Untuk saat ini, Anaya memilih untuk menyembunyikan kehamilannya dari keluarga maupun sahabat nya. Ia masih belum siap jika ada seseorang yang mengetahui fakta itu. Bahkan sampai saat ini, ia masih belum bisa memutuskan apa yang harus ia lakukan pada kandungannya.
Anaya juga berusaha sebisa mungkin untuk bertindak seperti biasa, meskipun terkadang ia tiba-tiba merasa mual.
Anaya bergegas pergi ke dapur, mumpung sedang hari libur ia ingin membantu ibunya untuk membuat sarapan. Walaupun, perutnya terasa kurang nyaman.
"Rumah terasa sepi karena kakak mu dan Kayla sudah pulang. "Norma merasa agak kesepian karena harus berpisah dengan cucu perempuannya yang menggemaskan.
Kakaknya memang harus kembali ke rumah mereka, karena suaminya sudah kembali dari perjalanan bisnis.
"Kan mamah bisa nyuruh mereka kesini lagi, atau mamahnya saja yang pergi ke sana. "
"Pasti papah mu itu tidak akan mengizinkan kalau mamah menginap di rumah kakak mu. "
Anaya sedikit tersenyum melihat ekspresi jengkel di wajah ibunya, meskipun sudah begitu lama bersama, tetapi ayahnya tetap saja begitu posesif kalau menyangkut soal istri tercintanya.
Tangan Anaya yang tampak begitu lihai memotong sayuran berhenti secara tiba-tiba, lalu beralih menutup mulut dan juga hidung nya, Anaya merasa mual mencium berbagai macam bumbu yang ada di situ.
Ia yang sudah merasa tak tahan, segera pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan sesuatu yang sudah ingin ia muntah kan sejak tadi.
Hoek ...
Hoek ...
Anaya hanya memuntahkan cairan bening saja, kali ini rasa mual nya berlangsung cukup lama. Dan setelah beberapa menit Anaya kembali menemui ibunya yang masih berada di dapur.
Norma mendekati Anaya yang kembali dengan wajah pucat dan matanya yang sedikit memerah, "kamu kenapa, sayang? "Ia terlihat begitu mencemaskan kondisi putrinya.
"Enggak papa kok, mah. Naya cuma masuk angin, kok. "Anaya hanya bisa berbohong kepada ibunya, ia tak punya pilihan lain karena masih sangat takut untuk berkata jujur.
"Mamah akan menyelesaikan ini sendiri, lebih baik kamu istirahat dulu. "Ucap Norma dengan suaranya yang terdengar begitu lembut di telinga.
Anaya menurut saja, kalau masih berada disitu rasanya ia akan muntah lagi karena merasa mual.
.
Norma yang baru menuntaskan acara masaknya pergi menuju lantai atas kamar Anaya. Ia membawa obat dan segelas air untuk putrinya yang tadi terlihat kurang sehat.
*Tok
*Tok
*Tok
Sudah berapa kali ia mengetuk pintu kamar itu, tapi tetap saja tak ada respon.
"Anaya ..., "Panggil nya lagi.
Norma mencoba membuka pintu kamar yang ternyata tidak terkunci, "tumben sekali, "ucap nya.
Setelah masuk indra pendengar nya langsung menangkap suara seseorang yang seperti sedang mutah di dalam kamar mandi, dan dengan tergesa-gesa Norma menghampiri suara itu.
"Naya! Sayang ... Kamu kenapa, Nak?! "Norma begitu terkejut ketika menemukan Anaya yang sudah terkulai begitu lemas dalam kamar mandi.
Norma meninggalkan Anaya di situ, ia tak terlalu kuat untuk memapah putrinya ke tempat tidur. Norma turun ke bawah untuk memanggil suaminya yang berada di ruang tamu, "Pah! Papah!! "
"Kenapa, Mah? "Bowo sampai terheran melihat istrinya yang terlihat begitu terburu-buru.
"Cepetan ke kamar Anaya! Naya pingsan di kamar mandi!! "Jelas Norma seadanya.
Jelas saja hal itu membuat Bowo terkejut, ia langsung bangun mengikuti Norma yang kembali ke kamar Anaya.
Bowo mengangkat tubuh putrinya, meletakkan dengan begitu penuh kasih keatas tempat tidur.
Melihat kondisi Anaya yang memprihatikan, mereka memutuskan untuk menelpon dokter Henry yang merupakan dokter pribadi keluarga Gunadya.
Dokter Henry yang baru datang langsung dibawa ke kamar Anaya. Norma kembali menceritakan kejadian sebelumnya, ketika mereka sedang memasak. Dokter Henry mendengar cerita norma dengan seksama, dan mulai memeriksa kondisi Anaya.
"Putri saya kenapa, Dok? "Tanya Norma pada dokter Henry yang baru selesai memeriksa keadaan putrinya.
Dokter Henry sedikit bingung bagaimana harus menjelaskan nya. Ia terkejut ketika mengetahui putri kedua pak Bowo sedang mengandung. Padahal, setahunya putri kedua mereka masih belum bersuami. Dan dari cerita sang ibu tadi, sepertinya tidak ada dari mereka yang mengetahui hal ini.
Mau tak mau ia harus tetap memberitahunya, karena itu sudah menjadi tugas dan kewajiban baginya sebagai seorang dokter, "Nona Anaya sedang hamil. "Jelasnya, ia bisa melihat keterkejutan di wajah Norma dan suami nya.
"H-hamil, maksud nya? "Bowo terlihat bingung, siapa yang hamil? Apakah benar apa yang dikatakan oleh dokter Henry.
"Saat ini nona Anaya sedang hamil, diperkirakan usia kandungannya baru memasuki usia satu bulan. "Jelasnya, "Dan itulah alasan nona Anaya selalu merasa mual. "
Norma hampir tersungkur dilantai, tetapi untungnya Bowo dengan sigap menahan tubuh istrinya. Ia hampir tidak bisa mempercayai penjelasan dari dokter Henry. Anaya, putri nya saat ini sedang hamil. Padahal, Anaya yang ia kenal tidak akan pernah melakukan sesuatu yang akan membuat keluarganya merasa kecewa seperti ini.
Dokter Henry memberikan obat dan vitamin yang sudah ia resep kan sebelumnya, sebelum ia pamit pergi.
.
Anaya yang baru sadar melihat ibu dan ayahnya yang berada di sisi tempat tidur.
"Mah ..., "Suaranya terdengar sangat lemah.
Norma menatap wajah Anaya, "mamah kenapa ...? "Anaya kebingungan melihat ibunya yang menangis.
"Bagaimana bisa ... Bagaimana bisa kamu menyembunyikannya dari kami. "Anaya bisa mendengar ada suara kemarahan ketika ibunya mengatakannya.
"Kamu hamil kan?! "Satu kata yang hampir membuat jantung Anaya berhenti berdetak.
Deg.
"Dokter henry yang mengatakan nya. "Sekarang Bowo sudah turut bicara.
"Bisa-bisanya kau membuat kami kecewa sampai seperti ini! Coba lihat mamah mu, puas kamu sekarang!! "
"Dengan siapa kau melakukannya?! "Ayana ketakutan dengan kemarahan ayahnya, ia bahkan tak mampu menjawab satupun pertanyaan dari Bowo. Menangis dengan wajah yang tertunduk, hanya itu yang bisa Anaya lakukan sekarang.
"Anaya ...!! "Suara bentakan ayahnya menggelegar menggema dalam ruangan itu. Perasaan sedih, marah dan kekecewaan ayahnya begitu terasa.
Norma memegang lengan suaminya yang berada di dekatnya, agar sedikit lebih tenang.
Anaya menggenggam erat selimut yang ada di tangannya.
"... M-maaf, "Bahkan suaranya hampir tak bisa keluar.
"Cepat katakan! Siapa ayahnya?! "Bowo terdengar begitu tidak sabaran.
"Nay ... Lebih baik kamu jujur, jika tak mau membuat kami lebih kecewa dari ini. "
Dengan mulut bergetar Anaya mencoba mengatakan nya, "D-devan ..., "Cicit nya, tapi masih bisa di dengar oleh Norma dan Bowo.
"Devan, "Bowo merasa nama itu tak terlalu asing baginya dan setelah diingat kembali, ia baru sadar jika itu nama dari putra Arion, teman bisnis yang dulu pernah lumayan akrab dengannya.
"Pria yang baru di angkat menjadi CEO di perusahan Aditama, benarkan? "Ucap Bowo yang masih belum terlalu yakin.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
Devan ternyata anak shbt kolega bisnes serta teman rapat papa Bowo
2023-08-14
0
Beatarisa
semangat ya nulisnya😄
2023-07-19
0
Ara Julyana
kasihan sekali kamu Anaya
2023-07-18
0