TMKKM 03

Fatih menggeram marah. Menendang udara sekuat tenaga untuk meluapkan kekesalan yang membuncah di dada. Bahkan, bibirnya sejak tadi terus saja mengumpat.

Ia kesal. Marah. Sudah kalah judi, masih dijadikan bahan ledekan pula. Harga dirinya seperti diinjak-injak dan ia bertekad akan membalas mereka semua yang sudah berani mencemoohnya.

"Lihat saja, aku akan menang setelah ini!" umpatnya geram.

Fatih duduk di tepi jalan, menatap motornya yang terparkir tepat di sampingnya. Ingin sekali menjual motor tersebut, tetapi hanya itu barang yang dimiliki satu-satunya. Terlebih lagi, motor itu merupakan hal utama yang ia gunakan untuk bekerja. Tidak mungkin dirinya menjual motor tersebut hanya untuk taruhan judi.

"Melinda," gumamnya lirih. "Aku tahu apa yang harus kulakukan." Senyuman licik tersungging dari sudut bibirnya.

Fatih pun segera naik ke motor dan melajukan kembali ke rumah. Berharap Melinda belum berangkat bekerja karena ia yakin kalau istrinya tersebut masih memiliki uang. Fatih memang tidak tahu berapa gaji bekerja di kafe, tetapi Melinda selalu memiliki uang untuk pengobatan Atha meski ia sudah meminta untuk berjudi. Jika ditanya soal gaji, Melinda hanya menjawab bahwa gajinya cukup dan Fatih pun sama sekali tidak menaruh curiga.

Setibanya di rumah, lelaki itu kembali ngegrundel saat istrinya sudah tidak ada. Hanya ada ibu dan anaknya yang sedang menonton televisi.

"Melinda sudah berangkat, Bu?" tanya Fatih.

"Sudah. Kau dari mana? Dari tadi Atha mencarimu." Dewi menepuk pelan bahu Atha untuk mengalihkan perhatian anak tersebut. Terlalu fokus pada film kartun yang ditonton membuat Atha tidak menyadari keberadaan ayahnya.

"Bapak." Atha bangkit dan berlari memeluk Fatih. "Aku mau dikeloni Bapak."

"Baiklah. Kau tidur sekarang karena setelah ini bapak masih ada urusan," kata Fatih menggandeng tangan Atha menuju ke kamar mereka.

"Bapak ada urusan apa?" tanya Atha penasaran.

"Urusan orang tua dan kau anak kecil tidak perlu tahu." Fatih menjawab setengah ketus. Atha pun tidak bertanya lagi. Memilih untuk diam karena takut jika terlalu banyak bertanya maka Fatih akan marah.

***

Melinda menatap pantulan wajahnya di cermin. Wajahnya memang terlihat cantik, tetapi sorot matanya menunjukkan kepiluan. Senyuman Melinda bahkan terlihat getir. Rambutnya yang basah sehabis keramas menjadi tanda bahwa wanita itu baru saja melakukan percintaan panas.

Ia melirik uang lima ratus ribu yang masih tergeletak di atas nakas. Lalu menghela napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. Rasanya sudah lelah sekali, tetapi jika teringat senyuman Atha, semangat Melinda seolah berkobar. Ia meyakinkan diri bahwa tidak boleh kalah oleh keadaan.

"Kau harus cepat sembuh, Atha. Ibu berjanji jika kau sembuh maka ibu akan berhenti dari pekerjaan ini," gumam Melinda lirih.

Tidak peduli pada rasa lelah yang dirasakan, Melinda memilih untuk mengeringkan rambutnya lalu memakai gaun seksi kembali. Ia akan melayani pelanggan kedua jika ada nanti. Baginya sekarang adalah rasa lelah harus ia terjang demi uang untuk pengobatan Atha.

"Kau masih mau lagi?" tanya Tante Sisca yang mengejutkan Melinda.

Melinda pun berbalik lalu melihat Tante Sisca. "Kalau masih ada, aku mau satu kali lagi, Tante."

Tante Sisca menghisap rokoknya secara dalam. Lalu menunggingkan senyumnya. "Kau memang luar biasa. Tenagamu sangat kuat. Baiklah, nanti kalau ada pelanggan lagi aku kabari."

"Iya, Tante." Melinda melihat kepergian Tante Sisca lewat cermin. Setelahnya ia pun berdandan rapi karena jika ada pelanggan yang datang maka ia sudah dalam posisi siap.

