Pesta.!

Daisy menatap pantulan dirinya di depan sebuah cermin besar. Gaun warna maroon itu tampak sangat elegan dipakai olehnya. Dengan rok mengembang sempurna yang tampak mewah dilengkapi dengan ekor lebih dari 1 meter.

"Mas? Apa gak terlalu mewah?" Tanya Daisy sambil berputar ke kanan dan kiri.

"Masa. Tapi aku suka, sayang," Jawab Axel yang membuat senyum sang pembuat gaun mengembang. Daisy hanya meringis karena belum terbiasa dengan panggilan sayang dari calon suaminya.

Daisy dan Axel sedang melakukan fitting baju. Untuk pernikahan mereka yang akan resmi diadakan 2 bulan lagi.

Akhirnya Daisy memantapkan keputusannya untuk melangsungkan pernikahan. Lagipula usianya juga termasuk dalam usia yang siap untuk menikah.

"Kita makan dulu, ya," Ucap Axel seraya menggenggam tangan Daisy yang duduk di jok mobil sebelahnya. Mereka sedang dalam perjalanan pulang saat sudah selesai fitting.

"Iya, mas."

"Tau, nggak? Aku ngerasa beruntung banget dapetin kamu. Gak kusangka perempuan yang kucari malah kutemukan di dalam dinginnya lautan."

"Hahaha mas bisa aja," Gurau Daisy sambil pelan-pelan menarik tangan nya yang mulai diremas oleh Axel. Bukan nya suka tapi malah membuat Daisy merinding.

"Eh tapi aku penasaran, lo. Kamu kenapa waktu itu kayak sengaja masuk ke laut. Eh ditungguin malah ga muncul-muncul"

"Kesambet, mas." Daisy nyengir. Ia bingung dengan alasan apa lagi ia harus menjawab saat Axel menanyakan perihal kejadian di pantai. Karena sampai saat ini pun ia masih belum bercerita apapun tentang Ebra atau Ardina.

"Padahal aku nanya serius, lho."

"Aku juga serius, mas. Aku juga gatau tau-tau aku udah sampean gotong sama 2 lifeguard kemarin itu."

"Jangan-jangan beneran kesambet."

"Yaa emang kesambet maassss,"

Mereka pun tertawa bersama. Sambil membicarakan beberapa point tentang acara mereka berdua.

Seperti halnya saat ia menolak undangan Ardina dan Ebra. Kali inipun ia akan menolak untuk mengundang mereka. Sudah cukup. Ia akan melupakan mereka sambil berbahagia bersama anak dan suaminya.

"Sini aku potongin dagingnya." Axel menarik pelan steak di depan Daisy dan menyerahkan steaknya sendiri yang sudah di potong-potong untuk Daisy.

"Apa? Aku romantis, yaaa." Ungkap Axel tiba-tiba saat Daisy masih memperhatikannya memotong daging.

"Diih. Aku malah jadi ngerasa kaya anak SD yang motong steak aja gabisa."

"Emang badan kamu mini kaya anak-anak." Axel tertawa lebar. Membuat Daisy seketika memajukan bibirnya beberapa senti.

"Aku selalu suka muka cemberut ini." Axel justru berdiri dan memajukan badannya lalu mencium kening Daisy. Yang sontak membuat matanya membulat sempurna dengan pipi merona merah.

"Mas.!" Pekik Daisy tertahan. Padahal kondisi resto sedang ramai banyak pengunjung.

Mereka terlibat obrolan serius sampai tiba-tiba Daisy terdiam menatap ke arah salah satu sudut resto.

Terlihat dua orang sedang berbincang sambil. Menikmati makanan. Ditambah sang suami itu beberapa kali mengusap lembut perut istrinya yang tengah membuncit meski tak terlihat jelas.

Sesaat pandangan mata Daisy bertemu dengan sang istri yang memang duduk menghadap padanya. Namun, segera Daisy membuang muka sambil menunduk berharap Ia tak mengenalinya.

"Sayang?" Tanya Axel melihat tingkah Daisy yang agak aneh. Ia berpaling menuju arah pandang Daisy tadi.

"Kamu kenal mereka? Itu yang laki temenku. Mereka baru menikah beberapa bulan lalu." Tanya nya lagi.

Daisy terperangah mendengar penuturan Axel.

"Serius?"

