Sudah seminggu Sandra bekerja di kantor, kemarin Rena sudah resmi mengundurkan diri.
Sesuai janji, Rena menjual motor matic miliknya pada Sandra dengan pembayaran akan dicicil setiap bulannya.
Sandra berterima kasih pada sahabatnya yang sejak bertemu banyak membantunya.
Berkat adanya motor itu, di jam makan siang dirinya bisa ijin sejenak, untuk menjemput putranya di sekolah.
Lumayan untuk menghemat pengeluarannya.
Suaminya tak banyak bertanya perihal motor dan pekerjaannya.
Ferdi yang cuek dan kurang perhatian padanya, baginya sudah terbiasa, tak masalah baginya yang utama adalah ia masih diberi nafkah dan tempat tinggal.
Tak dapat dipungkiri, Ferdi sama sekali bukan ayah yang baik untuk Xander malah cenderung keras dan galak.
Sandra masih berfikir positif dan berharap suaminya akan berubah menyayangi putranya dengan tulus.
Sepeninggal Rena, ia berteman akrab dengan Gita, hanya saja Sandra lebih banyak mendengar cerita rekannya itu tentang kisah cintanya atau tentang orang-orang kantor.
Gita lebih muda dua tahun dari dirinya, gadis itu baru bekerja sekitar satu tahun yang lalu.
Statusnya belum pekerja tetap, Gita masih berstatus pegawai kontrak, katanya kalau kinerjanya bagus beberapa bulan lagi, gadis itu akan diangkat menjadi pekerja tetap.
Gita juga mengatakan, bahwa staf admin tidak akan berhubungan langsung dengan bos, masalah laporan akan diserahkan terlebih dahulu ke manager keuangan untuk diperiksa, yang nantinya baru diserahkan ke bos.
"Aku tuh pengen deh Sa, masuk ke ruangan bos,"cetus Gita saat keduanya sedang makan siang di kantin.
"Memangnya ada apa di ruangan bos? apa kursi bos terbuat dari emas? sehingga kamu begitu ingin. keruangan itu?"tanya Sandra menanggapi.
"Yang aku denger dari teman-teman yang udah pernah ke sana, ruangan bos tuh wangi, rapi dan yang terpenting aku bisa cuci mata, secara bos tipe aku banget,"jawab Gita dengan mata berbinar.
"Ya udah sana, minta tolong mbak Celine,"sahut Sandra menyebutkan nama manajer keuangan.
"Dih mendingan aku liatin bos dari jauh, ya kali urusan sama mbak Celine, emang Rena nggak cerita, kalau mbak Celine diam-diam suka sama bos, ya meskipun nggak sampai godain, cuman kalau temen-temen bilang, mbak Celine yang buat cewek-cewek pada kabur kalau ketahuan tertarik sama bos,"
"Masa sih?"tanya Sandra.
"Bener Sa, mbak Celine beneran suka sama bos, aku pernah beberapa kali lihat tatapan berbinar beliau kalau lagi bareng bos,"jawab Gita mendramatisir.
Gadis berusia dua puluh enam tahun itu, dijuluki Lamb* tur*h nya kantor, karena semua gosip hangat di seputaran kantor, gadis itu bisa tau, termasuk soal para bodyguard yang tinggal di rumah belakang.
"Tapi selama tiga bulan aku kerja disini, aku belum pernah lihat bos ya! memangnya beliau jarang di kantor?"
"katanya sih, bos lagi belajar di Amerika,"
Sandra mengernyit, "emang bos masih kuliah? bukannya udah ada ijin resmi jadi pengacara ya?"
Gita menaikan bahunya, "aku nggak tau pasti Sa, yang jelas kata sekretarisnya di Amerika bos belajar,"jelasnya.
Setau Sandra memang bukan cuman bosnya yang berprofesi sebagai pengacara, ada beberapa rekan sesama pengacara yang menerima klien termasuk dua orang notaris yang kantornya berada satu lantai dengan bos mereka.
Sebenarnya Sandra bingung, tapi memilih diam dan tak bertanya, baginya cukup dirinya digaji tiap bulan dan tidak terlambat.
