My Name Is Amel

My Name Is Amel

1

"Krriiiiiiiiiingggggggggggggg"

Suara dari jam beker sialan di lemariku berbunyi. Aku segera terbangun karena sadar bahwa hari ini sudah bertemu dengan hari Senin lagi.

Aku sedang menguap lebar karena masih ada rasa kantuk dan bersamaan dengan suara ketukan pintu dari luar.

Terdengar suara Ibu mengabsen ketiga anaknya untuk segera bangun dari mimpi indahnya.

"Meeeelll banguuuunnnn....."

"Miaaaaaa banguuuunnn....."

"Ardiiiiiii banguuuuunnnn...."

"Ya Buuuu....." sahut kami serentak dari kamar masing-masing.

Aku segera membuka kamar dan menyibakkan gorden kamar yang ternyata sudah pukul 05.20 .

Sementara dari kamar yang berbeda Mia dan Ardi melakukan yang sama sepertiku.

Saat kami sudah keluar kamar, ritual berebut kamar mandi di mulai. Tampak Mia dan Ardi sedang berdebat siapa yang akan ke kamar mandi terlebih dulu.

Sementara melihat kedua adikku berdebat, dengan santai aku mencuri start mereka yang langsung memasukki kamar mandi terlebih dahulu. Mengetahui hal tersebut mereka langsung kalang kabut dan menggedor pintu kamar mandi.

"Mbak Amelllllll........" seru mereka serentak.

Sementara aku yang sudah di kamar mandi hanya tertawa penuh kemenangan.

Oh iya... hay, namaku Amel yang biasa di ucapkan teman-teman di sekolahku untuk memanggilku. Sebenarnya nama lengkapku Amelia Mareta, karena aku lahir dibulan Maret. Aku gadis SMP yang masih berumur 13 tahun, Aku adalah type orang yang gampang beradaptasi dengan teman-teman di sekolah, periang, dan setia mendengarkan curhatan dari teman-temanku dan agak cerewet. Aku punya dua sahabat yang selalu ada setiap aku butuhkan mereka bernama Shella dan Fia. Beruntung sekali kami bertiga sekelas lagi.

Jujur,  parasku tidak begitu cantik. Anehnya ada seorang cowok yang ingin sekali jadi pacarku, tapi aku nggak ada rasa suka dengan itu cowok. Dia bernama Vian, kalau aku lihat dari tampangnya sih biasa saja dan udah gitu orangnya jutek plus tempramen.

Siang ini saat jam mata pelajaran kosong, tiba-tiba Vian menghampiri bangkuku.

“Amel, sebenarnya kamu udah punya pacar belum sih? ”tanya Vian sambil malu-malu menghampiri bangkuku.

“Belum, emang kenapa?”jawabku singkat.

“Kalo belum punya pacar, boleh nggak aku jadi pacarmu?“ pinta Vian.

Aku terkejut mendengar pernyataan itu dari Vian. Sementara hatiku sendiri tak pernah sedikit pun menaruh perasaan dengannya, aku terdiam dan berpikir bagaimana cara menolak Vian baik-baik tanpa menyakiti hatinya.

“Gimana Mel, mau nggak?” desak Vian yang suaranya membuyarkan lamunanku.

“Mmm, gimana ya Vi?” balasku yang masih bingung ingin menolaknya bagaimana.

Vian mengumpat senyumnya dan berharap cintanya diterima olehku, tapi dugaan itu melesat. Saat aku mengatakan” Vian. Maaf banget ya aku nggak bisa nerima perasaanmu.”

“Yah Mel berarti cintamu bukan buatku dong” decak Vian dengan perasaan kecewa.

“Maaf banget ya Vi. Lebih baik kita temenan aja” terangku dengan tersenyum.

“Ya udahlah Mel nggak apa-apa kok” balas Vian yang masih memasang ekspresi sedih karena kutolak.

