Nama : Hidayat
Usia : 52 tahun
Status : Ayah kandung Nisa
Nama : Dinda Kartika
Usia : 45 tahun
Status : Ibu kandung Nisa
Nama : Tiara
Usia : 60 tahun
Status : Ibu kandung Reyhan
Mendengar ancaman Hidayat yang tampak bersungguh-sungguh dengan ucapan nya, Nisa pun langsung terkejut dengan wajah tidak percaya. Ia sama sekali tidak menyangka jika ayah kandung nya sendiri akan berkata seperti itu kepada nya.
Begitu pun dengan Dinda, ia juga tak kalah terkejut seperti yang di alami Nisa. Ia juga tak menduga jika suami nya akan setega itu kepada putri semata wayang nya.
Melihat Dinda dan Nisa yang tidak bergerak dan tetap mematung di depan nya, Hidayat pun tampak semakin murka, dan kembali menyuruh istri nya untuk segera membawa anak gadis mereka ke dalam kamar nya.
"Tunggu apa lagi? Cepat naik, kalau tidak..."
Belum sempat Hidayat meneruskan kata-kata nya, Dinda pun langsung menyambar nya dengan cepat.
"I-iya, Pa. Mama akan membawa Nisa ke atas," ucap Dinda panik.
Tanpa berlama-lama lagi, Dinda pun langsung meraih tangan Nisa dan menarik nya dengan cukup kuat.
"Tapi, Ma. Nisa kan belum..."
Nisa berucap sambil berusaha melepaskan cengkraman Dinda dari pergelangan tangan nya. Namun, itu tidak berhasil ia lakukan. Karena tenaga nya kalah jauh dengan ibu nya tersebut.
"Sudah lah, Nisa. Turuti saja perintah Papa mu. Mama tidak ingin melihat mu di seret paksa oleh Papa, ngerti!" ucap Dinda dengan penuh peringatan.
Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Nisa pun terpaksa menuruti perkataan ibu nya. Akan tetapi, sebelum mereka berdua menaiki anak tangga, Nisa pun menyempatkan diri untuk memandangi wajah kekasih nya Reyhan dengan tatapan sendu.
"Maafkan aku, Rey. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mempertahankan hubungan kita," rintih Nisa dalam hati.
Begitu pula dengan Reyhan, ia juga terus memandangi Nisa dengan tatapan yang sulit di jelaskan.
"Bersabar lah, Nisa. Aku janji, aku akan berusaha semampu ku untuk bisa mendapatkan mu kembali," batin Reyhan sambil mengepalkan kedua tangan nya.
Tanpa berkata-kata lagi, akhirnya Nisa pun hanya bisa pasrah dan menuruti perintah ayah kandung nya Hidayat. Ia membiarkan tubuh nya di boyong oleh Dinda untuk naik ke lantai atas, dan masuk ke dalam kamar pribadi nya.
Setelah berada di dalam kamar, Dinda pun mendudukkan Nisa di pinggir ranjang, lalu membelai rambut nya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Yang sabar ya, sayang. Mudah-mudahan saja ini yang terbaik untuk masa depan mu," ucap Dinda.
Kemudian ia pun mencium ubun-ubun Nisa, lalu membawa tubuh anak gadis nya itu ke dalam dekapan hangat nya. Mendapat perlakuan lembut dari sang ibu, tangis Nisa pun langsung pecah seketika.
Ia membalas dekapan Dinda dan menumpahkan segala kesedihan nya dengan deraian air mata di kedua pipi nya.
Mendengar tangisan pilu sang anak, Dinda pun semakin mengeratkan pelukan nya, lalu kembali menciumi kepala Nisa dengan mata berembun.
Sementara itu, Hidayat dan Reyhan masih terus berseteru dengan saling menyombongkan diri masing-masing. Tidak ada satu pun di antara mereka yang mau mengalah atau pun menyudahi perdebatan nya.
"Heh, pemuda miskin! Asal kau tau ya, sampai kapan pun aku tidak akan pernah sudi menerima mu untuk menjadi menantu ku, ingat itu!" tegas Hidayat dengan sombong nya.
"Dan satu lagi, pemuda tidak berguna dan kere seperti mu ini, cocok nya di buang ke laut aja, biar di makan hiu sekalian, hahahaha..." ledek Hidayat sembari tergelak.
Wajah Reyhan pun langsung memerah seketika, akibat menahan amarah serta emosi yang meledak-ledak, karena mendengar hinaan dan cacian dari orang tua kekasih nya tersebut.
