Merantau

Setelah keluar dari kediaman Hidayat, Reyhan pun bergegas melangkah menuju rumah sederhana milik ibu nya. Sesampainya di depan pintu, ia pun segera masuk ke dalam dan menemui ibu nya Tiara.

Reyhan langsung duduk bersimpuh di depan Tiara dan meminta izin untuk pergi merantau ke luar kota. Ia ingin mencari pekerjaan dan merubah nasib. Reyhan ingin memperlihatkan kepada Hidayat, kalau dia benar-benar membuktikan perkataan nya.

"Ada apa, Nak? Kenapa wajah mu murung seperti itu?" tanya Tiara sembari membelai kepala putra nya.

"Aku ingin merantau, Bu. Aku ingin mencari pekerjaan di luar kota," jawab Reyhan.

Mendengar perkataan putra nya, Tiara pun langsung menautkan kedua alis. Ia tampak sedikit terkejut dengan keinginan putra nya yang secara tiba-tiba.

"Loh, kenapa harus ke luar kota? Kenapa tidak mencari pekerjaan di sini saja?" tanya Tiara lagi.

Reyhan menghela nafas panjang, lalu menatap wajah ibu nya dalam-dalam. Sebenarnya ia juga tidak tega meninggalkan ibu nya sendirian di rumah. Namun, tekad dan keyakinan nya sudah tidak bisa di ganggu gugat lagi.

Ia akan tetap pergi merantau dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, agar tidak ada lagi orang yang memandang rendah kepada dirinya dan juga ibu nya.

"Aku ingin mencari uang yang banyak, Bu. Aku ingin merubah keadaan kita. Kalau aku mencari pekerjaan disini, sampai kapan pun aku tidak akan bisa mewujudkan impian ku itu, Bu."

Reyhan menggenggam kedua tangan Tiara lalu mencium nya dengan lembut. Ia meletakkan kepala di atas pangkuan ibu nya, dan kembali berkata...

"Tolong izinkan aku pergi, Bu. Aku janji, setelah impian ku itu terwujud, aku pasti akan pulang secepatnya," bujuk Reyhan memelas.

Tiara tidak menjawab. Ia hanya terdiam dan menghela nafas berat. Tiara bingung harus berkata apa kepada putra tunggal nya tersebut.

Di satu sisi, ia tidak ingin berpisah dengan Reyhan dalam jangka waktu panjang. Tapi disisi lain, ia juga tidak tega menghancurkan impian dan cita-cita anak nya itu.

Setelah beberapa saat berpikir dan menimbang-nimbang, akhirnya Tiara pun hanya bisa pasrah dan mengizinkan Reyhan untuk pergi merantau dan menggapai impian nya.

"Ya sudah, kalau memang itu sudah menjadi keputusan mu, ibu tidak akan melarang atau pun menghentikan mu. Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mu, Nak."

Tiara kembali membelai rambut putra nya dengan mata berkaca-kaca. Ia terlihat sedih ketika mengatakan hal tersebut.

Setelah mendengar penuturan sang ibu, Reyhan pun langsung tersenyum sumringah lalu mengangkat kepala nya. Ia memandangi wajah keriput Tiara dengan wajah berbinar.

Karena saking bahagianya, Reyhan pun langsung berdiri dan memeluk tubuh renta Tiara. Ia menciumi kedua pipi ibu nya itu dengan hati berbunga-bunga.

"Terima kasih ya, Bu."

"Iya sama-sama, Nak. Tapi ingat, sering-sering lah memberi kabar kepada ibu, agar ibu bisa tenang disini."

Tiara tersenyum tipis lalu membalas pelukan sang putra. Mendengar perkataan ibu nya, Reyhan pun langsung mengangguk dan merenggangkan pelukan nya.

"Iya pasti, Bu. Ibu tidak usah khawatir, aku pasti akan sering-sering memberikan kabar dan mengirimkan semua biaya kebutuhan ibu disini," tutur Reyhan meyakinkan.

"Alhamdulillah, ibu senang mendengar nya, Nak." Tiara kembali tersenyum dan meneteskan air mata kebahagiaan di kedua pipi nya.

