“Ke kantor sekarang,” ucap Ken pada sopirnya.
“Baik, pak.”
Sesampainya di kantor, Ken berjalan cepat menuju lantai 46, yaitu ruangannya dan Pat. Dia benar-benar ingin melakukan aksi protes pada Pat. Namun setibanya di sana, Pat tidak ada di mejanya. Membuat Ken bertanya-tanya kemana perginya wanita itu.
Ken bergerak ke dapur mini dan Pat juga tidak ada di sana.
Ting. Suara lift terbuka.
“Hey, Ken. Kamu sudah kembali? Cepat sekali,” ucap Pat.
“Masalah hormon? Masalah ketertarikan dengan lawan jenis? Kamu benar-benar sudah melukai harga diriku, Pat. Tapi untungnya, berkat kepintaran seorang Kenrich, aku berhasil memangkas sesinya menjadi 2 sesi saja. Dan sesi selanjutnya adalah yang terakhir,” ucap Ken.
“Apa? Yang terakhir? Ini tidak boleh terjadi,” Pat langsung berjalan ke mejanya.
Ken terkekeh. “Tidak boleh terjadi? Jadi, maksudmu, aku harus menghadiri keempat sesi memalukan itu?”
“Kamu harus rutin datang, Ken. Kalau hanya 2 kali saja, mana bisa membuktikan kalau kamu sedang tidak baik-baik saja. Orang jahat akan dikasihani saat dia sedang sakit parah,” ucap Pat.
Ken terkekeh lagi. “Jadi, maksudmu, aku orang jahat? Orang jahat yang harus sakit parah agar dikasihani? Dikasihani kakekku?”
“Harus terlihat sakit parah. Sungguh, aku juga tidak ingin kamu sakit parah,” Patrice mengoreksi kalimat Ken.
“Baiklah. Aku bersedia mengikuti berapapun sesi itu asalkan mereka menyediakan singlemalt,” ucap Ken lalu masuk ke dalam ruangannya.
“Bahkan kakeknya menyuruh dia cepat menikah karena dia sudah hampir tua, tapi dia masih saja merajuk,” ucap Pat monolog.
Ken hanya dapat bertingkah seperti anak kecil dengan merajuk hanya dengan Pat saja.
KEDIAMAN MORGAN ORLANDO.
“Kakek sudah mendengarnya dari Pat. Kamu seharusnya jujur dengan kondisimu. Kalau kamu bicara, kakek mungkin tidak akan memaksamu,” ucap Morgan.
“Aku tidak ingin membuat kakek cemas,” balas Ken.
“Kakek tidak cemas. Karena kakek yakin suatu saat nanti kamu akan bertemu dengan wanita yang tidak akan membuatmu muntah-muntah seperti Pat,” ucap Morgan.
Ken mengernyitkan dahinya.
Setelah bertemu dengan kakeknya, Ken dan Pat ke kantor.
“Bukankah pertemuan dengan pasien itu harus dirahasiakan?” tanya Ken pada Pat.
“Ya, itu harus,” jawab Pat.
“Lalu kenapa kamu bisa mengetahui soal muntah itu?”
“Christine teman saat aku TK,”
“Teman TK. Kalian sudah berpisah selama 30 tahun dan dia bisa berbagi rahasia pasiennya padamu?”
“Iya. Kamu tahu sendiri. Aku Patricia. Tidak ada informasi manapun yang tidak bisa aku tembus. Dan sebentar, tadi kamu memanggil dirimu sendiri apa? ‘Pasien’? Aku tahu kamu sedang berakting, mendalami peran dengan mengarang cerita muntahmu pada Christine. Tapi kamu tetap bukan pasien, Ken. Sebutan pasien hanya untuk orang yang benar-benar sakit,” ucap Pat.
“Kenapa kamu berpikir aku mengarang cerita soal muntahku?” ucap Ken.
“Pertama, aku tahu bukan pemabuk yang minum alcohol terlalu banyak sampai kamu muntah, kedua, seandainya kamu minum cukup banyak, aku dan Dean mengantarmu ke rumah, membopongmu ke kamar, dan tidak ada muntah. Ketiga, seandainya kamu muntah, bukan karena alcohol ataupun wanita. Mungkin itu karena kamu keracunan makanan. Kamu bisa membohongi psikiater sekalipun tapi tidak dengan aku,” balas Pat.
“Yeah, bagaimanapun, aku senang rencana ini berhasil, dan semua berkatmu. Tapi, Christine Mary, sepertinya dia tertarik padaku. Dan kamu tahu, aku tidak bisa menemui wanita yang tertarik padaku kecuali aku juga tertarik padanya,”
“Jadi, kamu mau bagaimana? Aku mengatakannya kalau kamu tidak mau mengikuti sesi itu lagi karena kamu tidak tertarik padanya? Atau mengatakan yang sebenarnya terjadi pada kakekmu?”
