TMKKM 04

Fatih membabi buta. Mencengkeram lengan Melinda dengan sangat kuat. Tidak peduli meskipun wanita tersebut sudah meringis kesakitan dan terus meminta ampun. Fatih tidak peduli itu. Bahkan, yang lebih menyedihkan adalah rendahnya sikap peduli dan empati dari orang di sekitar. Mereka yang berada di sana hanya diam dan menonton pertengkaran tersebut tanpa ada yang melerai. 

"Aku tidak menyangka kalau selama ini kau sudah membohongiku! Jal*Ng!" umpat Fatih tanpa rasa kasihan. 

"Maafkan aku, Mas. Aku terpaksa." Melinda terus memelas dengan air mata yang berderai membasahi wajah cantiknya. Namun, Fatih tetap tidak peduli. 

Dengan gerakan sangat kasar, Fatih menarik Melinda keluar dari sana. Meninggalkan tempat tersebut tanpa berpamitan sama sekali. Bahkan, barang milik Melinda masih tertinggal di kamar dan Fatih sama sekali tidak mau mengambil. Memilih untuk menyuruh Melinda naik ke motor dan melajukan dengan kencang. 

Fatih tidak langsung membawa Melinda pulang, tetapi menepikan motornya di sebuah jalanan yang sepi. Ketika motor milik suaminya sudah berhenti, tubuh Melinda beringsut takut. Ada perasaan gelisah teramat hebat yang dirasakan.

"Turun!" perintah Fatih. 

"Mas, kenapa kita tidak pulang? Ayolah, lebih baik kita bicarakan semua ini di rumah." Melinda menangkup kedua tangan di depan dada. 

Tidak ada jawaban dari Fatih. Lelaki itu justru menatap istrinya dengan sangat tajam seolah hendak menguliti wanita tersebut secara hidup-hidup. Menyadari tatapan suaminya yang penuh dengan kilatan amarah, Melinda pun memilih untuk perlahan mundur. 

"Aku tidak akan pulang sebelum kau jelaskan semuanya di sini!" Suara Fatih masih meninggi. Menunjukkan betapa hebatnya amarah yang sedang menguasai lelaki itu. Bahkan, bola matanya yang membulat penuh seolah hendak lepas dari tempatnya seketika membuat Melinda kian ketakutan. 

"Tapi, Mas ...." 

"Kau! Aku tidak menyangka kalau ternyata selama ini kau sangat murahan!" bentak Fatih. Kembali mencengkeram dagu istrinya dengan kuat. Seolah akan mematahkan tulang-tulangnya. Melinda pun hanya bisa diam dan menangis. 

"Kau bilang bekerja di kafe, tapi ternyata kau adalah pelacur! Wanita murahan! Berapa lelaki yang sudah meniduri kamu?" tanya Fatih penuh penekanan. Melinda hanya diam, memejamkan mata tanpa berani menjawab sama sekali. Ia merasa takut akan kemarahan Fatih dan khawatir lelaki tersebut akan berbuat yang lebih dari ini. Bisa saja lelaki itu membunuhnya. Jika itu benar terjadi, Melinda tidak akan pernah tega meninggalkan Atha. Yang dipikirkan sekarang jika ia harus pergi adalah Atha. 

"Jawab! Bukankah kau punya mulut untuk menjawab!" Fatih melepaskan cengkeraman tangannya dengan kasar. Membuat wajah Melinda serasa terhempas. 

Melinda pun mendongak dan menatap suaminya. Kilatan amarah masih terlihat jelas dari sorot mata lelaki tersebut. Bahkan, urat-urat di wajah terlihat jelas. Menandakan betapa emosinya lelaki tersebut saat ini. 

"Mas, aku terpaksa melakukan ini demi Atha." Melinda menjawab lirih, tapi masih bisa didengar baik oleh Fatih. 

"Demi Atha? Demi Atha kau rela jadi jal*ng! Dasar murahan! Istri tidak tahu diuntung!" umpat Fatih tanpa peduli perasaan Melinda yang sekarang ini sudah remuk redam. 

Melinda merem*s dada dengan cukup kuat. Ada rasa sakit teramat hebat yang ia rasakan di sana. Semua luka yang sudah menumpuk di hati sejak lama, seolah hendak meluap lebar. Walaupun sekarang ini Melinda masih berusaha untuk menahan. 

"Mas, seharusnya kau sadar kalau aku seperti ini karena kau." Melinda menghela napas panjang. 

"Aku?" Fatih kembali meradang. Tatapannya kian menajam. "Aku tidak pernah memintamu menjadi pelacur! Kau bersalah dan sekarang kau justru menyalahkan aku!" bentak Fatih tidak terima. 