🌷 Hari Keberangkatan 🌷

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tanpa sadar hari keberangkatan pun tiba. Setelah mengemasi pakaian dan barang-barang milik nya ke dalam koper, Reyhan pun bergegas keluar dari kamar. Ia kembali berpamitan dan memeluk erat tubuh ibu nya.

"Aku pergi dulu ya, Bu. Jaga diri ibu baik-baik. Kalau ada apa-apa, cepat hubungi aku!" ucap Reyhan lalu melepaskan pelukan nya.

"Iya, Nak. Kamu juga jaga diri baik-baik ya disana. Jangan telat makan, istirahat yang cukup, dan jangan lupa sholat!" balas Tiara.

"Iya, Bu. Ibu jangan khawatir, aku pasti akan baik-baik saja disana kok, percaya lah!" jawab Reyhan berusaha meyakinkan sang ibu.

"Baiklah, Nak. Ibu percaya dengan mu," balas Tiara sembari menyunggingkan senyum.

Setelah berpamitan, Reyhan pun mulai melangkah keluar dari rumah yang diikuti oleh Tiara dari belakang.

"Aku pergi dulu ya, Bu. Assalamualaikum," ucap Reyhan sembari mencium punggung tangan ibu nya.

"Iya, Nak. Hati-hati di jalan ya, wa'laikum salam."

Setelah itu, Reyhan pun kembali menyeret koper dan segera masuk ke dalam taksi online yang sudah ia pesan sebelum nya.

Sebelum pergi, Reyhan menyempatkan diri untuk kembali tersenyum dan melambaikan tangan kepada sang ibu. Begitu pula sebaliknya, Tiara juga tersenyum manis dan membalas lambaian tangan putra kesayangan nya itu.

"Bismillahirrahmanirrahim, semoga saja ini adalah keputusan terbaik untuk hidup ku dan juga ibu, amin amin ya rabbal a'lamin," batin Reyhan memanjatkan doa kepada sang Khaliq.

Setelah menempuh perjalanan sekitar hampir dua jam, taksi yang di tumpangi Reyhan pun berhenti tepat di halaman bandara internasional Soekarno-Hatta.

Selesai membayar tagihan taksi dan mengeluarkan koper milik nya, Reyhan pun langsung melakukan check in dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Setelah semua nya selesai, pemuda itu pun duduk di atas kursi besi dan tinggal menunggu jam keberangkatan nya. Tak butuh waktu lama, panggilan untuk seluruh penumpang jurusan kota Kalimantan pun mulai terdengar.

Reyhan dan para penumpang lain nya pun mulai memasuki pesawat, dan duduk di kursi masing-masing.

Singkat cerita, setiba nya di kota tujuan, Reyhan segera mengambil ponsel dari saku celana, lalu menghubungi salah satu teman masa kecil nya yang bernama John.

Ia adalah orang yang telah menawarkan pekerjaan kepada Reyhan, serta memberikan tempat tinggal untuk sementara waktu.

Nama : John

Usia : 32 tahun

Tut tut tut...

"Halo, John. Kamu dimana sekarang?" tanya Reyhan.

"Di kontrakan, emang kenapa?" tanya John balik.

"Aku sudah sampai di bandara nih," balas Reyhan.

"Oh, ya sudah. Kamu naik taksi aja, biar aku kirimkan alamat nya," ucap John.

"Oke, siap."

Setelah panggilan berakhir, Reyhan pun segera masuk ke dalam taksi lalu menunjukkan alamat yang sudah di berikan oleh John kepada sang sopir.

"Tolong antarkan saya ke alamat ini ya, Pak!" ucap Reyhan sembari memperlihatkan alamat yang ada di layar ponsel nya.

"Oke," balas sang sopir.

Setelah mengetahui alamat tujuan, sang sopir pun langsung tancap gas menuju rumah kontrakan John. Tak lama kemudian, mereka berdua pun sudah tiba di halaman rumah sederhana bercat putih.

"Terima kasih ya, Pak." Reyhan berucap sembari menyodorkan beberapa lembar uang ke tangan sang sopir.

"Ya sama-sama, anak muda. Kalau begitu, saya permisi dulu, mari!" pamit sang sopir.

"Oke, Pak." Reyhan tersenyum dan menganggukkan kepala.

🌷 Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen, vote, dan favorit nya untuk mendukung karya Author ya man teman makasih 🌷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!