Selamat membaca, semoga suka....
***
~Masa putih abu-abu, kata banyak orang merupakan masa terbaiknya. Karena kebanyakan dari mereka menemukan yang mereka cari, cita dan cinta.~ Ina az-Zahra
Hari ini Qiana tidak terlalu fokus dengan pekerjaannya, sejak pertemuan kembali dengan bagian masa lalunya. Dilihatnya jam yang melilit indah di pergelangan tangannya, ini sudah masuk jam pulang kerja, Qia bergegas menuju parkiran dan segera memacu motor matic kesayangannya menuju rumah kecilnya yang nyaman. Semenjak keluar dari ruangannya Qia tidak sadar bahwa ia sedang diikuti oleh Setya. Sesampainya di depan rumah Qia, Setya bergegas memacu mobilnya agar tidak diketahui oleh Qia. Tampak Qia yang baru memasukan motornya ke bagasi itu pun segera masuk rumah untuk mandi dan menunaikan shalat asharnya.
"Ya Allah, apa ini takdirku bertemu dengannya lagi? aku harus bagaimana?" Gumam Qiana sambil melipat mukenah dan menaruhnya di meja kerjanya.
Tak sengaja dilihatnya buku kenangan SMA dengan tulisan Verba Volant Scripta Manent di sampul depan, ah lebih tepatnnya album kenangan yang di dalamnya berisi foto, data diri plus kata-kata dan salam-salamnya. Benda yang mengingatkannya akan masa putih abu-abunya. Diambilnya buku itu dengan ragu dan dibawanya menuju kasur. Ingatannya menerawang jauh kebelakang tentang masa suka dukanya, dengan jemarinya yang membuka perlahan buku itu. Wajah-wajah dari bagian masa remajanya terpampang jelas di sana.
Flashback On
" Bun, mau cerita dong." Rengek Tiwi dengan menoel-noel bahu Qia. Qia yang sedang membaca buku kimianya pun segera melipat halaman bukunya dan menutupnya.
Semasa SMA banyak yang memanggilnya bunda, karena sikap dan sifatnya yang kalem, keibuan, teduh, dan tentunya pendengar yang baik serta pemberi solusi dan pendapat yang baik bagi teman-temannya tanpa menyinggunng perasaan teman curhatnya itu.
"Ada apa, Tiw?" Kata Qia sambil menolehkan kepalanya ke Tiwi.
"Bun, aku sedih banget. Masa iya kemarin aku ngelihat si Yovi jalan sama adek kelas kita. Padahal kemarin minta putus sama aku gara-gara dia mau hijrah ngga mau deket-deket sama cewek tapi, bla bla bla," Curhat Tiwi sambil cemberut.
Qia pun menjelaskan dan memberikan pengertian kepada sahabatnya ini yang tengah galau. Dengan perlahan, akhirnya Tiwi bisa menerimanya. Ya, sekalipun Qia belum pernah pacaran dan tidak ada niatan untuk berpacaran tapi teman-temannya sering sekali mencurahkan perasaannya meminta pendapat dan masukan pada Bunda jomblonya.
Qia remaja, bukan tidak pernah merasakan jatuh cinta. Ia pun memiliki seorang yang dicintainya dalam diam, sebab ia belum mampu untuk bermain-main dengan perasaannya, jadilah dia pendam sendiri dan dijadikannya motivasi dan semangat menjalani hari esok. Karena penampilannya yang kalem dan berkerudung, cowok-cowok jadi sungkan sendiri kalau mau dekat-dekat dengan Qia. Kecuali Setya dan kembarannya yang ngga punya sungkan sama Qia, karena mereka cowok yang suka curhat ke Qia sebelum negara api menyerang.
Karena jarang cowok yang dekat sama Qia, Qia merasa karena penampilannya yang tidak terlalu menarik serta karena badannya yang agak gendut. Padahal bukan karena itu, sebenarnya cowok-cowok banyak yang tertarik dengan Qia karena sikapnya yang apa adanya berbeda dengan gadis remaja kebanyakan. Jadilah mereka sungkan, karna kebanyakan cowok seusia Qia pada masa itu mencari gadis-gadis yang mau dipacarinya beda dengan Qia.
"Qi, ntar pulang sekolah makan di mie ayam mas yanto biasanya ya. Sama si Tyo juga, terus ntar ngasoh bentaran ya abis itu kita lanjut latihan voli. Oke?" Kata Setya sambil membawa buku-buku ditangannya menuju ruang guru.
