Bab 2

Camelia masih berusaha untuk lari dari sana, dia berusaha keras melepaskan cengkraman tangan dari wanita bernama Gandara itu.

Tapi usahanya percuma saja, Burhan mendekatinya dan mengulurkan tangannya dengan posisi telapak tangan terbuka ke atas.

“Sesuai apa yang nyonya Gandara katakan kemarin, 300 ribu rupiah untuk gadis muda cantik dan perawan!” ucap Burhan tak tahu malu.

Mata Camelia yang sudah berlinangan air mata membelalak lebar melihat sang ayah tiri yang menjualnya dengan harga yang kala itu bisa membeli 11 gram emas murni. Uang sebanyak itu bahkan bisa membeli satu buah rumah kala itu. Tapi tetap saja dia tidak menyangka kalau ayah tirinya akan menjualnya ke tempat seperti itu.

“Ayah, tolong aku ayah. Ayah aku mau pulang, aku akan bekerja keras. Tolong jangan tinggalkan aku di tempat seperti ini!” lirih Camelia yang masih terus berusaha melepaskan diri dari Gandara.

Tapi Burhan sama sekali tidak menaruh iba pada Camelia. Pria itu mendekati Camelia dan mencengkram rahang gadis itu dengan kuat.

“Sekarang kamu tahu siapa aku kan? Maka jangan sekali-kalinya kamu kabur dari tempat ini. Atau aku, aku akan menghabisi nyawa ibumu!” seru Burhan yang terlihat tidak ada perikemanusiaan sama sekali saat mengatakan itu pada Camelia.

Camelia terdiam, dia ketakutan. Dia benar-benar ketakutan. Dia tentu saja tidak ingin ibunya di habisi oleh Burhan. Camelia hanya bisa menangis ketika melihat Gandara memberikan uang pada Burhan yang langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan menggunakan becak yang sama, yang mereka tumpangi dari stasiun.

Camelia menangis lirih ketika dia di seret masuk oleh anak buah Gandara, dua pria berbadan hitam dan kekar ke dalam rumah besar bernama Lentera Malam itu.

Camelia melihat ke arah kiri dan kanan. Dilihatnya beberapa wanita yang hanya pakai rok dalaman berwarna putih, tok jadul yang di jadikan dalaman daster itu dengan atasan tali satu, bahkan ada yang menggunakan kemben saja. Camelia gemetaran. Dia tahu akan jadi apa dia di tempat itu.

Camelia tahu wanita yang masuk ke tempat itu artinya dia akan kehilangan harga diri dan kehormatannya. Begitu Gandara duduk di kursi rotan di depannya. Camelia langsung merangkak dengan cepat dan memegang kaki Gandara dengan kedua tangannya.

“Aku mohon nyonya, jangan jadikan aku wanita seperti itu. Aku mau melakukan pekerjaan apa saja, aku bisa memasak nyonya, mencuci, membersihkan rumah. Aku bisa melakukan semua itu nyonya. Tidak di gaji sampai uang yang nyonya berikan pada ayah tiriku itu lunas, tidak apa-apa nyonya. Di beri makan sehari satu kali, tidak apa-apa nyonya. Tapi tolong...!”

Brakk

Camelia terjungkal ke arah belakang, wajahnya di tendang oleh Gandara.

“Kamu pikir kamu siapa? Kalian berdua..!”

Gandara lantas melambaikan tangan pada dua wanita di sampingnya.

“Bawa dia ke kamarnya, malam ini tempel pengumuman di depan Lentera malam. Ada gadis muda yang masih perawan akan menghabiskan malamnya dengan penawar paling tinggi di lentera malam!” kata Gandara yang mengatakan itu dengan ekspresi tersenyum tapi senyum itu membuat yang melihatnya merinding.

Camelia di seret oleh dua wanita yang sangat setia pada Gandara itu. Camelia terus menggelengkan kepalanya dan meminta di lepaskan. Namun itu sangat percuma. Dia di seret ke sebuah kamar dan di sana, dia di paksa untuk berganti pakaian dan merias dirinya.

Camelia terus memberontak, dia tak mau pakai pakaian yang hanya menutupi dua gundukan yang tidak terlalu besar di dadanya dan di bawah perutnya itu saja.

Camelia benar-benar risih, dia menarik pakaian itu hingga robek. Membuat Arini salah satu dari orang kepercayaan Gandara itu marah dan nyaris menampar wajah Camelia.

Namun Erma menghalanginya.

“Hei, apa yang mau kamu lakukan? Wajahnya adalah aset. Jika kamu menamparnya maka percuma saja pengumuman yang di pasang di depan itu!” kata Erma pada Arini.