Setelah itu, Vian kembali lagi ke bangkunya dengan ekspresi sedih, sementara aku sendiri masih tak enak hati karena menolaknya. Kejadian baru saja membuatku terdiam. Tiba-tiba Fia dan Shella mengagetkan lamunanku.

“Woy Mel, ngalamun aja nih” teriak Fia dan Shella serentak.

“Eh kalian. Iya nih aku lagi kepingin sendirian” kejutku dan seulas senyum kuberikan kepada kedua sahabatku.

“Kita berdua temenin deh biar kamu nggak kesepian Mel” tawar Fia dengan senyuman.

“Iya Mel. Lagian kalo sendirian nggak enak kan nggak ada yang diajak ngobrol” sambung Shella sambil nyengir kuda kearahku.

“Iya deh nggak apa-apa kalo kalian kesini nemenin aku. Makasih ya udah mau nemenin aku” balasku dengan senyuman lagi.

“Iya Mel sama-sama. Toh kita berdua kan sahabat kamu, jadi kita berdua harus selalu ada buat kamu” kata Fia dengan senyuman melebar dan dilanjut Shella yang ikutan tersenyum.

“Oya Mel, tadi kok aku lihat Vian duduk di sebelahmu sih?” tanya Shella tiba-tiba.

“Iya Mel, ada apaan sih?” sambung Fia yang terlihat kepo juga.

Aku secara malu-malu menceritakan kejadian tadi kepada kedua sahabatku secara detail.

“Hah! Yang bener aja Mel?” heboh Shella & Fia secara kompak membuat sebagian teman-teman sekelas menoleh kearah kami.

Sadar bahwa Shella dan Fia sempat heboh di kelas, langsung saja mereka segera mengecilkan volume suaranya.

“Seriusan Mel, apa yang kamu ceritakan kepada kami?” tanya Shella sekali dengan mengecilkan suara.

Sementara Fia hanya manggut-manggut dan tampak kepo dengan ceritaku juga.

“Seriusan deh Shel...Fi... Menurut kalian tindakanku salah nggak sih nolak Vian” ceritaku pada mereka.

Shella tersenyum lembut padaku saat aku menanyai tentang perihal itu. “Nggaklah Mel, perasaan suka itu tumbuh dari hati paling dalam. Bukan paksaan” terang Shella.

“Iya Mel, lagian kalau perasaan dipaksakan nantinya jadi setengah hati menjalankannya” sambung Fia juga dengan anggukkan.

“Bener juga, aku benar-benar tak ada rasa dengannya. Makanya aku tolak tadi” anggukku mengerti.

“Yaudah, kalau kamu memang nolak Vian. Berarti rasa sukamu nggak se besar Vian menyukaimu” Shella menjelaskan lagi.

“Iya Mel, aku setuju dengan pendapat Shella. Berarti Vian belum pas dihatimu. Nanti kamu pasti akan mendapatkan cinta yang sesungguhnya” hibur Fia.

Aku tersenyum senang mendengar nasihat dari kedua sahabatku. “Thanks ya untuk kalian. Aku jadi merasa lega dan sedikit paham tentang apa artinya cinta” balasku sembari memeluk kedua sahabatku.

Shella dan Fia tersenyum padaku lalu menyambut pelukanku dan membalas memelukku.

Saat sang guru masuk kelas, kami bertiga melepaskan pelukan masing-masing dan mulai mengikuti pelajaran lagi sampai jam istirahat.

Bel masuk sekolah pun berbunyi, itu pertanda istirahat telah usai. Tapi entah kenapa Vian masih mengharapkan perasaan untuk Amel dengan cara melihatnya dari jauh.

“Hayo! Lagi lihat siapa nih?” kata Eka mengagetkan lamunan Vian saat sedang duduk dibangku sebelahnya.

“Apaan sih? Orang aku nggak liat siapa-siapa kok” tampik Vian cepat-cepat.

“Kamu itu nggak usah bohong deh Vi. Aku tau kok kamu pasti lagi liatin Amel kan yang lagi ngobrol-ngobrol sama Shella & Fia” balas Eka tepat sasaran.

Vian langsung terlihat salah tingkah, “Ye…Nggak kale. Siapa juga yang ngarep cinta Amel lagi?” tampik Vian lagi.

“Ciee, Vian habis nembak Amel ya" ledek Eka dengan ekspresi heboh yang membuatku dan kedua temanku menoleh kearahnya.

Mendengar ledekkan Eka membuat Vian langsung cepat-cepat membekap mulut Eka, “Ekaaa, diam ya” dengus Vian merasa sebal.

Eka malah semakin tertawa saat Vian masih saja salah tingkah,“Terus gimana? Udah dijawab belum sama Amel?” tanya Eka lagi.

Vian menggangguk lalu menjawab,"Sudah, tapi ditolak sama dia."

Eka tersenyum lalu refleks mengusap pelan punggung Vian yang masih terlihat sedih,"Sudah Vi, kalo memang dia nggak suka kamu, jangan dipaksain. Ikhlasin saja" hibur Eka pada Vian.

“Ikhlas sih, tapi hati kecilku masih ngarepin Amel” lirih Vian.

“Itu namanya belum ikhlas kale Vi. Tapi tenang aja kok masih ada cewek yang mau nerima kamu,” senyum Eka sembari menghibur teman sebangkunya.

“Iya Ka, makasih ya udah menghibur aku” senyum Vian yang masih terlihat pilu.

Eka mengangguk kearah Vian. “Oya, emang alasan Amel nolak kamu apa?” tanya Eka yang masih terlihat kepo.

“Nggak tau Ka, apa alasan nolak aku” respon Vian sembari mengangkat bahunya.

Mendengar cerita dari Vian, Eka hanya manggut-manggut saja tanpa berkomentar.

Tiba-tiba Eka meminta tolong pada Vian untuk diantar ke kamar mandi.

“Vi, anterin aku ke kamar mandi yuk. Aku kebelet nih,” pinta Eka.

Vian tergelak,"Busyet!! Kamu kayak anak cewek aja. Ke kamar mandi pun minta ditemenin."

Eka hanya membalas dengan ekspresi nyengir kearah Vian. “Ya udah. Aku ke kamar mandi dulu ya,” pamit Eka sambil berlari.

“Oke” balas Vian disela-sela tawanya.

Sepeninggalan Eka ke kamar mandi, Shella sangat kasian melihat Vian yang sedang murung dan sendirian. Kemudian Shella menghampiri ketempat duduk Eka yang kebetulan Eka lagi ke kamar mandi.

“Kenapa sih, dari tadi muka di lipet-lipet kayak karpet” ucap Shella membuyarkan kesendirian Vian.

“Aku sebenarnya masih kepikiran kejadian tadi Shel,” curhat Vian tiba-tiba.

Shella langsung manggut-manggut mengerti tentang apa yang Vian ceritakan.

“Kejadian yang tadi itu ya?” tanya Shella. “Amel udah cerita banyak kok sama aku” lanjut Shella menjelaskan pada Vian.

Vian mengangguk lirih tanpa menoleh sedikit pun kearah Shella.

“Terus alasannya Amel nolak aku apa Shel?” tanya Vian yang masih penasaran.

Shella menghela nafas saat Vian mendesaknya untuk mencari jawaban yang pas dan pastinya tak menyakitkan hati Vian untuk alasan Amel menolak cinta Vian, “Tadi kata Amel sih dia memang nggak ada rasa sama sekali gitu sama kamu, daripada ntar Amel nerima kamu karena setengah hati. Bakal sakit hati deh kalian berdua,” terang Shella menjelaskan baik-baik pada Vian.

Mendengar penjelasan Shella, Vian terdiam sesaat dan mengerti kenapa dirinya tadi ditolak Amel.

“O…gitu ya Shel alasan dia nolak aku. Ya udah makasih Shel atas informasinya,” respon Vian yang masih terlihat kecewa mendengar penjelasan dari Shella.

Shella mengangguk penuh senyum saat Vian akhirnya mengerti tentang penjelasannya tadi.