"Mas, aku terpaksa melakukan pekerjaan ini karena kau tahu sendiri bukan, kalau Atha butuh biaya berobat yang banyak. Bukannya membantu, kau justru sibuk main judi dan mabuk-mabukan. Kalau aku tidak seperti ini, lantas siapa yang akan memikirkan biaya pengobatan Atha, Mas," ujar Melinda. Mulai mengumpulkan keberanian untuk melawan suaminya. 

Dada Fatih terlihat naik-turun karena terlalu emosi. "Jadi, kau menyalahkan aku? Dasar wanita sialan!" 

Plak! 

Sebuah tamparan mendarat di pipi Melinda. Menciptakan rasa panas yang menjalar apalagi tamparan itu sangatlah kuat. Bukannya merasa bersalah, Fatih justru terlihat kian emosi. Sementara Melinda hanya diam sambil mengusap pipinya yang mulai terasa perih. 

"Bukankah sudah kubilang kalau aku menang judi, uangnya akan kuberikan pada kalian?" Suara Fatih masih meninggi. 

"Kapan kau menang judi, Mas? Selama ini kau selalu kalah dan kau bahkan mengambil uangku untuk berjudi. Seharusnya kau mikir, Mas. Kau ini kepala keluarga. Aku dan Atha adalah tanggung jawabmu! Seharusnya kau bekerja keras mencari nafkah untuk kebutuhan hidup kita dan berobat Atha. Kalau aku tidak seperti ini, lantas bagaimana cara ...." 

"Bedeb*h sialan! Jadi, kau tidak ikhlas meminjamkan gajimu sebagai pelacur padaku! Kau tenang saja, aku akan mengganti nanti bahkan sepuluh kali lipat! Cih!" Fatih meludah di depan Melinda tanpa perasaan. Bersikap tidak acuh walaupun hal tersebut bisa saja menyinggung perasaan Melinda. 

Melinda memilih diam. Tidak mau menjawab karena ia sadar. Jika diteruskan maka yang ada pertengkaran ini akan semakin hebat. Melinda tidak ingin jika amarah suaminya kian menggebu. Memilih untuk diam agar suasana mencekam itu menjadi hilang. 

Setelah cukup lama saling diam. Fatih pun menarik tangan Melinda dan memintanya agar segera naik ke motor lagi. Namun, Melinda menolak. Tidak mau langsung pulang sekarang ini. Hal itu pun membuat Fatih kembali emosi. 

"Apa kau akan datang ke tempat pelacuran itu lagi? Kau belum puas ditunggangi lelaki hidung belang?" Fatih mulai membentak lagi.

Melinda menggeleng lemah. "Tidak, Mas. Aku hanya tidak mungkin pulang dalam keadaan seperti ini. Kalau Atha bangun, dia pasti akan banyak bertanya. Begitu juga dengan ibumu." 

"Ck!" Fatih berdecak keras. Menatap istrinya dari atas sampai bawah yang menggunakan baju seksi. Rok hanya menutup sedikit paha juga belahan dada terbuka. Sungguh, jika dilihat lebih dalam, Melinda begitu menggugah hasrat. Namun, ketika teringat Melinda yang sudah ditiduri banyak lelaki, seketika membuat Fatih merasa jijik. "Cepatlah! Kau tenang saja, mereka tidak akan bangun jika kau tidak banyak bicara nanti." 

Melinda pun hanya pasrah ketika Fatih sudah menyuruhnya naik. Lalu keduanya pun pulang ke rumah. Dalam hati Melinda selalu berdoa semoga anak dan ibu mertuanya sudah tidur. Jika mereka melihat Melinda memakai baju seperti sekarang ini, sudah pasti Melinda akan merasa tidak enak hati. 

Setibanya di depan rumah, jantung Melinda berdebar kencang. Apalagi ketika melihat lampu di rumah tersebut masih menyala. Kemungkinan, anak dan ibu mertuanya belum tidur. 

"Ayo!" perintah Fatih. Melinda masih bergeming dan ragu saat hendak masuk. 

"Mas, aku ...." 

Ceklek! 

Pintu terbuka dan Dewi keluar dari sana. "Kalian sudah pulang?" 

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

ih laki2 mau di buang

2023-10-05

0

nurcahaya

nurcahaya

kurang asem sifat ih iku.
kurang bersyukur

2023-08-01

0

sitwien

sitwien

thorrr
tlng...
bikin melinda meninggalkan fatih
bikin melinda ketemu dgn orang sabar,ceo yg kaya raya

2023-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!