“Aku hampir lupa, aku akan beritahu nyonya saja!” kata Arini yang kesal karena Camelia merobek pakaian yang harganya mahal itu.

Begitu Gandara mendengar ulah Camelia, Gandara langsung masuk ke dalam ruangan itu. Gandara menjambak rambut Camelia yang masih menangis dan mencoba untuk kabur lewat jendela.

“Agkhhh, tolong lepaskan aku!” pekik Camelia kesakitan.

Saat dia akan membuka jendela lantai tiga itu, rambutnya langsung di tarik oleh Gandara dengan sangat kencang, tanpa belas kasihan.

“Mau kabur kamu bocah? Jangan mimpi! Dengarkan aku baik-baik ya, jika kamu sampai kabur dari tempat ini. Aku pastikan Burhan yang pertama tahu akan kabar ini, dan saat kamu sampai di rumah. Aku pastikan ibumu sudah menjadi mayat! Dengar itu!” Seru Gandara dengan nada suara yang kian meninggi.

Gandara menghempaskan Camelia dengan kuat ke lantai.

Brakkk

Suara itu adalah suara benturan tubuh Camelia dengan lantai. Gandara memang ratu penyiksa, dia tahu bagian mana yang harus di siksa tanpa meninggalkan bekas dan tanpa mengurangi nilai jual dari para pekerja di lentera malam nya.

“Rias dia, kalau dia menangis atau membuat ulah lagi. Segera beri tahu pengantar pesan, dan katakan pada Burhan!” gertak Gandara yang berhasil membuat Camelia ketakutan.

Tidak ada yang lebih membuat Camelia ketakutan selain keselamatan ibunya, Asri. Karena ancaman Gandara, Camelia pun akhirnya pasrah pada malam itu. Dia di keluarkan sebagai pembuka untuk para pria yang masih mengantongi banyak uang pada malam itu.

Mata Camelia terpejam, dia malu, sangat sangat malu ketika dirinya di biarkan berdiri di atas meja. Dengan puluhan pasang mata pria hidung belang yang memandangnya dengan kerakusan.

Beberapa bahkan hendak menyentuhnya, tapi itu memang tidak di perbolehkan kecuali sudah membayar dengan harga tinggi. Hingga terdengar sebuah tawaran yang begitu menggiurkan untuk Gandara. 1 juta rupiah. Uang dengan jumlah itu pada tahun 1990 sangat besar jumlahnya. Dia bahkan mendapatkan 2 kali lipat dari harga beli Camelia.

Camelia di seret Arini ke lantai tiga, di kamar yang sudah di siapkan untuk kembang anyar, istilah untuk wanita malam baru di lentera malam, setelah Camelia masuk. Arini menguncinya dari luar.

Pria itu di sana, pria yang wajahnya tak terlihat karena kamar itu di biarkan gelap tanpa cahaya.

Pria itu mendekati Camelia dan menutup matanya dengan sebuah kain. Camelia semakin takut. Tapi pria itu kemudian menarik tangan Camelia ke arah tempat tidur. Camelia ingin sekali berseru pada pria itu, dan memintanya melepaskannya. Tapi dia ingat akan ancaman Gandara, dia harus melayani pria itu. Atau ibunya akan mati.

Dengan derai air mata, Camelia pun mengikuti setiap apa yang pria itu ingin dia lakukan. Air mata Camelia berlinang, ketika pria itu berhasil memasukinya. Merenggut kehormatannya, dengan nominal satu juta rupiah.

Camelia merasakan setiap inci tubuhnya bergetar, ketika pria itu kembali memasukinya untuk yang kedua kalinya, ketiga kalinya, dan keempat kalinya sebelum terdengar suara ketukan di pintu.

Tok tok tok

“Tuan, sudah waktunya anda pergi. Sudah jam lima pagi!” suara itu terdengar seperti suara Arini.

Camelia hanya bisa menangis, ketika pria itu menyentuh punggungnya yang tidak tertutupi oleh apapun. Hingga terdengar langkah kakinya pergi setelah pintu terbuka.

Camelia masih di tempatnya, dia menangis meratapi nasibnya yang sudah terlanjur terjerumus oleh ayah tirinya ke dunia yang begitu rendah seperti itu.

Arini tertawa senang melihat Camelia dengan posisi tengkurap yak berdaya di atas tempat tidur.

“Ha ha ha ha, selamat datang di Lentera Malam. Camelia!”

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Diaz

Diaz

kasihan sekali nasibmu Camelia 😔

2023-08-28

4

ria

ria

takdirmu camelia..sungguh miris..
bener2 biadab burhan..
tunggu karmamu burhan pasti akan datang menjemputmu

2023-07-23

3

ria

ria

andai aq bisa menolongmu camelia..

2023-07-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!