“Oke deh. Kalo gitu, aku balik dulu ya ke bangkuku,” pamit Shella saat melihat Eka sudah balik dari kamar mandi.

“Ya Shel....” balas Vian dengan tersenyum getir.

Shella segera berlalu dan kembali ke bangku semula.

“Ngapain Shella kesini?” tanya Eka sambil duduk di bangkunya, tepat sebelah Vian.

“Nanti aja deh aku ceritakan,” balas Vian saat melihat Bu Sara masuk kelas.

“Siang anak-anak” sapa Bu Sara saat memasuki kelas.

“Siang Bu” balas kami serentak.

“Maaf Ibu terlambat masuk kelas, sekarang kita buka buku Geografi halaman 20,” perintah Bu Sara saat menerangkan materi untuk murid-muridnya kelas VII G sampai bel pulang berbunyi.

Murid-murid segera membuka buku halaman tersebut tentang batuan.

“Batuan terdiri dari 3 jenis ada: batuan metamorf, batuan sedimen, dan batuan beku. Batuan-batuan tersebut juga dibagi-bagi lagi beberapa macam. Contonya: batuan beku dibagi menjadi tiga tahap yaitu batuan beku luar, batuan beku gang atau korok dan batuan beku luar dan sebagainya,” terang Bu Sara.

Beliau masih saja meneruskan materi tentang bebatuan hingga pelajaran berakhir. 20 menit kemudian bel pulang pun berbunyi dan murid-murid berhamburan keluar kelas.

“Pulang yuk Shel, Fi” ajakku pada mereka.

“Oke Mel” balas Shella dan Fia serentak.

“Tadi Vian cerita apa aja Shel sama kamu?” tanyaku penasaran.

“O…yang tadi itu ya” kata Shella.

Aku menggangguk, karena masih dihinggapi rasa tidak enak hati.

“Cuma tanya doang sama aku alasan kamu menolak perasaannya Vian” cerita Shella.

Ekspresiku hanya manggut-manggut saja kearah Shella. “Terus kamu jawab gimana?” tanyaku lagi.

“Ya aku jawab sesuai alasan kamu tadi dong kalo Amel nggak ada rasa sama kamu” terang Shella.

“Keliatannya Vian masih suka sama kamu Mel, ya walaupun tadi kamu tolak” sambung Fia tiba-tiba.

“Kok gitu Fi?” tanyaku tambah bingung.

“Iya Mel. Buktinya tadi itu dia liatin kamu terus waktu lagi pelajaran Geografi” terang Fia.

Aku manggut-manggut, “Ah udahlah nggak usah ngebahas tentang Vian lagi, toh kalo aku nerima perasaannya secara paksa pasti berujung sakit hati” ucapku merasa jengah.

“Iya juga Mel ” balas Fia sembari meringis kearahku.

“Dasar Fia” geli Shella sambil melirik kearah Fia.

“Ye…..Biarin dong” balas Fia sambil menjulurkan lidah kearah Shella.

Shella hanya membalas dengan cengiran kearah Fia.

“Yasudah, ngapain kalian malah ribut sendiri sih” komentarku,"lagian udah di tolak juga. Yuk ah pulang, kita cari bus" ajakku pada mereka berdua.

“Yah…kok jalan sih? Capek tau!” keluh Fia.

“Itung-itung olahraga Fi. Biar kamu agak kurusan dikit lah” kekeh Shella.

“Haha... sialan kamu Shel, mentang-mentang aku gendut sendiri diantara kalian” sungut Fia yang akan menoyor pelan lengan Shella.

Tampak Shella langsung tertawa puas dan berlari untuk berlindung dibelakangku.

Sementara aku sendiri hanya tersenyum geli melihat tingkah kedua sahabatku ini.

“Tapi bener juga kata Shella kok, biar kamu agak kurusan dikit Fi. Siapa tahu ntar yang naksir kamu banyak sampai pada kehabisan tiket” timpalku untuk Fia dengan ekspresi tersenyum geli.

