3

Kenrich pernah mencoba mengejar Patrice, tetapi karena kebijakannya untuk tidak mencampurkan pekerjaan dengan kesenangan, Patrice menolak rayuannya. Namun ketika Patrice keluar dari kantor kedubes, Kenrich mengunjungi Patrice dan Kenrich sudah menunggunya. Kenrich masuk ke apartemennya dan dia menutup pintu dan dia membungkuk untuk menciumnya. Setelah itu ketika Kenrich mendapat posisi CEO di Foreal Motors, dan dia meminta Patrice untuk bekerja dengannya yang dia setujui dengan dua syarat: bonus penandatanganan yang besar dan jangan pernah membicarakan tentang mereka tidur bersama lagi.

KEESOKAN HARINYA.

“Apa?! Kamu memutuskan untuk tidak mau menemuinya lagi setelah sekali bertemu? Kamu jangan membuat kakek malu, Ken,” ucap Morgan.

Kenrich berhasil membuat kakeknya emosi di pagi hari.

“Pat, jadwalkan lagi pertemuannya. Masih ada 2 kandidat lagi, ‘kan?” ucap Morgan kemudian.

“Kalau kakek terus seperti ini, aku berniat memindahkan kantor pusatku ke New City. Aku mungkin tidak bisa rutin mengunjungi kakek, mengupasi kulit buah untuk kakek, dan yang terburuknya aku tidak berkencan,” balas Ken.

“Apa? Apa itu benar, Pat?” tanya Morgan.

“Memang ada rencana seperti itu. Tapi Kenrich belum membuat keputusannya, Kek,” jawab Pat.

“Baiklah. Pergilah ke New City. Pergi saja. Biar Kakek sendiri saja di kota ini. Pergi, Ken. Pergi,” ucap Morgan.

“Aku akan mencoba bertemu dengan 1 wanita lagi. Tapi kalau tidak berhasil juga, kakek tidak boleh memaksaku lagi,” ucap Ken.

“Berusahalah untuk berhasil,” balas Morgan.

“Aku berusaha tapi aku tidak akan memaksa,” balas Ken.

“Sudah waktunya aku kembali ke kantor. Sampai jumpa di kunjunganku berikutnya,” ucap Ken kemudian pergi bersama Pat.

“Atur pertemuanku dengan 1 wanita lagi,” ucap Ken pada Pat.

Keduanya berjalan keluar dari kediaman Morgan.

“Wanita semalam… apa ada masalah?” tanya Pat.

Ken berhenti berjalan dan menghadap Pat. “Hey, kamu bilang kamu mencari yang mungkin aku sukai. Tapi yang semalam…”

Pat memegang kedua lengan Ken hingga membuat Ken terdiam.

“Ken, tidakkah ini aneh?” ucap Pat.

“Hm? Apa maksudmu?”

“Kamu seorang pria penyuka wanita. Dan pria playboy sepertimu tidak menyukai wanita yang semalam? Ken, daripada mengatur kencanmu lagi, aku akan mengatur pertemuanmu dengan dokter terapis,”

“Kamu membuatku terlihat seperti orang gila, Pat. Hentikan,”

DI RUANGAN KEN.

Patrice masuk ke dalam ruangan Ken dan memberikan pekerjaannya.

“Ini kontrak penjualan 5000 mobil ke Tokyo yang harus kamu tandatangani, dan ini yang harus kamu datangi,” ucap Patrice.

“Apa ini?”

“Aku sudah mendaftarkanmu pada 4 sesi pertemuan dengan dokter terapis. Semoga ini dapat membantu,”

“Apa? Patrice? Aku pikir kemarin kamu hanya bercanda, kamu mendaftarkan sungguhan? Tidak, aku tidak mau datang,”

“Ken, ayolah. Ini juga demi kebaikanmu,”

“Kebaikan apanya,” ucap Ken.

Lalu raut wajah Ken langsung berubah.

“Jangan bilang… kamu akan melaporkan ini pada kakek, ‘kan?” ucap Ken kemudian.

Patrice tersenyum.

“Kamu memang yang terbaik, Pat. Baiklah. Laporkan sedramatis mungkin,” ucap Ken.

“Tapi kamu harus benar-benar datang. Jam 16.30 hari ini,” ucap Pat lalu keluar dari ruangan Ken.

“Dengan senang hati, My Queen,” jawab Ken setelah Pat keluar dari ruangannya.

16.20

Kenrich berdiri di depan sebuah rumah dan menatap kartu nama pemberian Patrice. Berkali-kali dia memastikan alamat yang ada di kartu nama itu apakah sesuai dengan tempat yang dia datangi sekarang.

“Apa kamu yakin ini tempat yang diberikan Patrice?” tanya Ken pada sopirnya, Dean.

“Iya, betul pak,”

“Dia mendaftarkan aku pada dokter yang prakteknya di rumah?” gumam Ken. Ken lalu berjalan masuk gerbang rumah itu dan mengetuk pintunya.

Kini Ken berhadapan dengan seorang dokter wanita muda yang namanya Christine.

“Anda bisa ceritakan masalah anda,” ucap Christine.

“Begini… sekretaris saya pasti sudah menghubungi anda, ‘kan? Bahwa kedatangan saya ke sini-”

“Masalah terkait hormon ketertarikan pada lawan jenis. Kalau boleh tahu, sudah berapa lama sejak terakhir anda menjalin hubungan dengan lawan jenis?” ucap Christine.

“Ya? Ma-masalah hormon?” Wajah Ken melongo cengo.

“Ya, sekretaris anda sudah mengatakan gambarannya secara besar. Anda memiliki masalah ketertarikan dengan lawan jenis akhir-akhir ini,” ucap Christine.

Patrice si*lan. Dia mempermainkanku.

“Sekretaris saya yang mana, ya? Saya lupa kalau saya memiliki sekretaris. Sepertinya salah besar saya mengunjungi tempat ini. Maaf telah mengganggu waktu anda. Semoga hari anda menyenangkan,” Kenrich bangkit berdiri.

“Patrice Alison Gourman. Dia bilang dia akan mensmash bola tenis dengan pukulan khasnya ke wajah anda dan menendang dengkul anda jika anda pergi dari tempat ini sebelum sesi berakhir,” ucap Christine yang menghentikan langkah kaki Ken.

Ken pun kembali duduk. Dia tidak bisa membayangkan sebuah bola tenis mengenai wajahnya dengan pukulan khas Patrice dan kakinya seakan telah lepas setelah dengkulnya ditendang oleh Pat. Lebih baik dia tidak mencari celaka dan duduk sesuai permintaan Ken.

“Saya merasa saya tidak memiliki masalah dengan itu. Saat saya melihat wanita cantik, dalam hati kecil saya mengaguminya dan terkadang saya tertarik untuk menggodanya,” ucap Ken.

“Kapan terakhir kali anda melakukan itu?” tanya Christine.

“Mungkin sekitar 3 menit yang lalu,” jawab Ken.

“Sekretaris anda telah mendaftarkan 4 sesi untuk anda, tapi melihat masalah anda tidak begitu besar, kita dapat memangkasnya menjadi 2 sesi,” ucap Christine.

“Namun terkadang saya merasa kesulitan tidur di malam hari setelah bertemu dengan wanita. Bisa berikan saya pil yang dapat membantu saya tidur?” ucap Ken.

“Kapan anda mengalami itu terakhir kali?” tanya Christine.

“2 bulan yang lalu.”

“Bagaimana ceritanya?”

“Saya dan dia hanya bertemu, saling menggoda, tertarik, dan saat kembali ke rumah, saya muntah. Benar-benar muntah, seperti semua yang ada di dalam perut saya keluar semua. Lalu kesulitan tidur. Saya pikir karena saya minum terlalu banyak, hubungan kami lanjut berjalan, tidak pernah lebih dari 2 bulan, saya bisa muntah sebanyak 4 kali, lalu kami putus. Saya tidak muntah sama sekali sampai bertemu wanita yang baru. Sudah 3 sampai 4 wanita yang membuat saya seperti itu,” ucap Ken.

“Bagaimana perasaanmu saat menjalani hubungan yang tidak pernah lebih dari 2 bulan itu?”

“Biasa saja.”

Beep. Beep. Beep. Beep.

“Ups, sudah 30 menit. Kalau begitu, saya pergi. Sampai bertemu di sesi terakhir,” ucap Ken.

Ken bahkan memasang pengingat di ponselnya untuk memastikan dia tidak berlama-lama berada di tempat itu.

“Ke kantor sekarang,” ucap Ken pada sopirnya.

“Baik, pak.”

Sesampainya di kantor, Ken berjalan cepat menuju lantai 46, yaitu ruangannya dan Pat. Dia benar-benar ingin melakukan aksi protes pada Pat. Namun setibanya di sana, Pat tidak ada di mejanya. Membuat Ken bertanya-tanya kemana perginya wanita itu.

Ken bergerak ke dapur mini dan Pat juga tidak ada di sana.

Ting. Suara lift terbuka.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!