Dewi begitu sinis ketika melihat penampilan Melinda yang terkesan sangat seksi. Bahkan, semenjak Melinda menjadi menantunya, baru kali ini wanita tersebut melihat penampilan Melinda yang seperti sekarang ini. Hal itu pun sontak membuat Dewi menaruh rasa Herna sekaligus curiga.
"Kenapa bajumu seksi sekali? Apa bekerja di kafe menggunakan baju seseksi ini? Sudah seperti pelacur saja," tukas Dewi. Menatap Melinda dan Fatih secara bergantian.
"Kita bicarakan di dalam saja, Ma." Fatih tidak lagi berbicara sekeras tadi. Ia pun masuk disusul oleh kedua wanita tersebut.
Sejak tadi, Melinda hanya duduk menunduk tanpa berani mengangkat kepala. Masih merasa takut terhadap kemarahan suaminya. Ditambah lagi sekarang ibu mertuanya masih menaruh curiga. Melinda tidak bisa membayangkan bagaimana respon Dewi jika wanita itu tahu kalau dirinya adalah seorang wanita malam.
"Kenapa kalian diam saja? Melinda! Apa kau bekerja di kafe dengan pakaian seperti ini?" tanya Dewi lebih keras lagi dan begitu menuntut jawaban.
"Bu ...."
"Dia memang pelacur, Bu."
Tanpa menutupi semuanya, Fatih justru menjawab dengan jujur kepada Dewi. Hal itu pun sontak membuat Dewi membulatkan mata secara penuh. Bahkan, tatapannya seketika menajam ke arah Melinda seperti belati tajam yang sampai menusuk ke hati.
"Yang benar saja? Kau pelacur?" tanya Dewi penuh amarah. Melinda tidak sanggup menjawab. Hanya Fatih yang mengangguk cepat. "Ibu sungguh tidak bisa membayangkan semua ini! Bagaimana bisa kau menjadi seorang pelacur. Ini sangat menjijikkan!"
"Maafkan aku, Bu. Aku terpaksa melakukan ini." Melinda duduk bersimpuh di depan ibu mertuanya dan berusaha menggenggam tangan wanita itu. Namun, Dewi dengan cepat menepis.
"Jangan menyentuhku! Aku tidak sudi disentuh oleh wanita kotor sepertimu! Aku tidak menyangka kalau selama ini kau berbohong kepada kami!" bentak Dewi. Amarahnya naik seperti Fatih tadi. Bahkan, wanita itu tidak peduli meski Melinda sudah memohon ampun padanya.
"Bu, maafkan aku, Bu. Aku terpaksa melakukan ini untuk membantu ekonomi keluarga kita. Bukankah Ibu tahu kalau Atha butuh biaya berobat yang tidak sedikit, Bu." Melinda berusaha merayu agar ibu mertuanya mau memberi maaf padanya.
"Bukan berarti kau menjadi jal*ng seperti ini! Melinda, sekarang mau ditaruh di mana muka ibu jika orang-orang sampai tahu kalau kau ternyata seorang pelacur! Mau ditaruh di mana muka ibu, ha!" Dewi saking gemasnya hampir merem*s wajah Melinda. Namun, ia mengurungkan karena melihat Fatih yang diam saja tanpa membela wanita itu sama sekali.
"Maafkan aku, Bu."
"Fatih, Ibu benar-benar tidak tahu lagi harus berbuat apa. Bagaimana bisa istrimu menjadi pelacur seperti ini. Betapa murahan dirinya," cemooh Dewi tanpa peduli pada perasaan Melinda yang kian merasa sakit.
"Aku juga baru tahu tadi, Bu. Pantas saja dia punya banyak uang. Kupikir gaji bekerja di kafe itu sangat besar, ternyata uang itu hasil dari dia mendes*h bersama lelaki hidung belang," imbuh Fatih. Ikut melukai hati Melinda.
"Mas, seharusnya kau sadar kalau aku seperti ini untuk membantumu. Bahkan, kau juga menggunakan uang hasil keringatku untuk berjudi." Melinda kembali berani. Tanpa takut ucapannya itu membuat Fatih kembali meradang.
"Kau! Membahas itu lagi!" Fatih kembali menampar Melinda. Di depan Dewi. Yang lebih miris lagi adalah Dewi bukannya melerai justru bersedekap sambil menatap Melinda dengan sinis.
Di saat suasana sedang memanas, mereka dikejutkan dengan suara Atha dari pintu kamar. Melinda dengan gugup mengambil apa pun yang berada di dekatnya untuk menutupi tubuh seksinya. Lalu masuk kamar meninggalkan suami dan ibu mertuanya begitu saja.
