Diaa lagi

"Yeeey. Kita pulang kelumah tantye dan Mbah,?" Aurora kegirangan saat dibantu Daisy memakai baju.

"Iya sayang. Aura kangen sama Mbah?" 

"Kangen anget. Aku mau minta gendong."

Tawa Daisy mengembang. Ia mengusap puncak kepala Aurora dengan gemas. 

"Kak Hera udah siap." Tanya Daisy saat melihat kakaknya masuk sambil menenteng 2 koper besar yang akan ia bawa. 

"Iya. Tinggal nunggu Bu Yati."

"Gausah sama Bu Yati juga gapapa lah, kak. Kan udah ada aku sama Ayah."

"Iya. Berarti kejadian kemarin juga gapapa gitu? Kamu aja masih suka melamun." Sungut Hera tak suka. 

"Lagian cowok kayak kain pel aja ditangisin sampe mau bunuh diri." Sambung Hera lagi yang membuat bibir Daisy seketika maju beberapa sentimeter. 

"Yaudah kak. Aku berangkat sendiri aja. Aura dirumah aja sama Mama, ya." Ucap Daisy pada Aurora yang langsung membuat bayi 2 tahun itu menangis. Ia terus mengikuti langkah Daisy yang berjalan keluar rumah. 

"Dasiiiii. Berhenti kamu.!" Teriak Hera saat melihat Daisy masuk ke dalam mobil. 

"Enggak ah. Mau bunuh diri ajaaaa. Daahhh." Rajuk Daisy yang melongok dari jendela mobil. 

"Iya. Iya. Maaf, sini kamu.!"

"Iih masa minta maaf sambil bentak."

"Iya sayangkuuu sini. Nak. Maafin kakak yaaa." Ujar Hera lagi sambil memasang wajah ter imut yang ia bisa. Tawa Daisy pecah.

Bu Yati yang baru saja datang pun tertawa melihat tingkah Hera yang memasang kedua tanganya di dagu. 

Merekapun segera berangkat membelah embun pagi yang begitu dingin. Udara di kota Batu memang tak pernah gagal. Selalu mampu membuat perasaan Daisy membaik. 

Sayangnya ia harus merelakan beberapa hari liburannya di sana. Karena kejadian kemarin sepertinya membuat Hera begitu takut. Hera bahkan berniat membawanya ke psikolog saat sampai di Surabaya nanti. 

Daisy sendiri sebenarnya sudah sangat membaik. Ia masih belum tahu apa yang ia alami kemarin. Perasaannya campur aduk. Tapi yang jelas Daisy bahagia karena ada Hera dan Ayah disampingnya. 

Daisy bertekad untuk tidak akan pernah mengulangi kejadian kemarin. Ia sama sekali tak ada niat untuk bunuhdiri. 

"Tidur?" Tanya Hera sambil melihat Aura yang terkulai lemah di pangkuan Daisy. Daisy hanya mengangguk. Ia pun juga merasakan kantuk tak tertahan. 

"Kamu tidur aja, Sy."

"Nanti kakak sendirian."

"Emang kenapa kalo sendirian? Kan ga mungkin juga kakak tiba-tiba ilang,"

"Yaudaaahh.. Hooaahm,"

"Sini non. Aura biar sama Ibuk aja." Ucap Bu Yati yang ternyata belum tidur. 

"Eh Ibu kukira udah tidur," Tegur Daisy kemudian Ia memindahkan Aura pelan-pelan ke belakang.

***

Akhirnya mereka sampai. Aurora berteriak kegirangan mencari sang kakek. Sementara Dani agak sedikit terkejut saat melihat Daisy justru pulang bersama Hera. 

"Suami kamu dinas?" Tanya Dani yang sedang menggendong Aurora dan menjabat kedua tangan putrinya. 

"Iya, yah. Daripada sendiri dirumah mending disini aja dulu."

Mereka kemudian masuk ke dalam rumah. Saat didalam rumah, ternyata Ayah ]ada tamu. Daisy mengangguk sopan pada kedua tamu Ayah. Sementara Hera menatap mereka bingung. 

"Eh lho mbaknya. Sudah sehat, mbak?" Celetuk salah satu tamu Ayah yang seketika membuat semua orang menatap heran. 

Terkecuali Hera. Ia mengingat-ingat sambil menunjuknya. "Loh. Anda yang kemarin nolong Daisy kan ya?" Tanya Hera memastikan. Sementara orang yang ditunjuk cuma tersenyum sopan sambil mengangguk

"Ya ampun, pak. Maaf ya. Sekali lagi terimakasih atas bantuan bapak kemarin," Tutur Hera sambil mengkode Bu Yati untuk membawa koper-kopernya masuk ke dalam rumah. 

"Ada apa ini? Daisy kenapa?" Tanya Ayah bingung sambil melirik Daisy yang terdiam. 