***

Fatih mengembuskan napas lega ketika melihat Atha sudah tertidur lelap. Dengan perlahan ia turun dari kasur dan membuka lemari. Melihat setiap tumpukan baju untuk mencari uang. Barangkali Melinda menyimpan di sana. Namun, sampai semua tumpukan baju itu dibuka, tidak ada satu rupiah pun uang yang tersimpan. Fatih pun berganti mencari ke laci meja dan hasilnya pun sama.

"Sial! Sepertinya dia membawa semua uangnya," gerutu Fatih. Memukul lemari untuk meluapkan kekesalan.

Nyatanya, Fatih tidak menyerah begitu saja. Kembali mencari di tumpukan baju karena khawatir ada yang terlewatkan tadi. Namun, lelaki tersebut justru terdiam ketika melihat sebuah lingerie berwarna merah yang berada di tumpukan baju dalam milik Melinda.

Fatih tahu, lingerie itu dulu adalah kado pernikahan mereka dari sahabat Fatih, dan Melinda hanya memakai beberapa kali saja. Ketika melihat lingerie tersebut, sontak membuat hasrat Fatih naik. Bayangan istrinya memakai baju dinas seorang istri itu pun seolah menari dalam benak.

Ada yang bereaksi dari diri Fatih. Terlebih lagi sudah lama sekali ia tidak melakukan hubungan dengan istrinya. Melinda yang sibuk bekerja sampai larut malam. Juga dirinya yang terkadang pulang dengan tubuh lelah membuat mereka jarang sekali melakukan hubungan intim.

Libido Fatih naik drastis dan ia harus menuntaskan hasratnya. Jika tidak maka kepalanya akan sangat pusing dan bisa saja ia menjadi sangat emosional. Namun, untuk waktu sekarang ini Melinda sedang tidak berada di rumah, sedangkan melakukan sendiri maka Fatih tidak akan merasakan kepuasan.

"Lebih baik aku menyewa wanita malam." Fatih mendapatkan ide. Namun, ia kembali terdiam untuk waktu yang lama. "Tapi dari mana aku mendapatkan uang untuk menyewa. Uangku saja sudah habis untuk berjudi tadi."

Fatih mengancak rambutnya. Merasa kesal dan frustrasi sendiri. Tiba-tiba, senyumnya terlihat mengembang lalu bergegas keluar kamar dan menemui ibunya. Tanpa malu, Fatih meminta uang pada Dewi dengan dalih untuk kepentingan yang mendesak. Fatih juga berjanji akan mengembalikan uang tersebut segera mungkin.

Setelah mendapat pinjaman uang dari ibunya, Fatih pun segera pergi. Melajukan motornya menuju ke sebuah tempat prostitusi untuk menyewa wanita malam. Sekadar menuntaskan hasrat yang sudah terasa naik sampai ke ubun-ubun.

"Berapa tarifnya?" tanya Fatih saat sudah menggandeng seorang wanita malam dengan pakaian yang sangat seksi. Padahal, Melinda lebih cantik dari wanita itu, tetapi Fatih terpaksa melakukannya.

"Lima ratus ribu," sahutnya dengan nada bicara sensual. Fatih pun mengangguk mengiyakan lalu mereka bergegas menuju ke kamar.

Namun, langkah Fatih terhenti dan keningnya mengerut dalam ketika melihat seorang wanita yang juga berpakaian seksi, sedang menggandeng seorang lelaki. Pakaiannya pun sangat seksi. Rasanya Fatih sangat familiar dengan wanita itu.

Dengan gegas, Fatih melepaskan gandengan wanita yang disewanya lalu mendekati wanita yang ia duga sebagai istrinya. Sebelum kedua orang itu masuk kamar, Fatih menepuk bahu sang wanita dengan perlahan dan ketika menoleh ke belakang, keduanya sama-sama tersentak kaget.

"Mas Fatih," panggil Melinda dengan suara bergetar hebat. Wajahnya yang barusan dipenuhi senyuman pun kini terlihat memucat. 

"Sialan! Apa yang kau lakukan di sini!" bentak Fatih. Suaranya yang menggelegar mengalihkan beberapa orang yang berada di sana.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

kerja lah karena kamu ngga kasi nafkah

2023-10-05

0

nurcahaya

nurcahaya

yo cri kerjo tuh, wong kmu gk mau cri duit

2023-08-01

0

sitwien

sitwien

bikin melinda pergi dari rumah mengajak anaknya thor
biar tdk disiksa lagi oleh suaminya

2023-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!