***
Selepas kepergian Melinda, Fatih duduk bersandar dan mengusap wajah dengan kasar. Terlihat seperti lelaki yang begitu frustrasi. Pikirannya kacau apalagi saat teringat Melinda sedang bersama lelaki hidung belang. Fatih sungguh merasa jijik terhadap wanita itu. Dewi yang melihat putranya pun segera mendekat dan mengusap pundak lelaki itu dengan perlahan.
"Kenapa kau terlihat sangat frustrasi?" tanya Dewi dengan bodohnya.
Fatih pun berdecak keras. "Bukankah Ibu lihat sendiri kalau Melinda itu pelacur yang bisa disentuh oleh lelaki mana pun. Aku jadi jijik padanya, Bu."
"Ya sudah. Kalau begitu kau jangan menyentuhnya. Em, ibu punya ide." Dewi menarik sebelah sudut bibirnya. Tersenyum sinis.
"Ide apa, sih, Bu. Jangan bilang kami harus bercerai. Bu, untuk saat ini aku belum siap jika harus bercerai dari Melinda," ujar Fatih. Suaranya terdengar begitu berat.
"Tidak. Ibu tidak akan menyuruh kalian untuk bercerai. Sayang, dong. Kita punya kesempatan jangan disia-siakan." Dewi menyeringai. Berbeda dengan Fatih yang berdecak karena belum paham apa maksud Dewi.
"Bu, langsung jelaskan saja ke intinya, aku tidak paham." Fatih mulai tidak sabar.
"Jadi, gini. Daripada kalian bercerai, lebih baik kita suruh Melinda tetap bekerja sebagai pelacur saja dan nanti kita bisa mengambil uangnya. Bukankah bayaran seorang pelacur itu sangat besar. Sayang sekali jika tidak kita manfaatkan," cetus Dewi memberi ide.
"Em, ide bagus juga. Tapi, Bu ...."
"Sudah. Jangan tapi-tapian. Kau mau membela istrimu seperti apa pun, dia itu sudah kotor. Apa kau tidak jijik dengan dirinya yang sudah disentuh oleh banyak lelaki. Mending, kau nurut saja sama ibu." Dewi sama sekali tidak memberi kesempatan Fatih untuk berpendapat.
"Baiklah. Aku ikut saran Ibu. Aku juga butuh uang untuk berjudi sampai bisa menang." Fatih pun setuju.
Walaupun istrinya bekerja sebagai wanita malam, setidaknya sekarang ia tidak perlu lagi bekerja keras untuk berjudi sekaligus biaya pengobatan Atha. Ia akan memutuskan untuk berhenti bekerja dan hanya akan di rumah sambil menunggu Melinda pulang membawa uang.
Otaknya benar-benar licik.
Dewi tersenyum senang ketika Fatih setuju pada sarannya.
***
"Ibu, kenapa Ibu sudah pulang dan Nenek tadi memarahi Ibu? Apa Ibu bersalah padanya?" tanya Atha dengan polosnya. Menatap Melinda dengan penuh harap.
Melinda pun merasa sangat tidak tega. "Tidak apa. Ibu hanya ingin tidur bersamamu malam ini. Jadi, ibu izin untuk pulang lebih awal. Sekarang kau tidurlah."
"Bu ...."
"Fathariandi." Melinda memanggil nama lengkap Atha dengan penuh penekanan. Membuat anak lelaki tersebut langsung terdiam begitu saja.
"Baiklah. Maafkan aku, Bu. Sekarang aku akan tidur dan terima kasih sudah menemaniku tidur."
Atha memeluk Melinda sangat erat lalu berusaha untuk memejamkan mata. Justru berbeda dengan Melinda yang mendadak gelisah. Entah mengapa, ia merasa ada denyutan rasa sakit di hati yang dirasakan ketika Atha mengucapkan terima kasih padanya.
Sebuah kecupan mendarat di kening Atha sebagai pengantar tidur anak lelaki itu. Kemudian, Melinda pun memejamkan mata dan menghela napas panjang berkali-kali.
Maafkan ibu, Nak. Ibu memang sangat bersalah, tapi percayalah kalau rasa sayang ibu kepadamu sangatlah besar. Semoga kau segera sembuh, Sayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
andi hastutty
suami dan mertua ih 🤬🤬🤬😡 Melinda cerai saja
2023-10-06
0
nurcahaya
heh dsar suami dan mertua dzalim klian
2023-08-01
1