"Oke, bisa diatur." Jawab Qia dengan senyuman manisnya
Bel tanda pelajaran telah usai pun berbunyi, Qia, Setiya, dan Tyo pun berjalan beriringan menunu gerobak mie ayam mas yanto dwoan gerbang. Tyo ini kembarannya Setiya nama lengkapnya Setyo Atmadja, cowok yang disukai diam-diam oleh Qiana, karena kepribadiannya yang Islami dan juga pintar sekalipun sikapnya cuek bebek banget sama lingkungan sekitar. Tyo juga partner olympiadenya Qiana. Berbeda dengan Setiya yang jail dan jago di bidang olahraga.
"Qi, abis pertandingan voli minggu depan kita udah harus persiapan buat olym kimia,". Ucap Tyo dengan nada dinginnya.
"Emh, iya. Ntar kita minta bimbingan aja sama Bu Nanik ya." Jawab Qia santai.
"Eh, bentar deh. Kalo dipikir-pikir kalian ini selalu dalam situasi dan kondisi yang selalu dipertemukan ya,". Ucap Setiya dengan raut wajah dibuat serius padahal niatnya becanda.
"Apaan sih set, ngaco kamu." Jawab Qia, dibuat serelax mungkin sedangkan Tyo cuman menatap tajam kembarannya yqng ditatap cuma nyengir kuda.
Semua berlalu dengan sebagaimana mestinya hingga sebulan sebelum ujian kelulusan, hal tak terduga terjadi yang mengakibatkan perubahan dalam kehidupan mereka bertiga.
Flashback Off
Tangan Qia bergetar hebat sambil memegang buku kenangannya, air matanya luruh membasahi pipinya, suka duka masa SMA nya terlintas jelas dikepalanya. Andai dia tidak ceroboh mungkin dia tidak akan terluka dan melukai orang yang berarti dalam hidupnya. Dan memaksanya untuk mengubah semua yang telah dia rencanakan, tentang liburan setelah kelulusan, tentang tempat kuliahnya, tentang cita dan cintanya.
"Apa dia sendiri ke Jakarta, atau jangan-jangam sama Tyo lagi?" Lirih Qiana sambil memejamkan matanya mencoba mencari ketenangan.
"Dia udah nggak inget kan sama kejadian 8 tahun yang lalu?" Tanya Qiana pada dirinya sendiri.
Sangking galaunya dengan pertemuan tidak sengajanya dengan Setya membuat gadis itu guling-guling di kasur dan akhirnya ketiduran beberapa menit. Qiana terbangun karena mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Karena Qiana tak memiliki seorang pembantu akhirnya mau tidak mau, dia memutuskan untuk bangun dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Ting...tong...ting...tong
Setelah keluar dari kamar mandi cepat-cepat Qiana mengambil kerudung instantnya dan bergegas membuka pintu. Ternyata yang datang Tiwi, sambil menggendong tas ransel besarnya. Ya seminggu yang lalu Tiwi berhasil menghubungi Qiana dengan bermodal nekat bertanya pada kakak Qiana dan sedikit memaksanya. Setelah berhasil menghubungi Qiana dia memutuskan untuk menyusul Qiana ke Jakarta kebetulan Tiwi juga di terima kerja di sekolah dasar dekat rumah Qiana.
"Assalamualaikum... Bundakuuu wahh aku rindu sekali."Heboh Tiwi sambil memeluk erat Qiana.
Tiwi, sahabat Qiana sewaktu SMA itu memang ampuh sekali dalam mengembalikan mood Qiana yang sudah hancur, selain karena kehebohannya, Tiwi juga sahabat Qiana yang suka ngebanyol receh.
"Waalaikumsalam, Tiwilku aku juga rinduu denganmu," Kata Qiana tak kalah heboh.
"Bunda kemana aja sih, 8 tahun nggak ada kabar. Kalau aku nggak ngebujuk Bang Reza sambil nangis-nangis mungkin nggak akan pernah aku ketemu kamu lagi Qi," Ucap Tiwi sambil terus memeluk erat tubuh sahabatnya itu.
8 tahun bukan waktu yang singkat tentunya, untuk tidak saling berjumpa, bertegur sapa dan saling memberi kabar.
"Ehm". Deheman seorang lelaki yang baru turun dari mobil membuyarkan lepas kangen mereka berdua, ternyata ada....
Gantungin dikit yaa, hayo kira-kira siapa yang berdehem dibelakang Tiwi?
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Terimakasih sudah berkenan mampir di cerita Author Zahra :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Whiteyellow
semangat🤗😍
2021-05-10
0
BELVA
💕💕💕💕💕👍
2021-02-05
0
Little Peony
Kak, masukkan motor nya ke garasi mungkin ya ? 😅
2020-12-07
1