Berpura-pura Tegar

Setelah terlelap selama beberapa jam, akhirnya Nisa pun mulai terjaga dari tidur nya karena mendengar suara ketukan pintu.

Tok tok tok...

"NISAAA, BUKA PINTU NYA, NAK...! ADA YANG INGIN IBU BICARA KAN DENGAN MU," teriak Dinda dengan suara cempreng nya.

Dengan perasaan kesal, Nisa pun mulai membuka mata lalu menguap lebar. Gadis itu menoleh ke arah pintu yang masih tertutup rapat dengan wajah masam.

"IYAAA, SEBENTAAAR...!" pekik Nisa dengan suara serak khas bangun tidur.

Dengan gerakan ogah-ogahan, ia pun mulai beranjak dari ranjang dan melangkah gontai menuju pintu. Setelah membuka nya, Nisa pun berdiri menyandar di daun pintu sambil menggaruk-garuk kepala nya.

"Ada apa, Ma?" tanya Nisa langsung to do point.

Melihat penampilan anak gadis nya yang acak adut tidak karuan, Dinda pun membelalakkan mata lebar-lebar. Ia tampak sangat terkejut melihat mata dan wajah Nisa yang terlihat sembab dan sedikit bengkak akibat terlalu lama menangis.

"Kamu kenapa, sayang? Kok muka nya sembab gitu? Kamu habis nangis ya?" cerca Dinda sembari memegangi kedua pipi putri nya.

Mendengar pertanyaan beruntun dari ibu nya, Nisa pun hanya menggeleng dan memalingkan wajah ke samping. Ia tidak ingin berlama-lama menatap wajah wanita paruh baya yang telah melahirkan nya itu.

Hati dan perasaan nya masih terlalu sakit untuk menerima kenyataan pahit, akibat keputusan yang sudah di sepakati oleh kedua orang tua nya tersebut.

"Tidak, Ma. Nisa tidak menangis. Tadi mata Nisa kelilipan serangga, maka nya jadi sembab begini," bohong Nisa sembari menurunkan kedua tangan Dinda dari pipi nya.

"Bener kelilipan...?" selidik Dinda menajamkan pandangan nya kepada Nisa.

Ia merasa sedikit curiga dan tidak yakin atas jawaban yang telah di berikan oleh anak gadis nya.

"Iya bener, Ma."

Nisa mengangguk dan tersenyum tipis. Ia berusaha meyakinkan Dinda agar percaya bahwa keadaan nya baik-baik saja.

Karena tidak ingin menambah kecurigaan sang ibu tercinta, Nisa pun mengalihkan pembicaraan dan mempertanyakan maksud kedatangan ibu nya tersebut.

"Ada perlu apa, Ma? Apakah ada yang ingin Mama sampaikan kepada Nisa?" tanya gadis berambut panjang dan bermata coklat tersebut.

Dinda yang sedari tadi terus memperhatikan wajah putri kesayangan nya pun langsung tersadar, saat mendengar suara parau Nisa.

"Oh iya, hampir saja Mama lupa. Hehehehe..." ucap Dinda sambil menepuk jidat nya sendiri.

Lagi, Nisa hanya tersenyum kecut sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah ibu kandung nya.

"Mama hanya ingin menyampaikan pesan dari Papa. Kata nya dua hari lagi calon suami mu beserta keluarga nya akan datang untuk melamar, dan sekaligus menentukan hari pernikahan kalian," tutur Dinda panjang lebar.

Degh...

Mendengar penuturan ibu nya, jantung Nisa pun langsung berdegup kencang. Ia tidak menyangka jika rencana perjodohan nya itu akan berlangsung secepat ini.

"A-APA...? Du-dua hari lagi...?" pekik Nisa dengan mata terbelalak dan mulut menganga lebar.

Wanita paruh baya itu langsung terlonjak kaget, ketika mendengar pekikan Nisa yang cukup memekakkan telinga. Ia tampak sangat terkejut sambil memegangi dada yang berdebar-debar tidak karuan.

"Astaghfirullah... Sampai kaget Mama kamu buat, Nak."

Dinda merutuk sembari menggeleng-gelengkan kepala. Ia terlihat begitu kesal atas perbuatan putri semata wayang nya. Sedangkan Nisa, ia hanya cengar-cengir salah tingkah sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

"Hehehehe... Maaf, Ma. Nisa gak sengaja, suwer ✌️," ucap Nisa dengan senyum lebar di wajah nya.

Melihat wajah Nisa yang sedang memelas kepada nya, Dinda pun akhirnya tersenyum lalu memaafkan kesalahan putri nya tersebut.

"Ya sudah tidak apa-apa, kali ini Mama maaf kan. Tapi ingat, lain kali jangan seperti itu lagi ya, bahaya. Bisa-bisa Mama terkena serangan jantung gara-gara ulah mu itu," omel Dinda dengan penuh peringatan.