Mengetahui tabiat Gita yang seperti itu, saat rekannya bertanya soal kehidupan pribadinya, Sandra hanya mengatakan, telah menikah dan memiliki seorang anak berusia sembilan tahun dan tinggal disalah satu apartemen sederhana di Jakarta Selatan.
"Berarti nikah muda ya Sa? abis lulus SMA gitu?"tanya Gita penasaran.
Sandra hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Apa nggak riweh, ngurus anak sambil kuliah?"tanya gadis itu lagi.
"masih ada ibu yang bisa jagain anak aku,"jawab Sandra.
Bahkan gadis itu menanyakan tentang pekerjaan suaminya, Sandra menjawabnya dengan jujur, Ferdi kerja menjadi staf marketing disalah satu showroom mobil.
Sandra sering menemui orang seperti Gita yang selalu ingin tau kehidupan pribadinya.
Sebenarnya dirinya malas menanggapi orang seperti Gita tapi dirinya tak punya pilihan lain, wanita itu merupakan rekan kerja satu bagian dengannya.
Hari berlalu begitu cepat, tepat tiga bulan Sandra bekerja di kantor itu.
Karena selama tiga bulan ke belakang kinerja dan kelakuannya baik, akhirnya Sandra tanda tangan kontrak untuk setahun ke depan.
Gaji naik beberapa ratus ribu, juga beberapa tunjangan lainnya, seperti asuransi kesehatan.
Sandra bersyukur, setidaknya tambahan penghasilan itu bisa untuk mengajak puteranya jalan-jalan saat weekend.
Tidak sampai keluar kota, hanya kebun binatang, taman kota atau museum, beberapa kali mengajak putranya makan di mall.
Sandra hanya berdua dengan Xander, suaminya tak pernah mau ikut, apalagi bersama dengan putranya.
Ferdi seolah membenci Xander, padahal menurut Sandra putranya adalah anak yang pendiam dan tak banyak menuntut.
Mungkin masih belum terima dibohongi oleh kedua orangtuanya.
Berkali-kali Sandra meminta maaf pada suaminya atas nama kedua orangtuanya, namun Ferdi tak memberi tanggapan apapun.
Sandra hanya bisa pasrah dengan keadaan dan terus berharap agar suaminya kembali hangat seperti dulu.
Tak masalah jika kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi, toh itu bukan prioritas utama baginya, selama suaminya masih memberinya makan dan tempat tinggal meskipun harus meredam sakit hatinya saat mendapati luka beberapa kali memar di tubuh putranya.
Ini bukan masalah Cinta, kalau boleh jujur, hingga detik ini, Sandra tak ada rasa sama sekali dengan suaminya, ia hanya menjalani hidup sesuai jalannya.
Orang tuanya menjodohkannya, ia menikah, menjalani rumah tangga dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan putra semata wayangnya.
Buah cintanya dengan pacarnya dulu, cinta pertama yang hingga detik ini masih bertahta di hatinya.
Sandra pernah dengar jika cinta pertama sulit untuk dilupakan, dan ia mengalaminya hingga detik ini.
Dirinya sama sekali tidak bisa melupakan lelaki yang meninggalkan jejak untuknya.
Semenjak kedatangannya ke kota ini, ia belum bertemu dengan lelaki itu,
Untuk statusnya sebagai wanita bersuami, meskipun tak ada cinta dalam pernikahannya, tapi ia tak berniat menduakan Ferdi.
Ia sangat berharap di ibukota yang luas ini, dirinya tak akan bertemu dengan lelaki itu.
Dirinya takut akan goyah jika bertemu kembali dengan cinta pertamanya.
Memikirkannya saja, dadanya berdebar apalagi jika bertemu.
Jangan sampai mereka bertemu.
Sandra meyakinkan dirinya sendiri bahwa hidupnya hanya untuk putranya, biarlah cintanya tak sampai.
Sekarang ia harus fokus bekerja untuk menghidupi putranya,
Sedikit demi sedikit Sandra mulai menabung untuk pendidikan putera semata wayangnya, ia ingin memberikan kehidupan yang layak untuk Xander.
Sandra ingin, putranya sekolah ditempat yang terbaik.
Juga memberi tempat tinggal yang layak, ia ingin memberikan kamar pada putranya seperti dulu saat masih di rumah kedua orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Anonymous
sptny xander anak bos nya y.../Slight/
2025-01-09
0