"Aduh, Ayah. Ini lo kemarin dompet Daisy jatuh. Mas ini yang nemuin." Ungkap Hera membuat Daisy menghembuskan nafas lega.

Sementara orang yang menolong Daisy hanya mengangguk sambil tersenyum. Daisy lega karena Ia bisa diajak bekerja sama dengan baik. 

"Waah. Apakah ini takdir. Hahahaah," Ucap salah seorang teman Ayah. Kayaknya mereka Bapak dan anak. 

"Bisa aja kau Ruslan." Ayah menimpali gurauan temannya yang ternyata bernama Ruslan itu. 

"Gaada yang gak mungkin Dani. Apalagi anakku ini susah sekali disuruh cari calon istri."

"Hahaha. Kalau belum mau menikah ya jangan dipaksa, ntar kabur." Gurau Dani yang membuat keduanya tampak tertawa bahagia. 

Sementara  anak-anak mereka hanya duduk canggung di samping Dani dan Ruslan. 

Tak berapa lama mereka bertiga mengantar kepergian Ruslan dan Axel yang akhirnya berpamitan untuk pulang.

"Kuharap kita bisa bertemu lagi," Ucap Axel saat berjabat tangan dengan Daisy. Sementara Daisy hanya tersenyum salah tingkah karena Axel memandangnya serius dari atas sampai bawah. 

"Gimana? Lumayan ganteng tuh" Ujar Hera sambil tertawa.

"Gantengan Ebra." Balas Daisy tanpa sadar yang membuat Hera melotot dan Ayahnya menggelengkan kepalanya. Sementara Daisy cuma tersenyum canggung dan berjalan masuk ke dalam rumah. 

Beberapa minggu kemudian Axel benar-benar datang ke rumah bersama dengan Ruslan. 

"Eh.. Axel?" Tanya Hera memastikan

Sementara Axel cuma mengangguk. Dan Ruslan tertawa. 

"Cari Ayah ya, om? Sebentar aku panggilin Ayah." Sambung Hera. 

"Panggil Daisy sekalian ya, Nak." Timpal Ruslan tiba-tiba. Hera cuma mengangguk dan berjalan ke dalam rumah. Sepertinya kali ini ia paham maksud kedatangan dua orang tamu itu ke rumah Ayahnya. 

Daisy berjalan ke ruang tamu dengan terheran-heran. Sementara Hera tersenyum centil. Adiknya memang terlalu tidak peka untuk urusan beginian. 

"Selamat siang, om. Om cari saya?" Sapa Daisy ragu saat ia sudah berdiri di ruang tamu. Melihat kedatangan orang yang sejak tadi dicarinya membuat Axel seketika menoleh. 

Ia tampak terkejut sesaat waktu melihat Daisy berdiri di sana dengan balutan dress biru yang mencetak pinggang rampingnya. Ia tampak cantik meski dengan sapuan make up tipis dadakannya. 

"Ekheem khem.. " Ucap Dani tiba-tiba. Yang akhirnya membuat Axel salah tingkah karena kepergok tengah memandangi Daisy. 

"Duduk dulu, nak." Ucap Ruslan mempersilahkan Daisy duduk. 

"Begini Dani. Selain ada perlu dengan kamu aku juga ada perlu dengan anak gadis kamu ini."

Dani cuma menatap heran dan menamgangguk. Ia diam. Menunggu Ruslan meneruskan ucapannya. 

"Kedatanganku dan Axel kemari ingin menannyakan Mbak Daisy sudah punya pasangan atau belum, ya? Sekiranya belum, Axel mau mengenal Daisy lebih jauh sambil mempersiapkan melangkah ke jenjang yang lebih serius." Ungkap Ruslan serius. 

Hening. Baik Daisy maupun Ayahnya cuma diam. Dani tahu Daisy pasti belum siap untuk menerima laki-laki lain. Apalagi belum genap sebulan semenjak Ebra meninggalkannya. Dani ingin Daisy sendiri yang akan menjawab pertanyaan Ruslan. 

"Ekhem.. Kalau aku terserah Daisy aja Ruslan. Yang menjalani kan juga Daisy, bukan saya. Haha" Balas Dani mencairkan suasana yang sejenak tampak kaku. 

Hera tampak diam-diam menguping di ruang keluarga. Sementara Aura sibuk bermain di dalam kamar bersama Bu Yati. 

Hera sudah tidak heran lagi. Daisy memang cantik. Kejadian seperti ini bukan sekali-dua kali ia lihat dan dengar. Kulit cantik bak salju dan mata bulat Daisy mampu membuat setiap pasang mata laki-laki seolah terhipnotis. 

"Em.. Kalau memang Axel serius Daisy mau, om. Asal dia benar-benar serius dan mau membahagiakan saya nantinya." Tutur Daisy tiba-tiba seketika membuat Axel dan Ruslan tersenyum senang. Sementara Dani justru mengerutkan dahi heran. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!