“Meriah sekali, mau ada acara apa Oma?”
Andy menatap heran pada sang nenek yang berdandan lumayan formal malam ini, dihubungi sang oma tercintanya untuk pulang ke rumah keluarga membuat pria itu tak berani menolak. Padahal dia sudah tinggal di rumah sendiri.
“sudah pulang, cepat mandi dulu, baju ganti sudah oma siapkan di kamar, kita akan pergi”
“ke?”
Neneknya pun mendorong tubuh cucunya masuk ke kamar mandi tanpa bisa pria itu membantah, setelan jas lengkap dengan dasi kupu-kupu sudah disiapkan rapi di kamar, dan Andy pun menurut saja dengan pengaturan Harlina yang telah merawatnya dari kecil itu.
“ada apa lagi? Sudah jangan banyak pikiran, nanti naik lagi gulanya” ucap Harlina menatap suaminya yang juga sudah rapi dengan setelah jasnya.
“Keluarga Susanto meminta waktu bertemu, mereka akan meminta maaf atas kelakuan anaknya yang sombong itu, Enak saja!” Ady sampai memukul tepian kursi dengan tangan tuanya,
“sudah merasa terancam baru meminta maaf. Mereka itu sepertinya gagal mendidik anak. Kasihan, anak Cuma satu tapi kelakuan seperti itu” Harlina sampai geleng kepala sedikit geram meski Andy sudah berhasil membuat oleng perusahaan milik keluarga Susanto yang sudah menghina cucunya itu.
Mobil sedan membawa Andy dan kedua kakek neneknya menuju ke sebuah restoran di pusat kota, dari ambang pintu private room restoran saja , Andy sudah malas melanjutkan langkahnya.
“Hehh! Lily”
“kenapa, Andy? Kalian sudah dekat, kan?”
Andy menggeleng malas “ tidak oma. Silahkan berbicara hubungan bisnis, tapi untuk perjodohan, oma akan kecewa malam ini”
“Andy! Sampai kapan kamu akan terus melajang?” bentak Harlina dengan rahan menggertak.
Ady dan Harlina terpaksa menelan kekecewaan kembali malam ini karena lantaran gagal menjodohkan cucu mereka entah sudah yang keberapa kalinya. Bahkan terhadap Lily yang hampir tanpa celah saja, Andy menolak.
Keesokan harinya, Andy Hardiputra menjelma menjadi seorang pemimpin perusahaan yang gagah dan terlihat sempurna. Sebuah perusahaan yang dibangun oleh kakek Andy lalu diteruskan oleh Lukman ayahanda Andy yang meninggal diusia yang masih sangat muda.
Kini Andy yang baru menginjak usia tiga puluh tahun harus menjadi penopang kerajaan bisnisnya sejak usia muda menggantikan ayahnya. Didikan kakeknya yang kemudian menjadikan Andy muda sangat keras hati dan hampir tanpa belas kasihan meski Harlina sudah mengimbangi dengan kasih sayang,
“Permisi, pak Andy, Ada bapak Hardi yang ingin bertemu” ucap sekretaris saat Andy tengah sibuk dengan pekerjaannya.
Pria itu mendongak dan sang kakek sudah berdiri dengan tongkat kayunya
“kakek, tumben ke perusahaan”
“Andy, ada yang ingin kakek bicarakan, kamu sulit sekali dihubungi sampai kakek sendiri yang harus ke sini”
Pria itu memapah membantu kakeknya untuk duduk namun Hardianto menolaknya, pria tua itu bisa duduk sendiri dengan masih menegakkan tongkat kayunya.
“Ada berapa pertemuan hari ini?”
“hari ini ada beberapa, kakek. Rencana ekspor dalam waktu dekat ini, pengembangan beberapa cabang di berbagai tempat juga tidak ada kendala, Semua baik-baik saja”
Dengan bangganya, Andy memamerkan sederet prestasinya mengembangkan bisnis yang didirikan pria tua itu di hadapannya, tak diragukan lagi hasil didikan keras kakeknya membawa Andy pada kesuksesan,
Hardianto kemudian menatap tajam cucunya “Lalu, untuk apa semua ini? Untuk siapa kamu bekerja siang dan malam seperti ini, Andy?”
Degg!