"Heh, Pak tua! Jangan sembarangan kalau ngomong. Biarpun aku kere, tapi aku tidak pernah menyusahkan dan menyakiti hati orang lain," balas Reyhan lantang.
"Tidak seperti kau, Pak tua. Walaupun kau kaya raya dan hidup serba berkecukupan, tapi kau selalu menyakiti hati dan perasaan orang lain dengan mulut berbisa mu itu," tambah Reyhan dengan sorot mata tajam seperti elang.
Hidayat hanya tersenyum miring mendengar perkataan lelaki muda yang ada di depan nya. Ia tidak berminat untuk berlama-lama meladeni ocehan-ocehan Reyhan yang sama sekali tidak berguna menurut nya.
Karena tidak mendapatkan respon apa pun dari Hidayat, Reyhan pun kembali berceloteh panjang lebar dengan nada menantang.
"Ingat, Pak tua. Hidup itu seperti roda. Terkadang bisa di atas, dan terkadang juga bisa di bawah."
"Hari ini, kau bisa menghina ku habis-habisan. Tapi ingat, suatu saat nanti aku yang akan membalikkan semua hinaan mu ini, camkan itu baik-baik!" ucap Reyhan dengan penuh penekanan.
Lagi, Hidayat kembali tergelak mendengar penuturan Reyhan yang sama sekali tidak masuk akal menurut nya. Tanpa menghiraukan perasaan Reyhan, ia pun kembali mencemooh dan merendahkan pemuda itu dengan sadis nya.
"Hahahaha... Jangan mengkhayal terlalu tinggi, bocah tengik! Karena kalau terjatuh, itu akan sangat menyakitkan buat mu," cibir Hidayat.
"Kalau miskin, ya miskin aja. Jangan pernah berharap untuk bisa menjadi orang kaya seperti ku. Karena sampai kapan pun, itu tidak akan pernah menjadi kenyataan, hahahaha..." lanjut Hidayat sambil terus mentertawai Reyhan.
Mendengar hinaan Hidayat yang semakin menjadi-jadi, Reyhan pun langsung beranjak dari duduk nya. Ia berdiri tegak di hadapan Hidayat lalu meletakkan kedua tangan di pinggang, kemudian ia pun membusungkan dada sembari bersumpah...
"Heh, Pak tua gak tau diri! Kau ingat baik-baik ucapan ku ini ya! Aku bersumpah, aku akan menjatuhkan mu dan mengambil apa pun yang kau miliki sekarang, termasuk Nisa, ingat itu!" ancam Reyhan dengan wajah serius dan tatapan menusuk.
"Coba saja kalau bisa, hahahaha..." tantang Hidayat.
Reyhan mengeraskan rahang dan semakin menajamkan pandangan nya kepada Hidayat. Ia tampak sangat emosi melihat kesombongan dan keangkuhan lelaki tua yang ada di hadapan nya tersebut.
"Aku pastikan, kau akan menyesal dengan kata-kata mu itu, Pak tua!" lanjut Reyhan lalu melenggang pergi meninggalkan Hidayat begitu saja.
Dengan membawa amarah yang berapi-api, Reyhan pun akhirnya mengalah dan bergegas keluar dari rumah mewah nan megah bak istana itu dengan langkah lebar.
Sedangkan Hidayat, ia hanya geleng-geleng kepala melihat kepergian lelaki miskin yang hendak melamar putri semata wayang nya tersebut.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah merestui hubungan mu dengan putri ku, ingat itu!" gumam Hidayat sambil terus menatap punggung Reyhan yang semakin lama semakin menghilang dari pandangan nya.
Setelah kepergian Reyhan, Hidayat pun segera mengunci pintu utama dan bergegas naik ke lantai atas. Ia masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuh lelah nya di atas ranjang.
"Maafkan Papa, Nisa. Papa terpaksa melakukan semua ini demi kebahagiaan mu," gumam Hidayat pelan.
"Papa tidak akan pernah rela, jika putri kesayangan Papa hidup menderita dengan lelaki miskin dan berandalan seperti kekasih mu itu," lanjut Hidayat sambil menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang.
"Mudah-mudahan saja, ini adalah keputusan terbaik untuk masa depan mu, Nak."
Hidayat tersenyum tipis. Ia sedang membayangkan kehidupan yang akan di jalani oleh Nisa nanti nya dengan lelaki kaya pilihan nya itu.
🌷 Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen, vote, dan favorit nya untuk mendukung karya Author ya man teman makasih 🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
cancer
Semangat 💪💪
2023-12-29
0
Leo
hadir Thor
2023-08-14
0