"Iya iya, Nisa ingat kok. Nisa janji, Nisa gak akan ulangi perbuatan itu lagi," balas Nisa meyakinkan dan kembali menyunggingkan senyum termanis nya.

Setelah melewati perdebatan sengit yang cukup menguras energi, Dinda pun menarik tubuh ramping Nisa dan mendekapnya dengan erat. Ia membelai rambut panjang anak gadis nya sembari berkata...

"Apakah kamu sudah siap untuk menerima keputusan ini, Nisa?" tanya Dinda dengan suara pelan.

Nisa tidak langsung menjawab. Ia hanya diam dan membalas pelukan Dinda. Gadis cantik itu kembali meneteskan air mata, dan menenggelamkan wajah di ceruk leher ibu kandung nya.

Ia kembali dilema dengan perasaan nya sendiri. Nisa bingung harus berkata apa lagi. Di satu sisi, ia sangat mencintai kekasih nya Reyhan. Tapi di sisi lain, ia juga tak kuasa untuk menolak keinginan kedua orang tua nya tersebut.

Melihat guncangan di bahu Nisa, Dinda pun semakin mengeratkan pelukan nya. Ia merasa iba dan tidak tega melihat nasib putri kesayangan nya, yang terpaksa harus menuruti keinginan suami nya, yaitu Hidayat.

Sebenarnya, Dinda juga merasa keberatan atas keputusan Hidayat untuk menjodohkan Nisa dengan lelaki pilihan nya. Namun, ia juga tidak berbuat apa-apa untuk menghentikan rencana tersebut.

Hidayat yang terkenal dengan sifat keras kepala nya itu, tidak bisa terbantahkan. Sampai-sampai Dinda sudah kehabisan akal untuk bisa membujuk Hidayat, agar ia mengizinkan Nisa untuk menikah dengan lelaki pilihan nya sendiri.

Namun, usaha nya hanya berakhir sia-sia. Ia sama sekali tidak berhasil membujuk suami batu nya tersebut. Bahkan, ia juga mendapat peringatan keras dari Hidayat, untuk bisa membujuk Nisa agar mau di jodohkan dan menerima lelaki pilihan nya itu.

"Maafkan Mama, Nak. Mama telah gagal menjadi ibu yang baik untuk mu. Mama tidak bisa membantu mu, dan Mama juga tidak berhasil membujuk Papa, untuk membiarkan mu hidup berbahagia dengan lelaki pilihan mu sendiri," batin Dinda sambil terus membelai rambut putri nya.

Setelah beberapa saat hening, Dinda pun mulai merenggangkan pelukan nya. Ia kembali menatap wajah sendu Nisa yang sudah sangat basah dengan linangan air mata.

"Sudah sudah, jangan nangis terus! Jelek tau," ledek Dinda sembari mengusap pipi Nisa dengan kedua tangan nya.

"Iiiiihhh, Mama apaan sih...? Orang lagi sedih begini, malah di candain terus. Gak lucu tauuu..." rengek Nisa dengan suara manja.

"Maka nya jangan mewek terus, sakit mata Mama lihat nya. Udah ah, jangan nangis lagi...!" ucap Dinda sambil mencubit gemas hidung Nisa.

"AUW... Sakit, Ma." rengek Nisa lagi.

"Halah, masa gitu aja sakit sih? Kamu itu harus menjadi gadis yang kuat, strong woman. Kamu pasti bisa melewati ini semua, percaya lah sama Mama!" tutur Dinda menyemangati putri nya.

Mendengar perkataan ibu nya, Nisa pun menghela nafas panjang dan mengangguk pelan.

"Iya, Ma. Insya Allah, Nisa kuat. Nisa pasti bisa melewati ini semua dengan lapang dada," balas Nisa berpura-pura tegar di depan ibu nya.

"Naaaah, gitu dong. Itu baru nama nya anak gadis Mama, hehehehe..." tambah Dinda sembari terkekeh, lalu melenggang pergi meninggalkan Nisa begitu saja.

"Ya, Ma. Mudah-mudahan saja Nisa bisa kuat menghadapi semua ini," gumam Nisa sambil terus memandangi kepergian ibu nya dengan tatapan yang sulit di jelaskan.

🌷 Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen, vote, dan favorit nya ya man teman 🌷

Terpopuler

Comments

Leo

Leo

lanjut kakak

2023-08-14

0

Tara

Tara

ya terkadang sebagai anak harus menuruti dan menghormati orangtua. Dan harus banyak banyak legowo. dan korban kan hati dan perasaan kita. semoga baik adanya kedepannya. Amin🤔🙏

2023-07-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!