"Iya. Sempat ketemu mau bisnis bareng tapi enggak jadi karena katanya mau kuliah ke luar negeri. Eh malah pulang dan menikah. Mau gabung sama mereka tah?"

"Eh. Enggak, pulang aja yuk?" Ajak Daisy. Meski terheran Axel tetap menurut.

***

Daisy menarik nafas lega saat penghulu dan Axel yang beberapa detik lalu menjadi suaminya selesai melaksanakan prosesi ijab kabul.

Semua tamu dan keluarga undangan pun tersenyum bahagia ada pula beberapa yang menangis haru. Seperti Dani dan Hera.

Dani tak meneteskan airmata, tapi terlihat jelas dari mata merahnya ia sedang menahan tangis. Sedangkan Hera sudah menghabiskan berlembar-lembar tissue.

Selesai melaksanakan ijab kabul. Daisy, Axel dan keluarganya pun segera bersiap untuk melaksanakan pesta resepsi. Dibantu oleh team WO profesional yang sudah menyulap gedung kosong dengan berbagai hiasan bunga, terutama bunga Daisy.

Daisy menatap kagum pada pelaminan yang telah ditata dengan berbagai macam bunga. Ia datang ke tempat pesta dengan menaiki kereta kuda yang telah disulap sedemikian rupa.

Ia kini layaknya princess dengan balutan gaun merah memesona dengan mahkota kecil di atas kepalanya. Dijemput oleh Axel yang tengah menunggu di ujung jalan kereta.

Senyum mereka merekah penuh kepuasan dan kebahagiaan saat perlahan berjalan di atas karpet menuju pelaminan.

"Terima kasih." Bisik Axel pelan sambil menunduk dan mencium pipi Daisy yang sontak membuat para tamu undangan bersorak heboh.

Sementara Daisy hanya bisa tersenyum malu-malu dan menyandarkan kepalanya pada pundak lebar suaminya. Sebutir aliran kristal bening lolos. Ia mendongak mencoba menahan airmata yang mendorong keluar.

Dentum musik mengalun indah. Mereka berdua bak raja dan ratu yang tengah menggelar pesta megah. Kedua insan saling berbahagia itu tengah berdansa diiringi musik yang mengalun mesra.

Saat prosesi pernikahan selesai merekapun menemui beberapa tamu. Diiringi dengan salah satu bintang tamu yang tengah konser di depan pelaminan.

"Ihiirr yang nanti malem mau lembur ni yeee." Sorak beberapa teman Axel saat ia hendak menyapa mereka. Daisy cuma bisa tersenyum malu-malu sambil memegang lengan Axel.

"Hahaha bilang aja lu ngiri. Sekarang udah ada lawan mainnya aku. Ga kaya kamu masih sama sabun." Balas Axel sontak membuat mereka tertawa keras.

Daisy yang tak terbiasa dengan suasana ramai pun cuma bisa senyum sambil sesekali tetap memperhatikan.

Sampai sekelebat ia melihat siluet seseorang yang amat sangat ia kenal.

Gak mungkin. Batinnya ragu. Tapi saat melihat Hera mengikutinya ia pun semakin yakin siapa orang yang ia lihat barusan.

"Sayang?" Panggil Axel saat Daisy baru saja ingin melangkahkan kakinya.

"Eh.. Haus. Cuma mau ambil minum bentar." Kilah Daisy kikuk karena berbohong. Padahal tadi tanpa sadar Ia ingin mengikuti orang yang dikejar oleh Hera.

"Ooh panggil aja waiters nya sayang." Axel melambaikan tangan pada seseorang yang membawa nampan berisi beberapa minuman.

"Makasih.." Tutur Daisy saat Axel menyerahkan segelas es jeruk kesukaannya.

Akhirnya Daisy mencoba mengabaikannya saat mengingat mereka pernah bertemu beberapa minggu lalu. Mungkin memang ada didaftar tamu undangan Axel.

Pesta pun berlanjut sampai malam. Dilengkapi oleh penampilan penyanyi bintang papan atas Lesti. Yang kata Axel dia tamu undangan Ibu Mertuanya.

Daisy menikmati pestanya dengan penuh sukacita. Terlepas dari pernikahan ini yang ia lakukan karena kegagalannya, ia tetap bahagia. Karena inilah mimpinya sejak dulu. Dan semoga salah satu mimpinya untuk dapat menua bersama suaminya pun dapat terkabulkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!