“Ye Amel nggak sampai segitunya kali” respon Fia sembari mengumpat rasa geli juga.

“Hahaha, iya Mel. Bener kamu” balas Shella sambil ketawa lepas.

“Ya deh. Hari ini aku kalah sama kalian berdua,” cemberut Fia akhirnya mengalah.

Shella tampak geli melihat tampang manyun dari ekspresi wajah Fia. Aku juga merasa geli melihat tampang itu.

“Bercanda kali Jeng Fia” kataku sambil merangkul Fia.

Shella langsung tertawa lepas melihat tampang Fia masih manyun begitu.

Saat sedang berjalan menuju tempat pemberhentian bus, ada seorang setengah baya yang sedang menjemput Fia pulang. Yang tak lain Ayahnya Fia.

“Temen-temen, aku pulang duluan ya. Karena udah dijemput sama papaku,” pamit Fia.

“Iya Fi hati-hati di jalan” pesanku.

“Bye Fia dan hati-hati di jalan” sambung Shella sambil melambaikan tangannya.

“Oke temen-temen kalian juga hati-hati kalo naik bus” balas Fia yang juga melambaikan tangan ke arah kami.

Aku dan Shella membalas dengan mengacungkan jempol secara serentak pada Fia dan mengangguk sopan untuk Ayah Fia. Sepeninggalan Fia, aku dan Shella melanjutkan berjalan untuk mendapatkan bus.

Sesampai di pemberhentian bus.

“Huft! Capek juga ya ternyata jalan dari sekolah ke sini” keluhku sembari mengatur nafas.

“Iya Mel, banget lagi” balas Shella juga tampak kecapean.

“Kita cari tempat duduk yuk” ajakku.

“Oke Mel” angguk Shella dengan semangat.

“Waw Shel! Ternyata kita nggak sendirian ya nunggu busnya disini. Buktinya banyak temen-temen kita yang lagi nunggu bus pulang juga” seruku sambil duduk.

“Iya Mel ternyata banyak juga” angguk Shella yang mengikutiku duduk.

“Kita gabung sama mereka yuk biar nambah temen,” ajakku sambil berdiri lagi.

“Ya deh, padahal barusan duduk lho” cemberut Shella sambil berdiri mengikutiku.

Aku tersenyum geli kearah Shella sembari merangkulnya.

Setelah itu, aku dan Shella bergabung dengan teman-teman yang lainnya.

“Hey! Kalian anak Speropitzu juga ya” sapa seorang gadis manis pada kami.

“Iya kita anak Speropitzu juga kok” balasku dan Shella penuh senyum.

“Kenalin dong namaku Tami anak kelas VII B,” kata cewek tersebut sambil mengulurkan tangan pada kami berdua.

“Hay Tam. Aku Amel dan temenku ini Shella” balasku sambil menjabat tangan Tami dan mengenalkan Shella pada Tami juga.

“Oya kita berdua dari kelas VII G” sambung Shella dengan ramah.

“Salam kenal ya buatmu Tam” ucapku penuh senyum.

“Iya Amel, Shella. Salam kenal juga buat kalian berdua” balas Tami dengan senyuman juga.

“Iya sama-sama” sahutku dan Shella serentak.

“Oya. Kita ngumpul disana yuk sama temen-temen yang lain” ajak Tami.

“Oke deh ” angguk kami serentak.

Setelah mereka berkumpul dengan teman-teman yang lainnya, Tami mengenalkan pada teman-teman yang lain.

Kebetulan disana ada Nana, Tiwi, Nurul, Nisa, Putri, Eko, Kris, Adi, dan Wisnu. Waw!! Waktu aku kenalan dengan Wisnu ada perasaan yang tak biasa. “Dia tampan sekali, tampangnya babyface gitu” kagumku dalam hati.

“Shel. Yang namanya Wisnu cakep juga ya?” bisikku pada Shella.

“Iya Mel, ganteng banget malah” balasnya pelan.

“Lain tau waktu aku kenalan dengannya” terangku malu-malu.

“Cie, Cinta pandangan pertama nih” gelak Shella, lalu memelankan volume suaranya.

“Apaan sih kamu ini? Nggak kok” tampikku malu-malu.

“Nggak apa-apa deh kalo kamu naksir sama Wisnu. Pasti rahasiamu aman kok Mel” goda Shella.

“Nggak kok, siapa bilang aku naksir Wisnu?” tampikku sembari mengumpat malu.

“Kelihatan Mel, dari ekspresi wajahmu” bisik Shella iseng yang tak henti-hentinya meledekku.

Kami berdua ketawa geli bersamaan, tanpa mempedulikan sekeliling.

“Eh, kalian nggak gabung sama mereka” ucap Tami menggabung kami berdua.

Aku dan Shella meringis kearah Tami, lalu aku menjawab."Oke, Yuk Shel gabung kesana" ajakku pada Shella.

Shella langsung mengangguk dan mengikutiku dari belakang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat aku, Shella dan Tami sedang mengobrol, tiba-tiba Wisnu tersenyum manis kearahku. Aku terkejut mendapati dan pastinya salah tingkah, lalu kubalas senyuman manisnya.

Mendapati hal tersebut juga, Shella iseng menyikutku dan tak lupa sembari meledekku."Ciee Amel udah dapet kiriman senyuman maut tuh dari Wisnu" bisik Shella.

"Ssstt...diem dong. Aku kan malu Shel" balasku yang tidak bisa menyembunyikan rasa salah tingkah pada Shella.

"Eh, kenapa sih kalian berdua ini" ucap Tami sembari merasa geli pada tingkah kami.

“Eh… anu nggak apa-apa kok Tam, cuma…cuma….” kataku gugup.

“Cuma kita seneng aja Tam dapat banyak temen pulang disini” sambung Shella menutup-nutupi obrolan tadi.

Aku bernafas lega karena Shella berkata demikian. Tapi seakan Tami mengetahui gelagat kami.

“Ah bohong! ketahuan tu kalo lagi menyembunyikan sesuatu dari aku” tampik Tami.

“Hehehe… iya Tam, aku merasa lain aja waktu kenalan sama Wisnu” terangku malu-malu sambil melihat Wisnu sedang ngobrol-ngobrol dengan teman yang lain.

“O… aku kira ada apaan. Ternyata kamu kagum juga ya sama Wisnu, nggak apa-apa kali Mel lagian di kelas juga Wisnu banyak penggemarnya temen-temen yang cewek. Dia emang manis, pantes aja dulu waktu SD dia banyak yang naksir” terang Tami mengakui.

“Iya tuh Tam, Amel udah deg-degan tadi waktu salaman sama Wisnu” timpal Shella sembari melirikku.

“Apaan sih kamu ini Shel, malu tau kalo di denger sama dia secara langsung” kataku cemas.

“Nggak akan Mel, soalnya Wisnu terlalu sibuk ngobrol sama teman-teman barunya. Dia kalo di kelas sekarang menjabat ketua kelas juga” cerita Tami.

“Wah… manjur juga ya yang punya ketua kelas kayak Wisnu” goda Shella.

“Kok bisa Shel?” tanyaku rada bengong.

“Iya dong, secara gitu dia kan ganteng udah gitu menjabat ketua kelas lagi. Pasti banyak teman-teman yang iseng bikin kasus mulu dikelas biar ditegur sama Wisnu terutama anak-anak cewek,” gelak Shella yang iseng punya ide konyol seperti itu.

“Hahaha… ada-ada aja kamu Shel, ya nggak mungkinlah bikin ulah sampai segitunya,” gelak Tami mendengar penuturan konyol dari Shella.

Sementara aku sendiri juga merasa geli mendengarkan Shella berkata demikian.

Sekitar 15 menit kemudian bus kota yang ditunggu anak-anak Speropitzu datang juga dan kembali ke istana tercinta masing-masing.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!