Waktu penjelasan seminar berlangsung. Ia menatap sekeliling mencari kedua sahabatnya. Mereka ternyata memilih untuk duduk di tengah-tengah. Sebelum ia duduk, ia meminta maaf kepada pihak sekolah atas keterlambatan dirinya.
"Lo kenapa lama banget, sih, Nora? Lagian ngapain juga nolongin tuh adkel. Nanti lo juga kena masalah."
Ia duduk di samping gadis yang mengomel sedari tadi. Ia bahkan belum duduk berapa detik, sahabat sudah menanyakan pertanyaan beruntun dengan banyak drama. Nora menatap salah satu cowok yang juga merupakan bagian sahabatnya.
"Yudha coba pacarnya dikasih makan dulu, ya. Ini gue baru duduk, loh." Nora menatap wajah Yudha Prince Leonard dengan menyatukan kedua tangannya. Terlihat tampak memohon menunda penjelasan sebentar.
Yudha hanya tersenyum sembari mencubit pipi Giselle Riley Emely di sampingnya. Pasangannya adalah bunga matahari di antara bunga-bunga lainnya. Rambut cokelat keritingnya yang pendek menambah kesan ceria dan dinamis. Matanya yang bulat dan berwarna cokelat menunjukkan kehangatan dan kebaikan hatinya. Hidung peseknya membuat wajahnya tampak imut dan menggemaskan, sementara bibir tebalnya memberi kesan sensual dan penuh percaya diri. Tubuhnya yang pendek dan gemuk tidak mengurangi pesonanya, melainkan membuatnya lebih menarik dan lucu.
Nora merasa seperti nyamuk di antara bunga-bunga kasmaran ketika ia melihat Yudha dan pasangannya saling berpegangan tangan di bawah meja. Mereka adalah pasangan yang serasi dan romantis. Mereka selalu saling mendukung dan menyayangi satu sama lain. Namun, ia tidak iri sama sekali. Ia hanya ingin menjalani karir tanpa ada gangguan.
Nora menatap dengan kagum pada pembicara yang sedang berdiri di panggung. Ia merasa beruntung sekolahnya bisa mendatangkan motivator terkenal yang membahas tentang cara mengatasi perundungan di sekolah. Ia berdoa semoga para pelaku perundungan bisa menyadari kesalahannya dan berubah menjadi lebih baik.
Namun, di tengah seminar, ia merasa ada yang mengganggu konsentrasinya. Ia melihat dua orang gadis yang duduk di dekatnya sedang melirik-lirik Yudha, pacarnya Giselle. Nora mengenal Yudha dengan baik, karena ia adalah sahabatnya sejak kecil. Yudha memang tampan dan menarik, seperti pangeran yang terperangkap di dalam dunia yang sempurna. Ia memiliki tubuh yang tinggi dan berotot, rambut hitam yang rapi, dan mata cokelat yang tajam. Ia juga pintar dan berwibawa, sehingga banyak orang yang mengaguminya.
"Eh, lo tau dia siapa? Ganteng banget!" salah satu gadis itu berbisik pada temannya.
Nora tersenyum simpul dan mendekati mereka. Ia ingin memberitahu mereka sesuatu yang mungkin akan membuat mereka kecewa.
"Maaf ya, Dek. Dia itu pacarnya Giselle, temen sekelas gue. Mereka udah pacaran dari SMP." Nora berbisik dengan ramah.
Gadis-gadis itu langsung cemberut dan menyerah. Mereka tahu Giselle adalah sahabat ratu sekolah yang cantik dan populer. Nora menepuk pundak mereka dengan simpati. Ia tidak bermaksud menyakiti perasaan mereka, hanya ingin jujur saja.
Ia kembali memusatkan perhatian pada seminar. Seminar itu sudah memasuki sesi tanya jawab. Nora dipilih untuk mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
"Siap ya, Nak?" pembicara itu bertanya dengan ramah.
"Iya, Pak. Pertanyaan saya begini. Menurut data terbaru, hampir 25 persen siswa di Indonesia mengalami perundungan di sekolah pada tahun 2023. Bahkan, dalam dua bulan pertama tahun ini saja, sudah ada enam kasus perundungan yang terungkap. Jadi, pertanyaan saya adalah, apakah perundungan di sekolah disebabkan oleh kegagalan sistem pendidikan atau faktor-faktor lain di luar sekolah?" Nora bertanya dengan suara jelas dan mantap.
Para siswa yang mendengar pertanyaan Nora langsung bertepuk tangan dengan antusias. Mereka mengagumi Nora yang selalu berani dan cerdas. Mereka bangga memiliki Nora sebagai idola mereka di sekolah.
...****************...
Nora, Giselle, dan Yudha berjalan bersama menuju kantin. Mereka baru saja selesai mengikuti seminar tentang perundungan di sekolah. Mereka merasa seminar itu sangat bermanfaat dan menarik. Mereka tidak menyadari bahwa mereka adalah tokoh-tokoh populer di sekolah mereka. Mereka hidup dengan sederhana dan nyaman, tanpa drama atau masalah.
"Nora, lo keren banget! Gue salut sama lo yang bisa ngeluarin pertanyaan begitu. Lo itu cantik, pintar, dan baik hati. Gue pengen jadi kayak lo." Giselle memuji Nora dengan tulus. Ia memeluk lengan Yudha, pacarnya yang tampan.
"Ah, lo juga cantik kok, Gis. Lo juga pintar dan baik hati. Lo nggak usah minder sama siapa pun." Nora membalas pujian Giselle dengan senyum. Ia menganggap Giselle sebagai sahabatnya yang setia.
"Betul kata Nora. Lo nggak perlu merasa kurang apa-apa. Lo udah sempurna buat gue. Lo itu ratu gue." Yudha menambahkan dengan mesra. Ia mencubit pipi Giselle dengan lembut.
"Untuk lo, sayang." Yudha memberikan sebuah permen cokelat kepada Giselle. Ia tahu Giselle suka sekali dengan cokelat.
"Wow, makasih ya, Dha! Lo emang paling ngerti gue." Giselle menerima permen cokelat itu dengan girang. Ia membuka bungkusnya dan memasukkan permen itu ke mulutnya.
Mereka bertiga sampai di kantin. Mereka melihat banyak siswa yang sedang makan atau ngobrol di sana. Beberapa dari mereka menoleh ke arah mereka, terutama ke arah Giselle. Mereka iri dengan Giselle karena bisa mendapatkan pangeran sekolah mereka.
"Giselle, Nora, kalian cari tempat duduk dulu ya. Gue yang pesan makanan buat kita." Yudha menawarkan diri untuk memesan makanan.
Nora mengamati kantin dengan seksama. Ia mencari tempat duduk yang kosong untuk mereka bertiga. Ia melihat ada satu meja di pojok kiri yang hanya ditempati oleh seorang siswa laki-laki. Siswa itu adalah Ervin, adik kelasnya yang sering menjadi korban perundungan.
Nora mengenali Ervin karena ia pernah menolongnya dari para pengganggu pagi tadi. Ia merasa kasihan pada Ervin yang selalu sendirian dan tertekan.
"Gis, kita duduk di sana aja yuk." Nora menunjuk meja Ervin dengan jari telunjuknya.
"Ra! Ra! Jangan duduk di sana!" Giselle berteriak dengan panik. Ia menarik tangan Nora agar tidak mendekati meja Ervin.
Nora bingung dengan reaksi Giselle. Ia bertanya pada sahabatnya itu, "Kenapa sih, Gis? Ada apa sama meja itu?"
"Gue nggak mau lo deket-deket sama anak itu, Ra! Lo tau nggak siapa dia? Katanya dia itu anak dari pelakor! Ibunya itu perebut suami orang! Dia pasti punya niat jahat sama lo!" Giselle menjelaskan dengan marah. Ia takut kebaikan sahabatnya cuman dimanfaatkan oleh cowok itu.
"Gis, lo jangan mudah percaya sama omongan orang-orang. Mungkin mereka cuma iri sama Ervin karna dia pintar atau baik hati. Kita nggak boleh nilai orang dari latar belakang keluarganya. Bisa aja itu kabar angin dari orang yang iri sama dia." Nora mencoba meyakinkan Giselle.
Nora tetap berjalan menuju meja Ervin. Ia ingin mengajak Ervin untuk bergabung dengan mereka. Ia tidak peduli dengan pandangan orang lain. Giselle mengikuti Nora dengan enggan. Ia tidak suka dengan keputusan Nora. Ia merasa Nora terlalu naif dan mudah ditipu.
Di meja Ervin, Ervin terkejut melihat Nora dan Giselle mendekat ke arahnya. Ia ingat Nora adalah kakak kelas yang menolongnya pagi tadi. Ervin merasa takut dan cemas. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.
"Loh, Neng Nora? Mau duduk di sini, Neng? Tunggu abang buang sampah dulu." tiba-tiba ada dua siswa laki-laki yang datang ke meja Ervin. Kedua lelaki itu menarik Ervin dari kursinya. Mereka hendak membawa Ervin ke tempat lain.
"Hey, lo pada mau ngapain sama dia?" Nora bertanya dengan tegas. Ia tidak suka melihat perlakuan penghuni sekolahnya pada Ervin.
"Lo nggak usah ikut campur, Neng! Ini urusan kita sama dia! Dia itu sampah yang harus dibuang!" Salah satu dari orang itu menjawab dengan kasar.
"Lo nggak boleh ngomong begitu sama dia! Dia itu manusia yang punya hak dan perasaan! Lo nggak boleh bully dia!" Nora membela Ervin dengan berani. Ia berani karena dirinya juga punya kekuasaan, jadi untuk apa dirinya takut.
"Ra, ayo kita pergi dari sini! Jangan deket-deket sama anak itu! Gue takut lo kenapa-kenapa." Giselle menarik lengan Nora. Ia ingin membawa Nora pergi dari situasi yang berbahaya.
"Giselle!" tiba-tiba ada suara keras yang memanggil nama Giselle.
Seseorang lelaki datang dengan membawa nampan berisi makanan. Ia melihat ada keributan di meja Ervin. Ia melihat Giselle sedang menarik-narik pakaian Nora.
Ervin seketika ditarik oleh dua pria di depannya. Ia hanya pasrah mendapatkan perlakuan penghuni sekolah. Namun, sebelum benar-benar diusir. Ada seseorang yang mendorong kedua tubuh lelaki itu.
Lelaki itu menatap ke arah Giselle. Tangannya mendorong tubuhnya dengan menunjuk wajah gadis itu berkata, "Giselle! Ini pasti kelakuan lo, kan?! Gue nggak yakin semua ini ide Nora. Lo membawa pengaruh buruk bagi dia!"
...****************...
Jangan lupa vote dan komen 🥰
Ervin kena mulu😪
Next✍📖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Fiyazhaz
kritis juga
2023-08-05
0
Rohani 15
wah
2023-07-22
0
Rohani 15
masa dibiarin aja
2023-07-22
0