“Kamu habis darimana tadi?”
“Ken, serius? Kamu menanyakan itu di tengah percakapan kita?”
“Apa Gregory meminta bantuan padamu lagi?”
Pat terdiam.
“Holy ****. Aku harus mendatangi dia sekarang,” ucap Ken lalu berjalan menuju lift.
Ken mendatangi sebuah ruangan dengan nama Gregory Keller, Direktur Pemasaran di pintunya.
“Kurasa perusahaanku sudah cukup adil dengan menempatkan seorang sekretaris untuk seorang direktur dan kenapa kamu masih melibatkan sekretarisku untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh sekretarismu? Biar aku peringatkan untuk yang terakhir kalinya, karena setelah ini, tidak hanya menendang p*ntatmu, aku akan menendangmu dari perusahaanku, jadi lebih baik kamu tidak menyentuh apa yang menjadi milikku,” ucap Kenrich.
“Sebentar, kamu salah paham. Aku tidak menyuruh Patrice melakukan pekerjaannya Tammy, Kenrich,” balas Gregory.
“Lalu ada urusan apa Pat tadi ke sini?”
“Kita hanya minum teh bersama, bergosip, membicarakan hal bodoh seperti kenapa bumi berputar?”
Ken keluar dari ruangan Gregory dan kembali ke lantai 46.
“Kenapa kamu tidak mengatakan kalau kalian hanya melakukan hal yang biasa dilakukan oleh para wanita saat berkumpul?” ucap Ken.
“Karena kamu tidak menjawab pertanyaanku,” balas Pat.
“Ayolah, Pat. Kamu sudah tahu segalanya di dunia ini. Termasuk aku mencintaimu. Untuk apa aku masih menjawab,”
“Baiklah, karena kamu sudah mengatakan itu, sesimu sudah aku batalkan semuanya,”
“Tidak ada sesi lagi?”
“Tidak ada sesi lagi,”
“Yes! Woohoo!”
KEESOKAN HARINYA.
Berita mengejutkan. Sebuah gugatan dilayangkan oleh Heritage Inc kepada Foreal Motors dan CEO Kenrich Orlando terkait penipuan dalam perdagangan 999 unit mobil. CEO Heritage Inc, Pablo Trevor mengaku salah satu pelanggannya meninggal karena kecelakaan saat mengendarai mobil buatan Foreal. Dan kecelakaan tersebut terjadi dikarenakan mesin dalam pada unit mobil produksi Foreal Motors dinilai cacat dan CEO Foreal Motors, Kenrich Orlando telah mengetahui dan tetap melanjutkan pengiriman unit kepada Heritage Inc. Atas hal ini, Pablo menggugat Foreal Motors atas pengiriman unit mobil yang cacat dan menggugat Kenrich Orlando sebesar 96 Miliar. Sejak pemberitaan ini terkuak 2 jam yang lalu, terpantau harga saham Foreal Motors menurun 20%. Beberapa pelanggan luar maupun dalam negeri juga membatalkan pemesanan unit mobil dari Foreal Motors dan mengajukan pengembalian dana dalam waktu sesingkat mungkin.
Kenrich menemui Pablo ke perusahaannya.
“Fahrain meninggal karena dia belum mahir menggunakan mobil jenis SUV buatan Foreal. Keluarganya berusaha menyalahkan Foreal Motors, tapi kematiannya tidak ada hubungannya dengan pembuat mobil atau desainnya,” ucap Ken.
“Ya, tapi kita memiliki bukti baru yang bertentangan dengan pernyataan itu,” balas Pablo.
“Bahkan jika itu benar, undang-undang pembatasannya telah habis.”
Pablo memberi sebuah dokumen pada Kenrich.
“Ini memo internal,” ucap Kenrich.
“Yang menunjukkan kalau Foreal Motors tahu tentang cacat pada mesin.” ucap Pablo.
“Aku tidak menyembunyikan apapun, termasuk ini,” ucap Kenrich.
“Kenrich, ini tanggung jawabmu. Aku menginginkan 96 miliar dan tidak kurang dari itu,” ucap Pablo.
DI RUANGAN KENRICH.
“Ya, Tuhan,” Patrice terkejut saat Kenrich memberikan memo itu pada Patrice.
“Ya, ini yang terjadi,”
“Ya, Tuhan,”
“Pat, aku ingin tahu apakah kamu pernah melihat ini,”
“Ya, Ken. Aku melihat bom di tong sampah ruanganmu dan menyembunyikannya darimu,”
“Pat, ini bukan waktunya-”
“Aku tidak suka kompetensiku dipertanyakan,”
“Yeah, aku juga tidak suka digugat atas penipuan,”
“Dokumen ini tidak pernah datang ke perusahaan ini, kalau iya, kamu pasti akan melihatnya,”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments