Bab 4

Laila terlihat menangis sedih saat membantu Camelia makan dan minum. Akibat pelajaran dari Gandara, Camelia benar-benar tidak bisa bangun dari tempat tidurnya selama dua hari.

Hari ke empat, meskipun dia sudah bisa duduk tapi tetap saja masih kesulitan untuk berjalan.

Melihat Laila menangis, Camelia pun menghela nafas berat.

"Aku tidak apa-apa kak, setelah aku pulih...!"

Dan belum juga Camelia menyelesaikan apa yang dia katakan, Laila sudah menepuk punggung tangan Camelia yang berada di sisi sebelah kanan Camelia berbaring.

"Hentikan semua ini Camelia, memang bukan mustahil bagi semut untuk melawan gajah. Tapi tidak sendirian!" kata Laila membuat Camelia terdiam.

"Aku sudah bertahun-tahun di sini Camelia, Gandara bukan wanita lemah. Dia punya banyak kekuatan di belakangnya. Ada Erma dan Arini yang menjadi mata dan telinganya. Ada para penjaga yang menjadi tangan dan kakinya. Sedangkan kita, aku dan kamu tidak punya apapun untuk bisa melawan Gandara. Aku tidak akan melarang mu melakukan itu, tapi setidaknya tunggu waktu yang tepat. Saat kamu sudah punya tangan dan kaki yang sama dengan Gandara, kamu mengerti perkataan ku kan. Ingatlah ibumu yang masih menunggumu di desa Camelia!" kata Laila yang membuat Camelia diam dan berpikir.

Laila keluar dari kamar Camelia, karena memang dia selalu di awasi oleh Arini. Kalau Laila lebih dari setengah jam di kamar Camelia. Arini akan menarik, menyeret Laila ke luar.

Sebelum itu terjadi, Laila selalu keluar dari kamar Camelia terlebih dahulu. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi Laila juga tidak mau kalau Arini masuk kamar dan menghina atau bahkan menyakiti Camelia. Arini itu sangat hobi menampar orang. Benar-benar wanita yang kasar.

Dan begitu pintu kamarnya tertutup, Camelia pun terdiam. Dia benar-benar memikirkan apa yang tadi di katakan oleh Laila. Setelah beberapa lama berpikir dengan pemikiran yang begitu matang. Akhirat Camelia memutuskan kalau apa yang dikatakan oleh Laila itu memang benar.

Bukan mustahil untuknya bisa melawan Gandara, tapi tidak saat ini. Tidak saat dirinya benar-benar hanya modal nekat dan keberanian saja. Butuh lebih dari itu untuk mengalahkan Gandara.

Camelia pun menundukkan wajahnya dan menghela nafas sangat panjang. Mungkin memang dirinya harus menerima keadaan seperti ini. Bukan pasrah, tapi lebih ke menunggu saat yang tepat. Sambil dia memikirkan cara yang tepat untuk mulai darimana dia harus memulai rencananya.

Sementara itu di kamar Gandara, wanita itu seperti biasa sedang menghitung banyaknya pendapatan yang dia dapat malam kemarin.

"Lapor nyonya, kondisi Camelia sudah membaik. Tapi nyonya, saya ingin bertanya kenapa nyonya membiarkan Laila merawatnya, kenapa tidak di biarkan mati saja nyonya?" tanya Arini.

Sambil menghitung uang dan menyimpannya di dalam kotak Gandara pun menoleh ke arah Arini.

"Lihat ini Arini, kotak ini adalah penghasilan lentera malam selama tiga hari ini, lalu lihat yang ini!" kata Gandara mengeluarkan satu kotak lagi yang lain.

"Yang ini adalah penghasilan lentera malam dengan kembang utama Camelia dalam semalam. Benar-benar tidak sepadan!" keluh Gandara.

Arini pun melihat ke arah dua kotak itu. Dan ternyata memang benar, satu kotak penghasilan Camelia memang lebih banyak dari kotak yang merupakan penghasilan tiga hari tanpa Camelia.

"Sejak gadis itu datang, aku bisa melihat kalau dia punya daya tarik yang susah untuk di jelaskan. Sayangnya dia memilih menjadi pemberontak. Tapi dengan kejadian malam itu, aku yakin dia akan kapok. Aku berani bertaruh, kalau dia tidak akan pernah melawan lagi. Selama ini tidak ada yang berani melawan Gandara di lentera malam, tidak dulu, tidak sekarang dan tidak sampai kapanpun!" tegas Gandara dengan suara yang begitu penuh dengan penekanan di tiap kalimatnya.

Arini pun tersenyum menyeringai, dia tampaknya juga sangat tidak suka dengan Camelia. Dan dia memang adalah penjilaat nomor satu Gandara. Tentu saja saat nyonyanya berkata seperti itu, Arini terlihat begitu senang.

"Hah, menyebalkan sekali. Kenapa tidak ada yang mau membayar mahal wanita-wanita di sini, mereka cantik dan berbakat. Apa mereka memang suka wanita yang galak seperti Camelia. Apa aku harus mengajarkan kepada mereka bagaimana merayu para pria? Arini... kumpulkan semua kembang! aku harus beri mereka peringatan keras, memangnya mereka kira ini tempat apa? mereka bisa dapat makan dan tempat tinggal tanpa menghasilkan uang!" kata Gandara.

Tak lama, semua kembang lentera Malam berkumpul. Termasuk Laila.

Gandara menampar satu persatu dari belasan wanita itu, terutama yang tidak bisa menghasilkan uang sama sekali kemarin malam.

Wajah Gandara terlihat suram, dia benar-benar sedang marah. Para wanita itu hanya bisa menundukkan kepala mereka, beberapa bahkan menangis dan gemetaran.

"Kalian pikir ini panti sosial? apa aku terlihat sebaik itu?" bentak Gandara dengan nada suara yang kian meninggi dan meninggi.

Semuanya tampak diam, termasuk Laila.

"Mulai malam ini, siapa yang tidak bisa menghasilkan uang. Jangan harap kalian akan dapat makan. Kalian mengerti!" bentak Gandara lagi.

Setelah itu semuanya di bubarkan, mereka benar-benar ketakutan. Tidak dapat makan, tapi tidak bisa kabur dan tidak di biarkan mengakhiri hidup mereka juga. Benar-benar sangat menderita.

Setelah memarahi para pekerjanya, Gandara pun pergi ke kamar Camelia.

Brakkk

Pintu kamar itu tidak terbuka dengan perlahan. Tapi terbuka dengan dobrakan kasar dari Gandara.

Camelia pun membuka matanya, dia masih berusaha untuk bangun, ketika tangannya di tarik paksa oleh Arini untuk bangun. Jerit kesakitan Camelia pun tidak di dengarkan oleh Arini.

"Kenapa menjerit? sakit? sudah tahu sakit kamu sekarang?" tanya Gandara dengan tatapan sinis pada Camelia.

Camelia yang matanya berkaca-kaca langsung menyeka matanya itu, dia tidak mau menangis di depan Gandara. Dia paham, kalia air matanya akan semakin membuat Gandara bahagia.

"Ha ha ha, Camelia... Camelia.. sekarang kamu sudah tahu kan siapa Gandara?" tanya Gandara.

"Jadi jangan pernah melawan aku lagi, bekerja dengan baik di tempat ini, kemarin itu hanya hukuman untukmu saja. Jika satu kali lagi kamu membuat masalah denganku, maka ibumu tidak akan lepas dari hukuman yang sama...!"

"Tidak nyonya, tolong jangan ganggu ibuku" kata Camelia yang melipat tangannya di depan wajahnya, menyatukan dua tangannya di depan wajahnya.

Gandara cukup terkejut, tadinya dia pikir Camelia masih akan keras kepala. Gandara tidak menyangka Camelia akan menyerah secepat itu.

"Sudah tahu diri rupanya, kalau begitu cium punggung kakiku dan minta maaflah padaku!" kata Gandara dengan angkuh.

Tapi Camelia langsung perlahan turun dan melakukan apa yang di perintahkan oleh Gandara.

"Maafkan aku nyonya, aku mengaku salah!" lirih Camelia lalu mencium punggung kaki Gandara.

"Ha ha ha, bagus. Aku Gandara, tidak akan ada yang bisa melawanku! ha ha ha"

'Aku bukan kalah Gandara, aku mengalah. Tunggu saja, suatu saat nanti. Kamu yang akan berada di tempatku ini!' batin Camelia.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Diaz

Diaz

Gandara iblis betina 🙈🙈

2023-08-28

3

Sunny Choi

Sunny Choi

Gandara jahat kayak ibu tiri ya

2023-08-21

4

Ayu Rahmawati

Ayu Rahmawati

Camelia mengalah untuk menang

2023-08-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!