Andy sudah bisa merasakan kemana arah pembicaraan kakeknya yang jelas kecewa karena berkali-kali Andy menolak perjodohan.
“Kakek, tolong, Jangan—“
“kakek dan nenek kamu sudah tua, Andy! Sampai kapan kamu hanya bersenang-senang dengan wanita tanpa hubungan yang jelas!” pria tujuh puluh lima tahun itu menghentakkan tongkatnya ke permukaan lantai.
Andy tak berkutik. Membayangkan akan berumah tangga saja sudah membuat otaknya akan meledak,
Hardianto pun tak ingin tekanan darahnya naik menghadapi Andy yang sulit diatur perkara yang satu ini, Ia memilih beranjak dengan kemarahan “Jangan panggil kakek lagi sebelum kamu bisa memberikan generasi penerus untuk keluarga dan perusahaan ini!”
“silahkan Tuan, mobil anda sudah siap”
Mengenakan baju balap jenis overall yang membuat Andy semakin gagah menawan, pria itu kemudian memasuki sebuah mobil balap yang dia miliki secara pribadi, bukan sebagai atlet professional.
Disebuah arena sirkuit yang sebagian besar sahamnya dia miliki, Andy sudah menggenggam setir dengan tatapan tajam. Ucapan kakeknya yang mendesaknya segera memberinya penerus membuat pria itu diliputi amarah yang tidak bisa dia ungkapkan didepannya.
“Maaf Tuan Muda, Satu kali putar lintasan saja. Emosi anda sedang tidak stabil” pesan Jimmy yang mengkhawatirkan atasannya dengan menjadikan mobil balap sebagai pelampiasan emosinya.
Andy segera menarik tuas mobil lalu menginjak gas dengan kecepatan yang langsung naik drastis, Suara knalpot mobil balap sudah menderu kencang seiring kecepatan mobil yang tidak biasa.
Kedua mata pria itu menatap lurus ke garis lintasan dengan bayang-bayang masa lalunya yang langsung berputar dan menari di pelupuk matanya.
“Kamu bukan istri dan ibu yang baik bagi Andy”
“Kamu yang tidak becus jadi suami! Dasar penyakitan!”
Kalimat-kalimat yang terasa mendengung tak henti di telinga Andy yang bahkan sudah tertutup sarung wajah dan helm tebal membuat dirinya kemudian menambah kecepatan kendaraannya.
Bagaimana bisa Andy dituntut untuk berumah tangga sedang bayangan bentuk rumah tangga orang tuanya dulu meninggalkan trauma yang begitu melukai hatinya,
“Hahhh!” murka Andy membanting tubuh ke setir di pelukan saat dia mengakhiri satu putaran lintasan.
Asap putih langsung mengepul di bawah kendaraan akibat gesekan roda yang mendecit berhenti dengan permukaan lintasan yang keras.
Buru-buru tim kru sirkuit membuka pintu mobil dan menanti sang empunya keluar, Andy keluar masih dengan amarah lalu membanting helmnya begitu saja.
Pria itu kembali ke rumah pasangan tua yang telah membesarkan dirinya selepas ayahnya meninggal, menyebabkan kakeknya marah membuat Andy merasa bersalah juga, ia paham kakeknya memiliki penyakit tua, gula darah dan tekanan darah yang cukup tinggi.
Melewati koridor yang menghubungkan ruang tamu dan kamarnya, langkah Andy terhenti saat indra pendengarannya terusik dengan keberadaan tamu yang diterima kakek dan neneknya.
Hardianto yang malas bicara dengan Andy hanya melirik sekilas dan tak ingin memanggil, sampai Harlina kemudian mengangguk sekali padanya, Andy membelokkan langkahnya ke ruang tamu dengan wajah menyeringai tak suka.
“ngapain kalian ke sini?” suara Andy langsung menggema menyentak kehadiran tamu yang tak ia harapkan kehadirannya.
“hmm, Tuan Andy, mohon maaf sebelumnya, kami sekeluarga ingin meminta maaf” Victor Susanto langsung berdiri diikuti istrinya untuk menunduk sekali lalu melempar senyum gentar pada pria yang kemudian melirik putrinya tak suka “Ratih, berdiri!”
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Nantikan di bab selanjutnya…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments