk Shella dengan tersenyum,"istirahat nanti kamu bisa kesini" Shella melanjutkan ucapannya.

"Mel..." panggil Nugroho padaku.

"Ya Nug, ada apa?" sahutku.

"Nitip Shella ya" pesan Nugroho.

Aku tertawa,"Tenang Nug, Shella nggak bakal aku umpetin kok" candaku yang mendapatkan lirikkan tajam dari Shella.

Bukannya aku takut, malah semakin terpingkal-pingkal melihat wajah merona mereka berdua.

“Amell ihh” protes Shella terlihat salah tingkah.

“Bercanda kali Shel ” balasku yang masih merasa geli.

Nugroho juga ikut tertawa geli saat melihat Shella terlihat salah tingkah.

“Kalo begitu aku masuk kelas dulu ya Shel” pamit Nugroho.

“Iya Nug, kalo gitu ada kesempatan mampir kelasku ya” angguk Shella.

Nugroho membalas dengan menggangguk dan tersenyum.

Beberapa menit kemudian bel masuk.

“Mel, aku duduk sebelahmu ya” pinta Shella.

“Oke deh Shel” anggukku dengan tersenyum.

Kemudian kami segera duduk di bangku depan nomor dua.

“Amel, aku duduk dibelakangmu ya sama Eko” pinta Wisnu.

“Enak aja, orang dari aku udah minta duluan kok duduk dibelakang Amel” usir Tami saat mau duduk bersama Fia.

“Ye... emang salah kalo aku duduk sini” protes Wisnu tak mau kalah.

“Salah dong, orang aku duluan kok yang minta dari tadi sama Amel” balas Tami tidak terima.

“Udahlah Wisnu, lagian kita sebagai cowok harus ngalah sama cewek. Mending kita nyari tempat duduk dibelakang aja yuk” ajak Eko.

“Okelah kita duduk dibelakang aja” balas Wisnu mengalah.

Akhirnya Tami dan Fia duduk dibelakangku, sementara Wisnu dan Eko duduk dibelakang Tami dan Fia.

Dikelas VIII B, aku juga berkenalan dengan Irul, Tanto, Adit, dan lain sebagainya. Aku betah banget sekarang menjadi murid VIII B, betah karena teman-temannya ramah trus setelah itu kita bertiga sekelas lagi dan yang terpenting aku akhirnya aku bisa sekelas dengan Wisnu. Cowok yang ku kagumi dari kelas VII.

Ternyata Wisnu orangnya asyik juga dan baik hati. Terlihat sangat supel saat bergabung dengan teman yang lainnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!